Kehidupan keluarga memang banyak cerita yang penuh dinamika. Pengalaman masa kecil hingga dewasa sangat berpengaruh terhadap pembentukan karakter seseorang. Teladan dari orang tua dan siapapun yang ada di rumah mewarnai watak dan pemikiran seseorang.
Setiap orang dalam perjalanan hidupnya tak bisa lepas dari berbagai masalah, termasuk yang menyangkut persoalan dalam keluarga. Justru dengan banyaknya persoalan yang dihadapi, seseorang terbiasa dan menjadi pribadi yang kuat.
Mungkin saat ini banyak ditemui fenomena "generasi sandwich", yang merasa terbebani karena mengurus anak dan orang tua. Namun semua tidak bisa disamaratakan dan dianggap sama cara menghadapinya.
Jika menengok kehidupan dulu, sering dijumpai keluarga dengan anggota keluarga yang begitu banyak. Hingga terkenal ungkapan, "banyak anak, banyak rejeki". Kehidupan penuh keramaian dalam keluarga, sudah biasa dan sepertinya indah untuk dikenang.
Lingkungan yang berbeda pun memberi pengaruh dalam budaya kehidupan keluarga. Kehidupan di kota jelas berbeda dengan di desa. Secara umum orang memahami kehidupan kota identik dengan sempit dan sibuk. Berlawanan dengan di desa yang identik dengan luas atau lapang dan ada kebersamaan.
Di desa terbiasa dengan seruan, "makan tidak makan, asal kumpul". Ditambah pula adanya tanah pekarangan yang masih luas, seringkali seorang anak yang baru berkeluarga dibuatkan rumah berdekatan dengan orang tuanya. Orang tua berharap, ketika usia sudah senja bisa dirawat oleh anak-anaknya.
Ketika melihat beban kehidupan generasi sandwich, mungkin bisa belajar dari pengalaman di atas.Tapi tetap semuanya itu tidak bisa disamaratakan dan sesuai situasi dan kondisi masing-masing.
Persoalan finansial acapkali menjadi persoalan, dan ini tergantung keadaan ekonomi dan manajemen keuangan dalam suatu keluarga. Keterbukaan antar anggota keluarga mungkin membantu untuk bisa saling mengerti tentang hal ini.
Hal lain yang juga menjadi persoalan yaitu benturan antar karakter yang berlawanan dari masing-masing anggota keluarga. Bisa jadi masing-masing orang punya budaya atau kebiasaan yang berbeda. Dan ketika bertentangan ada kemungkinan akhirnya saling menyalahkan.
Beban generasi sandwich adalah jika segala usaha, tindakan dan niat baik tidak bisa dipahami orang tua. Kembali lagi, jika sudah terkait karakter apalagi seseorang yang sudah berusia itu seringkali sulit memahami dan juga sulit dipahami. Apalagi jika ditambah adanya (maaf) kepikunan atau sakit-sakitan.
Dari pengalaman sendiri, kerabat maupun teman itu sudah lumrah dalam sebuah keluarga. Beban harus dipikul dan wajib berbakti kepada orang tua. Perlu merenungkan kembali, bahwa kita dulu telah dirawat dan banyak menyusahkan orang tua sejak dari dilahirkan hingga besar dalam asuhan.