Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Perjalanan Berliku Djadjang Nurdjaman di Tahun 2017

29 November 2017   01:19 Diperbarui: 29 November 2017   15:46 1610
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Tribunnews.com

Bicara soal kiprah pelatih di Liga Indonesia musim 2017 ini, banyak pelatih yang sukses, maupun gagal meraih prestasi dengan klub masing-masing. Prestasi yang saya maksud di sini adalah, (minimal) mampu memenuhi target posisi standar dari manajemen klub. Tapi, diantara semua pelatih itu, tak ada yang perjalanan kiprahnya penuh liku, seperti Djadjang Nurdjaman alias Djanur (53).

Saat kompetisi Liga 1 2017 mulai bergulir April 2017 silam, Djanur adalah pelatih Persib Bandung, klub yang dihuni banyak pemain kelas nasional, dan "marquee player" sekelas Michael Essien (Ghana). Posisi Djanur di Persib sebetulnya cukup nyaman. Statusnya sebagai eks pemain Persib, plus keberhasilannya menjuarai Liga Super Indonesia 2014, dan Piala Presiden 2015, membuatnya cukup disegani di Persib. Nilai tambah lainnya, Djanur memegang lisensi kepelatihan A AFC. Untuk saat ini, tak banyak pelatih lokal, yang punya lisensi kepelatihan A AFC.

Berlisensi A AFC, sukses, disegani, dan melatih tim bertabur bintang. Sekilas, semua akan tampak mudah bagi Djanur. Apalagi, Persib juga sukses mendatangkan pemain asing sekelas Essien, dan Carlton Cole, dua eks pemain klub Chelsea (Inggris). Jelas, ini menunjukkan, betapa seriusnya Persib menghadapi Liga 1. Targetnya jelas, inis di papan atas, kalau perlu juara.

Tapi, dengan semua modal wah yang dimilikinya, Djanur justru harus menghadapi kenyataan pahit. Alih-alih berprestasi, langkah Persib malah terseok-seok di Liga 1. Belum lagi, Persib kerap terkena sanksi PSSI, akibat sejumlah masalah indisipliner, terutama terkait tindak pelanggaran yang dilakukan oknum suporter mereka.

Laju terseok-seok Persib di liga, dan serangkaian sanksi yang didapat Persib, membuat posisi Djanur goyah. Jebloknya performa Carlton Cole, membuat situasi makin runyam. Akibatnya, Djanur memutuskan undur diri dari Persib, pada 15 Juli 2017. Posisinya lalu diisi secara bergantian oleh Herrie "Jose" Setiawan (asisten pelatih), Emral Abus, dan Yaya Sunarya (pelatih fisik). Situasi ini muncul, karena Emral Abus bekerja secara paruh waktu di Persib. 

Maklum, pada periode yang sama, ia juga sedang bertugas, sebagai instruktur kursus kepelatihan AFC. Tapi, pergantian ini tetap tak berdampak positif. Terbukti, Persib hanya mampu finis di posisi 13 Liga 1 2017.

Selepas dari Persib, pada 15 September 2017, Djanur pindah ke PSMS Medan, klub kontestan Liga 2, menggantikan posisi Mahruzar, pelatih sebelumnya. Kepindahan ini cukup mengejutkan, karena, Djanur sebelumnya tak pernah dikait-kaitkan dengan posisi pelatih PSMS. Yang lebih mengejutkan, Djanur bersedia "turun kelas" ke Liga 2. Padahal, dengan modal CV-nya yang cukup bagus, ia bisa saja pindah ke klub lain di Liga 1.

Di PSMS, Djanur langsung dihadapkan pada dua tantangan berat. Pertama, ia harus segera bersiap menghadapi babak 16 besar Liga 2, segera setelah ditunjuk sebagai pelatih. Kedua, ia melatih sebuah tim, yang seluruhnya berisi pemain lokal, tanpa ada satupun pemain asing. Secara level kualitas, tim barunya ini jelas belum sebanding dengan Persib. Kalaupun ada pemain kelas nasional, jumlahnya terbatas.

Meski waktu persiapannya mepet, keleluasaan dalam bertugas, yang didapat Djanur di PSMS, mampu berdampak positif. Terbukti, Tim Ayam Kinantan berhasil dibawanya promosi ke Liga 1. Kepastian promosi PSMS didapat, setelah di babak semifinal Liga 2, mereka sukses mengalahkan PSIS Semarang 2-0, lewat gol Choiril Hidayat, dan Dimas Drajat, di babak perpanjangan waktu, Sabtu (25/11) silam.

Meski akhirnya kalah 2-3 dari Persebaya,  di babak final Liga 2 tiga hari berselang, capaian Djanur ini terasa spesial. Karena, kualitas materi pemain, dan waktu persiapannya serba terbatas. Menariknya, kiprah Djanur bersama PSMS seolah membuktikan, seorang pelatih harus selalu diberi ruang leluasa dalam bertugas. Supaya, ia dapat bekerja secara maksimal bersama tim asuhannya, dan meraih hasil positif.

Ngomong-ngomong, selamat PSMS!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun