Mohon tunggu...
Yosep Efendi
Yosep Efendi Mohon Tunggu... Dosen - Penikmat Otomotif

Selalu berusaha menjadi murid yang "baik" [@yosepefendi1] [www.otonasional.com]

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Bijak Berkendara, Demi Kelancaran Semua

11 Maret 2016   09:19 Diperbarui: 11 Maret 2016   14:09 780
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Selain bisa berhemat bahan bakar, juga lebih bisa lebih cepat sampai. Tetapi, bukan berarti pengendara sepeda motor bisa semena-mena bekendara. Misalnya, menyalip semaunya dan menyelip seenaknya. Tetap harus menghormati pengguna jalan yang lain.

Menggunakan kendaraan secara efektif dan efisien adalah suatu tindakan yang bijak. Cukup menggunakan seperlunya. Bila perlu, menggunakan strategi “rapelan” atau “aji mumpung”. Misalnya, saat sedang berada di luar. Pikirkan kebutuhan apa yang hendak dibeli atau urusan apa yang bisa dilakukan. Kebutuhan dan urusan tersebut bisa dirapel, mumpung sedang di luar. Sehingga tidak harus meluangkan waktu khusus dan menggunakan kendaraan di lain waktu.

Bijak Memilih Ruas Jalan

Sikap ini penting terutama saat akan masuk jalan raya dan berbelok atau menepi (kanan dan kiri). Ini hal sepele, tetapi sering ditemui pengendara yang kurang tepat dalam memilih atau melalui sisi jalan. Saat akan masuk ke jalan raya dan akan berbelok ke kiri, terlebih dahulu usahakan melalui tepian jalan sebelah kiri.

Sering ditemui, pengendara yang keluar dari gang/jalan kecil kemudian masuk ke jalan raya, langsung berusaha melalui sisi kanan jalan, dengan “memaksa” pengendara di belakangnya untuk melambat atau bahkan berhenti. Padahal pengendara tersebut tidak sedang akan berbalik arah atau menyebrang ke ruas jalan yang lain. Ini jelas dapat menghambat laju kendaraan yang lain.

Kecuali jika memang di sebelah kanan (atau belakang) sedang tidak ada kendaraan. Tidak ada salahnya jika terlebih dahulu melalui sisi kiri jalan, kemudian lambat laun “melipir” ke sisi kanan, sembari melihat kondisi kendaraan di arah belakang.


“Kesalahan” lain dalam memilih jalan adalah di antrian lampu merah. Kerap ditemui, baik pengendara sepeda motor maupun mobil, yang tidak tepat memposisikan diri. Misalnya, di persimpangan lampu merah, Ia sebenarnya akan berbelok ke kanan. Tetapi antri di sisi paling kiri jalan. Sehingga, ketika lampu sudah hijau, Ia akan langsung menyerobot ke arah kanan. Mau tidak mau, kendaraan yang berada di sebelah kanannya, yang akan belok kiri atau lurus, menjadi terhambat. Kondisi ini biasanya diiringi suara klakson yang ramai. Atau ingin belok ke kiri, tetapi mengambil posisi paling kanan. Kondisi seperti ini dapat menimbulkan kemacetan dan antrian panjang di lampu merah.

Efektif Menggunakan Fitur Kendaraan

Di kendaraan, baik sepeda motor maupun mobil, dilengkapi fitur yang membantu kita dalam berkendara. Salah satu kelengkapannya adalah lampu tanda belok atau akrab dikenal dengan istilah lampu sein. Sebelum diciptakan lampu sein, isyarat berbelok dulu menggunakan lonceng. Satu ketukan lonceng menandakan akan berbelok ke kanan dan dua ketukan longceng pertanda belok ke kiri. Tetapi, suara lonceng tersebut jelas tidak efektif, karena kebisingan jalan. Sehingga, kemudian diganti dengan isyarat lampu.

Sepertinya semua pengendara telah mengetahui fungsi itu. Tetapi, banyak yang tidak efektif menggunakannya. Salah satunya adalah menggunakan lampu sein secara mendadak. Misalnya, kurang dari beberapa meter, baru menyalakan lampu sein. Ini dapat membahayakan pengendara di belakangnya. Pengendara di belakang baru melihat informasi akan berbelok, tiba-tiba kendaraan di depan sudah mengurangi kecepatan dan kemudian langsung berbelok.

Yang menjadi masalah selanjutnya adalah jika pengendara di belakang tidak dalam jarak aman dan di sisi kanan sedang padat kendaraan. Maka pengendara di belakang akan refleks berhenti, dan diikuti pengendara lain di belakangnya. Deretan kendaraan berhenti dan menimbulkan kemacetan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun