Mohon tunggu...
KOMENTAR
Bola Pilihan

Enigma Nasib Tiga Raksasa

26 Mei 2021   19:15 Diperbarui: 26 Mei 2021   19:20 241 5
Beberapa waktu lalu, dunia sepak bola dikejutkan dengan deklarasi proyek Liga Super Eropa alias ESL. Proyek ini cukup ambisius, karena bertujuan menyaingi pamor Liga Champions buatan UEFA, yang dinilai sudah usang.

Pada prosesnya, dua belas klub yang terdiri dari AC Milan, Arsenal, Atletico Madrid, Chelsea, Barcelona, Inter Milan, Juventus, Liverpool, Manchester City, Manchester United, Real Madrid dan Tottenham Hotspur, bergabung sebagai Klub Pendiri ESL.

Tapi, menyusul protes besar-besaran oleh suporter mayoritas klub, proyek ini kolaps. Ada sembilan klub yang menarik diri dari proyek, dan terkena hukuman denda dari UEFA, karena dianggap melakukan tindakan ilegal.

Sanksi denda ini umumnya segera beres, karena pimpinan atau pemilik klub tersebut berkomitmen membayar denda dari kas pribadi secara kontan.

Tindakan ini antara lain dilakukan oleh pemilik klub Liverpool, Chelsea dan Manchester City, sebagai bentuk permohonan maaf kepada suporter.

Jadi, tak ada efek samping lanjutan yang didapat kesembilan klub tersebut.
Praktis, hanya tinggal tersisa Real Madrid, Juventus, dan Barcelona yang belum jelas nasibnya, karena masih belum menarik diri.

Di sinilah muncul ketidakpastian, soal status ketiga klub tersebut. Ketidakpastian ini muncul, setelah UEFA berencana menyelidiki ketiganya, dan memproses secara disipliner terkait keengganan mereka menarik diri dari proyek ESL.

Selain denda, ada hukuman lain yang kemungkinan akan dijatuhkan UEFA, yakni larangan bermain di kompetisi antarklub Eropa. Indikasi ini antara lain didukung keputusan FIGC (PSSI-nya Italia, yang sempat akan mencoret klub Italia peserta ESL dari kompetisi liga.

Berhubung AC Milan dan Inter Milan sama-sama sudah menarik diri, mereka bisa dibilang sudah aman dari pencoretan. Tinggal Juventus yang masih tanda tanya.

Andai benar-benar dicoret FIGC, ini akan lebih menyakitkan ketimbang skandal Calciopoli, yang membuat mereka didegradasi ke Serie B tahun 2006 silam. Akibatnya, semua yang sudah mereka bangun sejauh ini akan berantakan, dan butuh waktu lama untuk diperbaiki.

Kerusakan masif juga akan didapat Real Madrid dan Barcelona, jika benar-benar dihukum UEFA. Bukan hanya dalam hal keuangan, tapi juga daya tarik di mata pemain bintang dan sponsor.

Tentunya, ini akan membuat kinerja keuangan klub yang sudah lesu akibat imbas pandemi, jadi semakin jeblok. Beruntung, RFEF (PSSI-nya Spanyol) belum berani ambil keputusan tegas seperti FIGC, jadi keduanya masih lebih aman, setidaknya untuk saat ini.

Sikap RFEF ini sebenarnya bisa dimaklumi, karena Real Madrid dan Barcelona adalah ikon utama La Liga di tingkat global. Entah apa jadinya La Liga tanpa mereka.

Andai UEFA akhirnya benar-benar menjatuhkan sanksi tegas kepada ketiganya, bukan kejutan jika eksodus pemain bintang akan terjadi. Lebih jauh, jika sanksi yang didapat ketiganya berlangsung lama, selama lima tahun atau lebih, peta persaingan Liga Champions pasti akan berubah.

Seperti diketahui, ketiga tim secara total telah meraih 20 trofi Liga Champions. Real Madrid sendiri menjadi tim tersukses di Liga Champions, dengan 13 kali menjadi juara.

Ironisnya, jika ini benar-benar terjadi, UEFA justru akan mewujudkan satu gagasan awal berdirinya ESL, yakni menciptakan iklim kompetisi yang lebih kompetitif, karena tiga tim yang selama ini rutin disebut sebagai kandidat juara, justru harus tersisih karena ego besar mereka sendiri.

Akankah UEFA akhirnya berani bertindak tegas?

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun