Yang saya amati dari tumbuh kembang Kia, Ia cenderung akan melihat dan menirukan apa yang dilakukan oleh orang terdekatnya. Oleh sebab itu, berbagai pelajaran yang ingin kami ajarkan padanya, dengan Metode “demonstrasi”. Termasuk saat kami mengajarkan membuang sampah pada tempatnya. Diawali dengan mendemonstrasikan membuang sampah, kemudian mengajaknya membuang sampah pada tempatnya. Akhirnya Ia bisa membuang sampah sendiri tanpa harus diperintah.
Metode demonstrasi cukup ampuh digunakan untuk anak-anak. Selain itu, metode ini juga akan membentuk sikap keteladanan orangtua. Sebab, untuk mengajarakan hal yang baik pada anak, dengan memberi contoh atau teladan akan lebih bermakna daripada sekedar memerintah anak melakukan sesuatu. Terkait metode keteladanan ini, beberapa bulan lalu saya tulis dalam artikel berjudul “Pelajaran dari Sandal yang Dilepas”.
Dari situ saya menyimpulkan bahwa memberi teladan/contoh adalah cara terbaik untuk mengajarkan sesuatu yang baik, termasuk menjaga kebersihan. Mari kita membiasakan perilaku hidup bersih dan menjadi teladan untuk seluruh anggota keluarga di rumah. Demi kenyamanan dan kesehatan bersama.
Kesadaran Kolektif dan Turun Temurun Di Lingkungan Masyarakat
Meskipun telah berusaha menanamkan perilaku bersih sejak usia dini di lingkungan keluarga, namun terkadang terkontaminasi dengan oknum masyarakat yang membuang sampah sembarangan. Contoh nyata, beberapa waktu lalu, saat saya dan keluarga dalam perjalanan menggunakan kendaraan, tampak penumpang dari mobil yang berada tepat di depan, dengan seenaknya membuang sampah (tisu dan plastik) melalui jendela mobil. Parahnya lagi, aktifitas tersebut dilakukan 2 kali. Sampah yang kedua adalah kulit buah, sepertinya kulit jeruk.
Celakanya, anak saya, Kia, melihat aksi buang sampah sembarangan itu. Lantas ia pun bilang “buta’ yah”, sambil menunjuk kaca pintu mobil kami (maksudnya buka kaca pintu mobil). “buat apa?” tanya saya. Kia tak menjawab, hanya berkata “buta’…buta’…buta’” berulang-ulang sambil memaksa. Belum sempat saya bukakan, Kia berbegas mengambil wadah tisu yang ada di depannya, di atas dashboard mobil. Ternyata, Ia akan menirukan orang yang membuang sampah dari dalam mobil tadi. Mungkin dilihatnya bagus ada ada benda beterbangan, seperti sampah yang beterbangan dari dalam mobil tadi. Akhirnya saya harus memberi penjelasan berulang-ulang pada Kia, bahwa membuang sampah sembarangan itu tidak baik.
Kejadian seperti ini cukup sering saya temui di jalan raya. Jika memang tidak memiliki tempat sampah di dalam mobil, kan bisa mengumpulkannya di wadah sementara. Membuang sampah di jalan raya bukan hanya akan mengotori lingkungan jalan, tetapi juga akan memberi contoh buruk pada orang lain, terutama anak-anak yang belum bisa membedakan mana yang baik dan yang buruk.
Oleh sebab itu, dibutuhkan kesadaran kolektif seluruh masyarakat, agar perilaku bersih dapat menurun ke generasi berikutnya. Sehingga kebersihan lingkungan akan terus terjaga. Hal itu lah yang menjadikan Desa Penglipuran, Bangli, Bali selalu terjaga kebersihannya, dan menjadi salah satu desa terbersih di dunia.
Selain Kebersihan, Senyum Juga Penting Untuk Kesehatan
Ternyata,selain menjaga kebersihan, ada cara lain yang bisa dilakukan untuk membantu menjaga kesehatan, baik kesehatan fisik maupun mental. Caranya amat sangat mudah, yaitu tersenyum.Ya, senyum, mudah bukan?