Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pandemi dan Perspektif Penyintas

9 Oktober 2020   22:45 Diperbarui: 9 Oktober 2020   22:48 346
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pada masa pandemi Corona seperti sekarang ini, kebanyakan berita yang muncul berasal dari data jumlah pertambahan kasus. Bisa dari data kasus terkonfirmasi, atau kasus kematian.

Tapi, tak banyak berita soal mereka yang sembuh, kecuali jika berita ini datang dari pesohor, politisi seperti Donald Trump, atau atlet terkenal seperti Zlatan Ibrahimovic.

Alhasil, berita seputar Corona lebih banyak menghasilkan kekhawatiran. Entah dari kelesuan ekonomi, kenaikan angka PHK, atau kebijakan seperti PSBB.

Kalaupun ada yang positif, itu hanya sekelebat. Kebanyakan membahas soal peluang bisnis baru, tapi tak banyak yang mengekspos para penyintas virus Corona.

Peluang bisnis ada, walau akhirnya tetap sangat tipis, karena tak semua orang punya modal cukup, dan persaingan makin ketat di tengah lesunya daya beli masyarakat.

Pemberitaan seputar Corona baru akan berhenti sejenak, jika ada kejadian "luar biasa". Kebetulan, momen ini terjadi Kamis (8/10) lalu, saat demo anarkis memprotes UU Cipta Kerja terjadi di beberapa kota di Indonesia.

Jangankan memulai bisnis, berhemat dan cari kerja saja sudah susah payah. Raja tega macam apa, yang berani menganggap enteng keadaan?

Tapi, jika situasi kembali kondusif, pemberitaan seputar Corona tentu akan kembali mendominasi. Bisa karena pertambahan kasus (lagi) karena aksi demo kemarin, atau faktor lainnya.

Jujur saja, perspektif ini jelas kurang berimbang, karena tak ada ruang lebih untuk harapan. Padahal, selain gencar menyerukan soal protokol kesehatan, kita juga perlu tahu, seperti apa perspektif dari penyintas virus Corona.

Tanpa itu, protokol kesehatan hanya akan jadi "protokol protol-protol" (protokol sepotong-sepotong / protokol patah-patah), karena bentuknya yang tak utuh, jauh dari seimbang.

Ini bisa menjadi satu area eksplorasi dan pembelajaran menarik, karena penyintas virus Corona di Indonesia pasti datang dari berbagai latar belakang sosial.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun