Mohon tunggu...
Yosephine Debbie Damayanti
Yosephine Debbie Damayanti Mohon Tunggu... Dosen Pendidikan Kimia

Saya merupakan dosen Pendidikan Kimia yang aktif dalam sejumlah kegiatan, baik pengajaran, penelitian, dan pengabdian.

Selanjutnya

Tutup

Bandung

Kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat: Pendampingan Belajar Berbasis Potensi Anak untuk Penguatan Literasi dan STEM Berjalan Sukses

27 April 2025   10:10 Diperbarui: 27 April 2025   16:53 207
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Bersama Tim Dosen & Mahasiswa Unpar dan Komunitas Mata Angin (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Bandung, Kompasiana - Upaya peningkatan literasi sains dan numerasi di tingkat sekolah dasar terus digalakkan melalui berbagai inisiatif, salah satunya melalui kegiatan pengabdian masyarakat yang dilaksanakan oleh tim dosen dari Universitas Katolik Parahyangan (Unpar) Kota Bandung. Kegiatan bertajuk "Pendampingan Belajar Berbasis Potensi Anak" ini dilaksanakan di MIS Nyalindung, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung, dengan melibatkan 53 siswa dari kelas 3 hingga kelas 6. Tim dosen yang terlibat dalam program ini adalah Dr. Nancy Susianna., M.Pd, selaku ketua, bersama Yosephine Debbie Damayanti., M.Pd, Rinda Angghita Putri., M.Pd, Anggie Siti Perdani., M.Pd, dan William Xaveriano Waresindo., M.Pd, yang berasal dari Program Studi Pendidikan Kimia dan Pendidikan Fisika, sedangkan mahasiswa yang terlibat antara lain Elvinda Juita Grace Zai, Theresia Susanti Salolosit, Bernardus Albertus Salaisek, Aloysius Fransiskus Fernandez, Destiana Posindaen, Ertin Maruwu, M. A. Wulan Siribere, dan Theresia Palembang. 

Kegiatan ini dirancang untuk meningkatkan kemampuan literasi sains dan numerasi siswa dengan pendekatan berbasis literasi dan STEM (Science, Technology, Engineering, and Mathematics). Mahasiswa Unpar turut dilibatkan secara aktif dalam seluruh tahapan pelaksanaan, mulai dari perencanaan kegiatan, penyusunan soal literasi, pendampingan eksperimen, hingga evaluasi hasil belajar siswa. Dengan keterlibatan mahasiswa dalam program ini, proses pengabdian tidak hanya menjadi ajang pemberdayaan masyarakat, tetapi juga menjadi wadah pembelajaran praktis bagi calon pendidik di masa depan.

Pelaksanaan kegiatan dibagi dalam dua fase berdasarkan jenjang kelas dan tahapan perkembangan kognitif siswa. Siswa kelas 3 dan 4 masuk dalam fase pertama, sedangkan siswa kelas 5 dan 6 tergabung dalam fase kedua. Pada fase pertama, kegiatan literasi dilakukan melalui pembacaan teks naratif dan eksplorasi cerita berbasis sains, diikuti dengan eksperimen sederhana mengenai perubahan wujud benda. Sedangkan pada fase kedua, siswa diajak untuk membaca teks informasi ilmiah, menghubungkannya dengan eksperimen, serta menganalisis hasil pengamatan secara lebih terstruktur. Pendekatan ini disusun dengan memperhatikan teori perkembangan kognitif Piaget, yang menyatakan bahwa anak-anak usia sekolah dasar tengah bertransisi dari tahap operasional konkret ke tahap operasional formal.

Evaluasi kegiatan dilakukan dengan pretest dan posttest, untuk mengukur efektivitas intervensi terhadap peningkatan pemahaman konseptual siswa. Pada fase pertama, skor rata-rata siswa meningkat dari 58,4 menjadi 74,2 setelah kegiatan, dengan nilai gain sebesar 0,38 yang termasuk kategori sedang. Pada fase kedua, skor rata-rata meningkat dari 62,7 menjadi 80,5, dengan nilai gain sebesar 0,47. Hasil uji-t berpasangan menunjukkan bahwa perbedaan nilai pretest dan posttest signifikan secara statistik, menandakan bahwa pendekatan literasi-STEM yang diterapkan efektif dalam meningkatkan hasil belajar siswa.

Selain aspek kognitif, kegiatan ini juga berdampak pada peningkatan motivasi belajar siswa. Berdasarkan hasil angket yang disebarkan kepada peserta, sebanyak 85 persen siswa menyatakan bahwa mereka lebih termotivasi untuk belajar sains setelah mengikuti kegiatan. Sementara itu, 90 persen siswa menyatakan puas dengan metode pembelajaran yang digunakan selama program berlangsung. Data angket tentang gaya belajar menunjukkan bahwa 43 persen siswa memiliki kecenderungan visual, 39 persen kinestetik, dan sisanya auditori. Pendekatan multimodal yang diterapkan dalam kegiatan ini, yang memadukan teks, gambar, eksperimen praktis, dan diskusi interaktif, terbukti relevan dengan karakteristik mayoritas siswa di MIS Nyalindung.

Selama kegiatan berlangsung, tim dosen dan mahasiswa mencatat adanya perubahan positif dalam perilaku sosial siswa. Siswa menjadi lebih aktif bertanya, berani mengungkapkan pendapat, serta menunjukkan kemampuan bekerja sama dalam kelompok kecil. Pembelajaran yang dikaitkan dengan pengalaman nyata melalui eksperimen sederhana berhasil mendorong siswa untuk berpikir kritis, mengembangkan daya analisis, dan memperkuat keterampilan kolaboratif. Hal ini menunjukkan bahwa penguatan literasi dan STEM di sekolah dasar dapat memberikan dampak yang lebih luas, tidak hanya pada hasil akademik, tetapi juga pada pengembangan karakter dan keterampilan sosial siswa.

Sebagai bentuk dukungan berkelanjutan terhadap penguatan budaya literasi di MIS Nyalindung, tim dosen dan mahasiswa Unpar turut menyumbangkan 450 buku bertema literasi sains, eksperimen sederhana, dan cerita anak berilustrasi. Buku-buku tersebut diharapkan dapat memperluas sumber belajar bagi siswa dan mendukung guru dalam membangun kegiatan literasi di sekolah. Penyediaan sumber belajar ini dirancang untuk memperkuat hasil intervensi, sehingga siswa dapat terus mengembangkan minat baca dan pemahaman konsep sains di luar program pendampingan.

Keterlibatan mahasiswa dalam kegiatan ini menjadi bagian penting dari strategi pengembangan kompetensi calon pendidik. Mahasiswa tidak hanya berperan sebagai fasilitator, tetapi juga sebagai observer yang mencatat perkembangan siswa, merefleksikan efektivitas metode pembelajaran, serta mengembangkan keterampilan komunikasi pendidikan. Melalui pengalaman langsung ini, mahasiswa belajar bagaimana menerapkan prinsip diferensiasi pembelajaran, pengelolaan kelas berbasis diskusi, serta pengembangan media belajar kontekstual dengan sumber daya terbatas.

Keberhasilan program ini tidak lepas dari kerja sama erat antar dosen, mahasiswa, komunitas mata angin, dan pihak sekolah. Kolaborasi semacam ini perlu terus didorong untuk mengembangkan praktik pendidikan yang lebih adaptif, kreatif, dan berbasis kebutuhan nyata di lapangan. Pentingnya adaptasi pendekatan pembelajaran juga perlu ditekankan dengan memperhatikan karakteristik dan latar belakang siswa, khususnya di lingkungan sekolah dengan keterbatasan sumber daya.

Kegiatan ini menunjukkan bahwa pendekatan berbasis literasi dan STEM dapat diimplementasikan dengan efektif di tingkat sekolah dasar, meskipun dengan fasilitas yang terbatas. Dengan perencanaan yang matang, penyesuaian materi dengan tahapan perkembangan kognitif siswa, serta penggunaan media sederhana namun edukatif, proses pembelajaran dapat berlangsung lebih aktif, bermakna, dan kontekstual. Melalui integrasi literasi dan eksperimen, siswa tidak hanya diajak memahami konsep-konsep ilmiah, tetapi juga membangun keterampilan berpikir logis, memecahkan masalah, serta mengembangkan rasa ingin tahu terhadap dunia di sekitarnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bandung Selengkapnya
Lihat Bandung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun