Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Selayang Pandang Suku Toraja, Tuan Rumah "Negeri Atas"

10 November 2021   12:56 Diperbarui: 10 November 2021   13:32 897
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Festival budaya Toraja dengan latar belakang Rumah Adat Tongkonan (Sumber Gambar: Liputan6.com)

Bicara soal Pulau Sulawesi, tentunya tak bisa lepas dari hal-hal ikonik yang dimilikinya, khususnya di sektor pariwisata. Salah satunya Suku Toraja. Suku Toraja menetap di pegunungan bagian utara Pulau Sulawesi bagian selatan , yang saat ini meliputi area Kabupaten Tana Toraja, dan Kabupaten Toraja Utara (Provinsi Sulawesi Selatan), dan Kabupaten Mamasa (Provinsi Sulawesi Barat) secara administratif.

Masyarakat suku Toraja umumnya memeluk agama Kristen, Islam dan kepercayaan leluhur yang dikenal sebagai Aluk To Dolo. Secara administratif, tepatnya pada masa Orde Baru, pemerintah Indonesia mengakui kepercayaan leluhur ini sebagai bagian dari Agama Hindu Dharma, sebelum belakangan berstatus aliran kepercayaan.

Secara etimologis, kata Toraja berasal dari kosakata bahasa Bugis, To Riaja, yang berarti "orang yang berdiam di negeri atas". Leluhur Suku Toraja diperkirakan berawal dari Teluk Tonkin, yang saat ini terletak di antara Vietnam bagian utara dan China bagian selatan. Mereka bermigrasi ke wilayah pantai Sulawesi ribuan tahun silam, sebelum akhirnya pindah ke dataran tinggi.

Sebelum abad ke-20, masyarakat Suku Toraja tinggal di desa-desa otonom. Mereka murni menganut kepercayaan leluhur dan belum tersentuh oleh dunia luar. Pemerintah kolonial Belanda menamai suku ini Toraja (secara administratif) pada tahun 1909.

Setelah semakin terbuka pada dunia luar sejak dekade 1970-an, Tana Toraja bertransformasi menjadi salah satu ikon pariwisata Indonesia, khususnya Provinsi Sulawesi Selatan. Alhasil, masyarakat Suku Toraja turut mengalami transformasi budaya, dari masyarakat tradisional dan agraris, menjadi lebih modern dan mengandalkan sektor pariwisata sebagai mata pencaharian utama.

Keterbukaan ini menjadikan, Suku Toraja terkenal akan ritual pemakaman, Rumah Adat Tongkonan dan seni kerajinannya, khususnya ukiran dan kain tenun. Di sisi lain, mereka juga punya komoditas hasil bumi berupa kopi Arabika Toraja, yang terkenal bercita rasa khas.

Suku Toraja mempunyai rumah adat yang disebut Rumah Adat Tongkonan. Rumah Adat Tongkonan berdiri di atas tumpukan kayu dan dihiasi dengan ukiran berwarna merah, hitam, dan kuning. Secara etimologis, nama "Tongkonan" berasal dari kosakata bahasa Toraja "tongkon" yang berarti "duduk".

Dalam masyarakat Toraja mula-mula, hubungan keluarga bertalian dekat dengan kelas sosial. Ada tiga tingkatan kelas sosial: bangsawan, orang biasa, dan budak. Hanya saja, sistem perbudakan telah dihapus pada tahun 1909 oleh pemerintah kolonial Hindia Belanda.

Dalam masyarakat Toraja kelas sosial diturunkan melalui ibu. Sementara itu, tingkat kekayaan seseorang dihitung berdasarkan jumlah kerbau yang dimilikinya.

Masyarakat Toraja mempunyai ritual upacara pemakaman adat yang disebut Rambu Solo'. Semakin kaya dan berkuasa seseorang, maka biaya upacara pemakamannya akan semakin mahal. Hanya keluarga bangsawan yang berhak menggelar upacara pemakaman ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun