Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

CR7 Menuju Senja

5 Februari 2018   12:25 Diperbarui: 5 Februari 2018   15:09 1224
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pada musim lalu, Madridista, disuguhi sebuah mimpi indah oleh Real Madrid.  Karena, pada musim ini, mereka sukses menjuarai La Liga, dan menjadi klub peryama, yang mampu mempertahankan titel Liga Champions Eropa di era terkini. Kehebatan performa El Real saat itu, tak lepas dari performa istimewa Cristiano Ronaldo, yang sukses memenangkan Ballon d'Or tahun 2017, atau yang kelima bagi CR7 sepanjang kariernya, sekaligus menyamai torehan Lionel Messi (Barcelona).

Tapi, performa El Real musim ini, mengubah mimpi indah itu menjadi mimpi buruk. Memang, mereka sukses menjuarai Piala Super Spanyol, Piala Super Eropa, dan Piala Dunia Antarklub. Tapi, performa mereka di kompetisi donestik merosot tajam dibanding musim lalu. 

Di La Liga, El Real, yang masih belum memainkan satu laga tunda, terdampar di posisi 4 klasemen sementara, dengan nilai 39 dari 21 laga, terpaut 19 poin dari Barcelona, sang rival abadi, yang sedang nyaman di puncak klasemen (nilai 58 dari 22 laga).

Parahnya, performa buruk Si Putih di La Liga, juga menular ke ajang Copa del Rey. Secara mengejutkan tersingkir di babak perempatfinal, setelah kalah 1-2 (agregat 2-2, Real Madrid kalah gol tandang) dari tim nonunggulan Leganes, Rabu (24/1, waktu Spanyol). 

Tragisnya, kekalahan ini terjadi di Estadio Santiago Bernabeu, kandang mereka. Praktis, performa Real Madrid, di kompetisi domestik kali ini benar-benar jeblok, untuk ukuran klub selevel El Real. Bisa dibilang, Real sedang jatuh ke titik nadir, segera setelah mencapai titik puncak.

Merosotnya performa El Real di La Liga dan Copa del Rey, berbanding lurus dengan performa Cristiano Ronaldo, yang baru mampu mencetak 8 gol dan 3 assist dari 17 penampilannya. Padahal, biasanya kapten timnas Portugal ini begitu subur dalam hal mencetak gol.


Tapi, jika dilihat lagi, kemerosotan performa CR7 musim ini tergolong wajar. Karena, gaya main CR7 sudah mulai dibaca tim-tim lawan di kompetisi domestik, terutama setelah CR7 mulai berposisi sebagai 'pemain nomor 9 murni' di Real. Penempatan posisi ini, adalah cara Real menyiasati pertambahan usia CR7, yang di tahun ini berusia 33 tahun. Sehingga, gaya main Ronaldo kini lebih simpel, dengan dirinya lebih rajin beredar di sekitar area pertahanan lawan.

Memang, di musim lalu, gaya main ini sukses besar. Melimpahnya suplai bola ke CR7, membuatnya mampu mencetak banyak gol. Tapi, cara itu justru memberi tahu lawan, apa cara efektif untuk meredam CR7, yakni memutus suplai bola kearahnya. 

Cara itulah, yang lalu dilakukan beramai-ramai, oleh klub-klub La Liga. Situasi ini diperparah, dengan gaya mainnya, yang masih cenderung mengandalkan fisik dibanding teknik di usia yang mulai menua. Alhasil, CR7 menjadi majal.

Merosotnya performa CR7 menunjukkan, Real harus mulai berani menepikan bintang Portugal ini, dan merotasinya, misalnya dengan memainkan Marco Asensio. Seperti kebijakan rotasi berkala, yang mulai dilakukan Barcelona kepada Lionel Messi musim ini. 

Memang, CR7 adalah salah satu yang terbaik di masanya. Tapi, kini ia sudah mulai menua, tak seganas dulu lagi. Memaksakannya bermain dengan intensitas tinggi, jelas sudah tak mungkin. Mungkin, ini memang awal senjakala karir CR7 bersama El Real, dan Madridista harus mulai bersiap melupakan bintang utama mereka ini.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun