Mohon tunggu...
Yosep Efendi
Yosep Efendi Mohon Tunggu... Dosen - Penikmat Otomotif

Selalu berusaha menjadi murid yang "baik" [@yosepefendi1] [www.otonasional.com]

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Perilaku Bersih, Senyum Mbah Petrus dan Cita-cita Poros Maritim Dunia

9 Oktober 2016   21:48 Diperbarui: 9 Oktober 2016   22:05 280
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Perilaku bersih mnjadi nilai strategis GNRM (sumber gambar: revolusimental.go.id)

Memang, saat ini tren kesadaran kebersihan telah berangsur membaik. Hal itu dapat dilihat dari peningkatan kebersihan di berbagai kota di Indonesia. Entah seberapa besar peningkatan kesadaran akan kebersihan lingkungan, yang pasti Indonesia belum masuk dalam daftar 10 besar negara terbersih di dunia. Sehingga, masih dibutuhkan kampanye yang lebih dahsyat untuk menjaga kebersihan lingkungan.

Sejalan dengan Kemenkes RI, Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman RI turut mengkampanyekan perilaku hidup bersih, melalui Gerakan Budaya Bersih dan Senyum (GBS). Mengapa Kemenko Kemaritiman harus ikut-ikutan menggalakkan perilaku bersih? Sebab, Indonesia adalah negara kepulauan, yang sebagian besar wilayahnya adalah perairan (lautan). Lautan memberi kita bahan makanan, energi dan wisata yang luar biasa.

Lautan yang sudah memberi manfaat besar untuk manusia, ternyata mendapat perlakuan yang memprihatinkan. Ocean Conservancy, sebuah lembaga internasional nonprofit bidang lingkungan, merilis data bahwa Indonesia adalah salah satu dari 5 negara dengan garis pantai terkotor di dunia dan sekaligus urutan kedua sebagai negara penyumbang sampah plastik terbanyak di lautan (sumber).

Negara penyumbang sampak plastik terbesar di dunia (sumber: http://nationalgeographic.co.id/)
Negara penyumbang sampak plastik terbesar di dunia (sumber: http://nationalgeographic.co.id/)
Predikat tersebut tentu sangat memprihatinkan dan memalukan. Namun, yang terpenting saat ini bukan sekedar perasaan malu, melainkan kesadaran. Sadar akan kebersihan lingkungan, baik di daratan maupun di lautan. Oleh sebab itu, laut harus kita jaga dan perhatikan bersama, termasuk kebersihannya. 

Rasanya tak adil jika hanya mempublikasikan raihan buruk Indonesia dalam hal lingkungan. Masih ada yang membanggakan dan bisa menjadi inspirator, yaitu lingkungan Desa Panglipuran, Kecamatan Bangli, Kabupaten Bangli, Bali. Desa tersebut didaulat sebagai salah satu desa terbersih di dunia(sumber). Desa Penglipuran ini menjadi penglipur lara dari kondisi lingkungan Indonesia.

Desa Penglipuran, Bangli, Bali (sumber: news.okezone.com)
Desa Penglipuran, Bangli, Bali (sumber: news.okezone.com)
Program kebersihan yang dikampanyekan oleh Kemenkes dan Kemenko Kemaritiman adalah bagian dari nilai strategis Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM). Gerakan tersebut merupakan gerakan sosial yang dilakukan secara bersama-sama untuk menuju Indonesia yang lebih baik, yang mencakup berbagai aspek kehidupan, termasuk kebersihan. Penggunaan kata “gerakan” bermakna cita-cita GNRM membutuhkan partisipasi dan keterlibatan aktif masyarakat. Pasalnya, dalam hal ini –kebersihan-, masyarakat adalah subjek sekaligus objek yang akan bergerak dan mendapat manfaatnya.

Perilaku bersih mnjadi nilai strategis GNRM (sumber gambar: revolusimental.go.id)
Perilaku bersih mnjadi nilai strategis GNRM (sumber gambar: revolusimental.go.id)
Menumbuhkan Kesadaran Diri dan Menjadi Teladan Untuk Keluarga

Uraian di atas adalah sebagian potret dan perilaku secara Nasional. Dalam menanggapi sebuah program atau gerakan Nasional, yang terpenting adalah kesadaran dan upaya pribadi untuk mensukseskannya. Termasuk gerakan perilaku bersih, karena sejatinya, manfaatnya akan dinikmati diri sendiri, yaitu Kita. Bersih itu dari Kita, oleh Kita dan untuk Kita.

Misalnya, memakan makanan yang bersih. Manfaatnya tentu akan dinikmati sendiri. Menggunakan pakaian yang bersih, kenyamanannya juga dinikmati sendiri. Kamar atau rumah yang bersih, yang nyaman juga kita sendiri. Bahkan, orang lain pun akan nyaman jika melihat lingkungan sekitar kita tampak bersih. Jika ini disadari, maka perilaku hidup bersih yang selanjutnya berdampak pada hidup sehat adalah sebuah kebutuhan.

 Jika sudah mengerti akan kebutuhan kebersihan dan menerapkan dalam kehidupan sehari-hari, maka langsung atau tidak langsung, perilaku positif tersebut akan mempengaruhi orang lain. Orang lain yang terdekat adalah keluarga. Orangtua atau orang yang lebih dewasa di lingkungan keluarga, hendaknya memberi teladan bagi seluruh anggota keluarganya.

Untuk urusan kebersihan di lingkungan keluarga kecil saya, harus saya akui bahwa istri adalah juaranya. Dia begitu ketat untuk masalah kebersihan, baik itu kebersihan makanan, pakaian, lantai dan rumah secara umum. Hal ini yang kemudian Kami tularkan kepada putri kecil Kami yang kini berusia 2 tahun, Kia namanya. Sejak Kia bisa berjalan di usia hampir satu tahun, Ia sudah bisa membuang sampah pada tempatnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun