Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Jelang Laga Timnas U-16 Vs Australia

30 September 2018   09:45 Diperbarui: 30 September 2018   10:03 727
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jelang laga perempatfinal Piala Asia U-16, Senin, (1/10), ada begitu banyak optimisme yang muncul di kalangan pecinta sepak bola nasional, terkait peluang menang Bagas Kahfi dkk. Meski lawan yang akan dihadapi kali ini adalah Australia, secercah harapan muncul dan langsung membesar begitu saja, bersama dengan pemberitaan masif media kita, dan keriuhan luar biasa di masyarakat.

Maklum, di fase grup, Timnas U-16 sukses membuat kejutan, dengan mampu mengalahkan (sekaligus menyingkirkan) Iran, tim finalis Piala Asia U-16 edisi sebelumnya dengan skor 2-0. Harapan publik sepak bola nasional makin besar, karena jika mampu mengalahkan Australia, mereka akan lolos ke Piala Dunia U-17 tahun depan.

Oke, dari segi teknis dan kualitas permainan, tim asuhan Fachri Husaini ini memang cukup baik, untuk ukuran tim seusianya. Karena, mereka mampu bermain kompak dan menampilkan kemampuan individu masing-masing saat dibutuhkan.

Ditambah lagi, pelatih Fachri Husaini juga mampu meracik taktik, sekaligus mendisiplinkan pemain saat performa mereka sedang bermasalah. Hal ini misalnya terlihat, saat Bagus Kahfi ditarik keluar, akibat performanya yang melempem saat bermain imbang tanpa gol melawan India. Tentunya, ini adalah satu pendekatan mendidik, karena tim ini tak mengenal istilah "pemain bintang", semua pemain setara

Tapi, jelang laga melawan Australia, secara pribadi saya punya satu kekhawatiran pada Timnas U-16. Kekhawatiran itu adalah bayang-bayang "star syndrome", yang mulai menghinggapi Sutan Zico dkk.

Mengenai masalah "star syndrome" ini, kita bisa melihatnya bersama, dari performa Timnas U-16, saat bermain imbang melawan Vietnam dan India. Meski tak kalah, pada momen tertentu di dua laga ini, para pemain Timnas U-16 bermain terlalu individualis. Alhasil, ketajaman daya serang tim menjadi berkurang.

Masalah ini, jelas menjadi lampu kuning buat Timnas U-16, jelang menghadapi Australia. Karena, Australia pasti sudah mempelajari gaya main Timnas U-16. Jika Australia mampu memanfaatkan kelemahan ini dengan baik, maka Timnas U-16 akan berada dalam masalah.

Melihat usianya, masalah "star syndrome" yang mulai menghinggapi Timnas U-16 tentu sangat disayangkan. Karena, mereka sedang dalam proses tumbuh kembang menjadi pemain profesional alias masih belum jadi sebagai pesepakbola. Perjalanan mereka sebagai pesepakbola masih sangat panjang. Jika masalah ini dibiarkan, para talenta muda Indonesia ini bisa layu sebelum berkembang. Padahal, untuk pemain seusia mereka, harapan besar dan pujian berlebih hanya akan menjadi racun.

Praktis, untuk saat ini, kita hanya perlu membiarkan Timnas U-16 bermain semaksimal mungkin besok. Apapun hasil akhirnya nanti, ini tetap menjadi satu kemajuan berikut mereka, sebelum naik ke timnas level usia berikutnya (U-19). 

Semoga, setelah Piala Asia U-16 usai, mereka bisa terus berkembang, dan kelak dapat mencapai level timnas senior dengan selamat, tanpa terbebani julukan "Garuda Asia" yang selama ini disematkan publik sepak bola nasional. Supaya, di level senior nanti, mereka benar-benar siap menanggung harapan besar publik sepak bola nasional.

Selamat berjuang, Timnas U-16!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun