Tentunya, ini akan membuat kinerja keuangan klub yang sudah lesu akibat imbas pandemi, jadi semakin jeblok. Beruntung, RFEF (PSSI-nya Spanyol) belum berani ambil keputusan tegas seperti FIGC, jadi keduanya masih lebih aman, setidaknya untuk saat ini.
Sikap RFEF ini sebenarnya bisa dimaklumi, karena Real Madrid dan Barcelona adalah ikon utama La Liga di tingkat global. Entah apa jadinya La Liga tanpa mereka.
Andai UEFA akhirnya benar-benar menjatuhkan sanksi tegas kepada ketiganya, bukan kejutan jika eksodus pemain bintang akan terjadi. Lebih jauh, jika sanksi yang didapat ketiganya berlangsung lama, selama lima tahun atau lebih, peta persaingan Liga Champions pasti akan berubah.
Seperti diketahui, ketiga tim secara total telah meraih 20 trofi Liga Champions. Real Madrid sendiri menjadi tim tersukses di Liga Champions, dengan 13 kali menjadi juara.
Ironisnya, jika ini benar-benar terjadi, UEFA justru akan mewujudkan satu gagasan awal berdirinya ESL, yakni menciptakan iklim kompetisi yang lebih kompetitif, karena tiga tim yang selama ini rutin disebut sebagai kandidat juara, justru harus tersisih karena ego besar mereka sendiri.
Akankah UEFA akhirnya berani bertindak tegas?