Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Akhir Ironis Si Burung Hantu

23 Juli 2018   13:30 Diperbarui: 23 Juli 2018   13:37 1369
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bicara soal sosok pemain berposisi "playmaker" terbaik di era kekinian, Mesut Ozil (29) adalah salah satu nama, yang pasti akan masuk daftar. Memang, eks pemain Real Madrid asal Jerman ini dikenal punya visi bermain dan akurasi umpan istimewa. Tak heran, pemain berjuluk Si Burung Hantu ini cukup diandalkan di timnas Jerman dan Arsenal (klubnya saat ini). Sebelumnya, semasa bermain di Real Madrid, ia juga dikenal sebagai penyuplai bola andal  untuk Cristiano Ronaldo.

Meski tak begitu sukses (dalam hal meraih trofi) di level klub, Ozil cukup sukses di timnas Jerman. Ia menjadi inspirator permainan Tim Panser, saat meraih medali perunggu Piala Dunia 2010, dan juara Piala Dunia 2014. Tak heran, Ozil dianggap sebagai salah satu pemain terbaik dunia di posisinya.

Dari sisi karakter, pemain berdarah Turki ini dikenal tak suka bertingkah aneh-aneh. Bahkan, ia dianggap sebagai seorang pemain berkarakter pemalu, dan seorang muslim yang taat.

Tapi, meski terlihat adem ayem tanpa masalah, kiprah Ozil di timnas Jerman berakhir dengan diiringi kontroversi. Kontroversi berawal, dari foto bersama, antara dirinya, Ilkay Gundogan (pemain Manchester City asal Jerman), dan Recep Tayyip Erdogan (Presiden Turki) jelang Piala Dunia 2018. Meski Ozil dan Gundogan berdarah Turki, insiden 'foto bersama' ini terlanjur memicu kegaduhan, karena rawan dipolitisasi Erdogan, sosok pemimpin yang kurang disukai di Eropa karena gaya kepemimpinannya yang otoriter.

Entah kebetulan atau bukan, kontroversi ini sukses mengganggu kondusivitas internal timnas Jerman. Ozil sendiri tampil buruk di Rusia. Kegaduhan soal 'insiden foto bersama Erdogan' sukses membuatnya gagal fokus. Akibatnya, Tim Panser tersingkir di fase grup, untuk pertama kalinya sepanjang sejarah partisipasi mereka di Piala Dunia. Hasil minor ini didapat, setelah Jerman kalah atas Meksiko dan Korea Selatan. Dua kekalahan ini, membuat satu kemenangan atas Swedia menjadi percuma.

Akibat kegagalan ini, Ozil menjadi salah satu kambing hitam yang panen kritik. Salah satu pihak, yang mengkritik keras performa jeblok Ozil di Rusia adalah DFB (PSSI-nya Jerman). 

Sayangnya, kritik dan pendekatan DFB dalam menangani kasus Ozil, membuat Ozil terlanjur kecewa. Alhasil, pada Minggu (22/7) lalu, Ozil memutuskan pensiun dari timnas Jerman, dengan mencatat total 92 caps dan 23 gol. Tak seperti pembawaannya yang kalem dan cenderung pemalu, kiprahnya di timnas Jerman secara ironis harus berakhir dengan diiringi kontroversi.

Akhir ironis kiprah Ozil di timnas Jerman, mungkin menjadi satu bukti aktual dari pepatah "jangan menilai buku hanya dari sampulnya". Karena, di balik pembawaannya yang terlihat tanpa masalah, Ozil menutup kiprah internasionalnya dengan diiringi kontroversi. 

Di sisi lain, kasus ini juga menjadi bukti aktual, betapa buruknya efek samping yang timbul, jika sepak bola bergesekan secara terang-terangan dengan instrumen politik. Karena, meski pada dasarnya bisa saling berkaitan, sepak bola dan politik tetaplah dua alam berbeda, yang sulit disatukan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun