Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

"False Nine", Kenapa Tidak?

20 Oktober 2018   05:34 Diperbarui: 20 Oktober 2018   05:50 720
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Judul di atas terinspirasi dari masalah yang saya lihat masih belum beres di Timnas U-19, khususnya sejak laga ujicoba jelang Piala Asia U-19. Sudah jadi rahasia umum, posisi penyerang murni di tim asuhan Indra Sjafri ini kerap mengundang tanda tanya. 

Karena, alih-alih rajin mencetak gol, rekening gol Hanis Saghara dan Rafli Nursalim belakangan ini justru seret. Padahal, penyerang murni adalah posisi yang biasa diharapkan untuk mendulang gol sebanyak mungkin.

Berangkat dari masalah inilah, saya melihat penerapan strategi "false nine" adalah satu pilihan yang layak untuk dipertimbangkan. 

Karena rata-rata pemain Timnas U-19 punya kecepatan cukup baik. Jika kelebihan ini mampu dimanfaatkan, dengan membuat formasi lini depan yang cair, maka kita tak perlu khawatir lagi soal masalah ketumpulan lini depan Garuda Nusantara.

Untuk contoh suksesnya, kita bisa melihat bersama dari trisula Firmino-Mane-Salah milik Liverpool. Meski ketiganya bukan penyerang murni, nyatanya lini depan Liverpool cukup bisa diandalkan. 

Dengan kecepatan dan kombinasi yang cair, mereka mampu membuat lini belakang lawan kewalahan. Saat salah satu dari ketiganya majal, selalu ada yang bisa membuat gol atau assist secara bergantian.

Melihat komposisinya, sosok Todd Rivaldo Ferre layak dikedepankan, sebagai pendamping Egy Maulana Vikri dan Witan Sulaeman. Karena, pemain Persipura Jayapura ini punya kemampuan individu yang cukup baik, dan mampu mengimbangi duo pemain kidal ini. 

Dengan Egy ditempatkan sebagai "false nine", kita akan melihat formasi trisula Firmino-Mane-Salah versi "KW Indonesia", yang punya kecepatan tinggi, meski levelnya tentu saja berbeda.

Sebetulnya, di-"false nine"-kan nya Egy bukan hal baru bagi Timnas U-19. Meski belakangan lebih sering diplot sebagai penyerang sayap, pemain Lechia Gdansk ini adalah seorang "false nine" alami. Karena, ia kerap dijaga ketat pemain lawan, seperti pada laga Timnas U-19 Vs Taiwan, yang dimenangkan Timnas U-19 dengan skor 3-1, Kamis, (18/10) lalu.

Dalam laga ini, khususnya di babak kedua, Egy yang membuat satu gol dan satu assist, mampu menarik perhatian bek lawan, yang memang memberinya "penjagaan khusus" sejak awal laga. 

Situasi ini membuka celah di lini belakang Taiwan, dan mampu dimanfaatkan dengan baik oleh Witan Sulaeman, yang sukses mencetak dua gol di pertandingan ini.

Sederhananya, jika Todd Rivaldo Ferre dipasangkan dengan Egy Maulana Vikri dan Witan Sulaeman, kita bisa melihat versi "KW Indonesia" dari trisula Firmino-Mane-Salah. 

Dimana, Egy berperan layaknya Roberto Firmino, yang bertugas membuka celah di lini belakang tim lawan, Todd Rivaldo Ferre berperan layaknya Sadio Mane, yang punya kecepatan tinggi, dan Witan Sulaeman berperan layaknya Mohamed Salah, yang kebetulan juga berkaki kidal.

Opsi ini layak dipertimbangkan, karena Rafli Nursalim dan Hanis Saghara, yang biasanya dipasang sebagai ujung tombak justru kerap menjadi kartu mati. 

Secara postur, mereka juga kurang ideal jika dijadikan "defensive forward" layaknya Olivier Giroud di Timnas Prancis. Karena, mereka berdua tidak terlalu jago dalam duel bola atas.

Opsi taktik "false nine" layak untuk dipertimbangkan sebagai strategi kejutan. Apalagi, lawan yang akan dihadapi Garuda Muda setelah Taiwan adalah Qatar dan Uni Emirat Arab, dua tim asal Timur Tengah. Jika Timnas U-19 bisa menerapkan strategi kejutan di dua laga ini, maka meraih hasil positif bukan hal sulit.

Karena, strategi kejutan nyatanya terbukti mampu membuat Timnas U-19 mengalahkan Yordania, yang juga berasal dari Timur Tengah, dengan skor 3-2, di laga ujicoba jelang Piala Asia U-19 pekan lalu. 

Dalam laga ini, gol-gol Timnas U-19 tercipta lewat skema yang agak berbeda dari biasanya, yakni tendangan jarak jauh, dan gol bunuh diri, yang berawal dari situasi "throw in" jarak jauh, yang tajam seperti umpan silang.

Strategi kejutan memang selalu punya risiko tersendiri. Tapi, tak ada salahnya untuk dicoba. Lagipula, kita tidak akan bisa meraih hasil positif, jika tak berani ambil risiko.

Berani coba, Timnas U-19?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun