Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok, semakin santer diberitakan di berbagai media. Mulai dari karakter, peta politik, hingga kehidupan pribadinya tak luput dari sorotan media. Kali ini mari sejenak lupakan kehidupan politik beliau, sejenak saja, hehe… Mengapa harus sejenak? Karena mungkin sebentar lagi akan ada pemberitaan atau ulasan politik mengenai Ahok dan teman-temannya, mulai dari politik ringan hingga yang berat-berat. Oke, sudah, lupakan dulu itu. Sejenak.
Saya bukan tak tertarik dengan perjalanan politik beliau, tetapi saya lebih tertarik dengan selera otomotifnya. Beberapa waktu lalu, salah satu media online nasional menulis berita bahwa Ahok tidak memasukkan kendaraan pribadinya dalam Laporan Harta Kekayaan Pejabat Negara (LHKPN) ke Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) karena diketahui bahwa selain menggunakan mobil dinas, Ahok juga menggunakan mobil lain (bukan mobil dinas).
Ternyata, mobil lain tersebut bukanlah mobil pribadi, tetapi mobil perusahaannya. Dulu, Ahok memang pernah punya satu mobil pribadi, tetapi sudah dijual. Begini alasannya, "Sekarang aku juga enggak sempet pakai mobil aku kok. Naik aja mobil pemda. Mobil dinas, kan melekat. Ngapain beli mobil? Rugi dong penyusutan." (sumber). Untuk ukuran seorang Gubernur Ahok yang memiliki harta kekayaan miliaran, nilai penyusutan sebuah mobil begitu diperhitungkan. Ini mengajarkan saya tentang efektivitas barang dan efisiensi pengeluaran.
Mobil pribadi sering diidentikkan dengan karakter dan identitas pemiliknya, termasuk simbol selera otomotif. Langkah Ahok menjual mobil pribadi, apakah berarti beliau tidak punya selera Otomotif? Tentu bukan itu, seperti yang pernah Ia katakan, untuk apa beli mobil, kan sudah ada mobil dinas dan mobil perusahaan. “Rugi dong penyusutan," (kalau beli mobil pribadi).
Ahok Pecinta Motor Cross
Di dunia politik dan pemerintahan, Ahok dikenal “berani” membuat kebijakan yang tidak populer, misalnya masalah penggusuran atau pemecatan pejabat yang tidak sesuai dengan kriteria kerja. Mungkin, sikap berani Ahok itu sudah terasah sejak dulu. Dahulu, ketika duduk di bangku SMP, Beliau sering nge-trail dengan motor cross. “Saya masih ingat dulu pernah punya Yamaha YT Trail sering saya gunakan bermain di trek berkontur jelek di Belitung,” kenang Ahok saat wawancara dengan Auto Bild (sumber). Bahkan, dulu ia bercita-cita menjadi pembalap motor cross, Crosser. Tetapi tidak diijinkan oleh ibunya, mungkin karena berbahaya.
Berdasarkan pengalaman saya “bermain” dengan Motor Cross, ada kenikmatan tersendiri saat menunggangi motor segala medan itu. Memacu kecepatan dan melayang di antara gundukan tanah serta menerobos jalan tanah becek dan berlumpur, seperti memberi sensasi yang berbeda. Seolah memacu adrenalin. Mungkin, kecintaan dan aktivitas Ahok pada Motor Cross dan kerap memacu adrenalin, memberi sumbangsih pada karakter beraninya.
Di tengah kesibukannya di lembaga pemerintahan, Ahok mengikuti perkembangan mobil, khususnya berjenis Sport Utility Vehicle (SUV) atau Sport Activity Vehivle (SAV). Beliau tampak begitu paham dengan karakter SUV/SAV. Beliau dan keluarganya ternyata pengguna atau pernah memiliki SUV dari berbagai produsen otomotif.
Minggu, 20 Maret 2016 lalu, OTOMOTIF GROUP (OG) mengajak Ahok untuk test drive 4 mobil berjenis SUV/SAV dari 4 pabrikan berbeda. Keempat mobil tersebut adalah BMW X6, Mitsubishi All New Pajero, Nissan All New X-Trail dan Toyota All New Fortuner. Agenda Ahok menjajal SUV/SAV tersebut, didokumentasikan dan di-upload di Youtube oleh channel Otomotif TV dan Auto Bild Indonesia.
Pada kesempatan itu, All New Pajero dipilih Ahok sebagai mobil pertama yang akan dijajal. Beliau ditemani oleh Fransiscus Rosan, jurnalis OTOMOTIF. Secara umum, Ahok memuji performa SUV yang laris-manis di pasar otomotif Indonesia, yang bersaing ketat dengan Toyota Fortuner. Meskipun demikian, bukan berarti Pajero tanpa kekurangan. Ahok mengatakan bahwa kabin bagian tengah Pejero kurang nyaman dan bagian belakangnya jelek. "Handling semua enak, gak heran banyak yang beli ya," Ahok memuji Pajero. Selengkapnya bisa melihat video di bawah ini.
