Rentang usianya pun beragam. O ya, dari para penyintas, kita juga bisa mendapat perspektif lain, terkait bagaimana perbedaan gejala atau reaksi tubuh, pada pasien pria dan wanita.
Jika perspektif pengalaman mereka, dan aspek keilmuan medis disatukan, tentunya bisa lebih efektif mengedukasi masyarakat. Langkah pencegahan dan penanganan pun bisa semakin efektif, termasuk jika terjadi kasus infeksi ulang pada seseorang.
Dengan masih belum ditemukannya vaksin virus Corona, dan belum terkontrolnya angka pertambahan kasus baru, melibatkan para penyintas jelas diperlukan. Setidaknya, ini bisa lebih efektif dalam membangun kesadaran kolektif masyarakat, daripada menerapkan aturan untuk dilanggar.
Di sisi lain, cara ini juga memanusiakan para penyintas, karena pengalaman "sakit" mereka tak lagi dipandang sebagai "aib", tapi sebagai media pembelajaran berharga. Paling tidak, cara ini lebih bermanfaat, daripada sibuk membuat kegaduhan tak penting.
Pada akhirnya, melalui para penyintas virus Corona, kita bisa mulai memperbaiki keadaan, dengan belajar dari pengalaman mereka. Dengan catatan, kita mau memulainya dulu.
Karena, bagian terpenting dari sebuah proses bukan "bagaimana kita menyelesaikan", tapi "bagaimana kita mau memulainya". "Selesai" tak akan pernah bisa dicapai, tanpa melalui titik "mulai".