Mohon tunggu...
M Yusuf Is
M Yusuf Is Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Sosialisator Penggerak Literasi Nasional 2022

Menulis itu ibarat makanan yang terserap dalam tubuh dan menjadi energi yang dahsyat dalam bertindak, Jangan ragu-ragu untuk memberikan yang terbaik. __Tulisan mempunyai hak cipta__ Contact : 085362197826 FB : Muhammad Yusuf Ismail Ar-Rasyidi Tweeter : @ismayusuf Email : Ismailyusuf8@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

"Berguru" pada Sumbangan 2 Triliun

4 Agustus 2021   23:32 Diperbarui: 4 Agustus 2021   23:39 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar | hukumonline.com

Wah luarbiasa ! begitulah kalimat pertama terucap  saat membaca berita sumbangan 2 triliun di Sumatera Selatan untuk penanganan pandemi Covid-19 yang telah mengacaukan berbagai aspek di dunia. Bidang pendidikan, kesehatan, kebudayaan dan ekonomi menjadi beberapa aspek yang paling kentara merasakan akibatnya.

Dapat disebutkan bahwasanya moment penyerahan angka-angka yang demikian fantastis adalah sebuah hal yang langka terjadi di Indonesia, jikalau di dunia mungkin saja ada crazy rich seperti bos Microsoft melalui lembaga amalnya. Akan tetapi dalam sejarah perjalanan bangsa Indonesia memang belum ada yang sedemikian rupa.

beberapa hari berselang setelahnya, anak Akidi Tio ditangkap oleh pihak yang berwajib karena permasalahan sumbangan tersebut, berita itu dengan cepat beredar di beberapa portal berita, bahkan menghiasi dinding-dinding medsos bahkan saya sendiri sangat terkejut dan terpukul dengan berita itu.

kenapa tidak ? ditengah suasana pandemi seperti ini, korban covid-19 terus berjatuhan, pemberlakuan pembatasan terhadap aktivitas masyarakat sudah sampai level 4, tentu berpengaruh erat pada aspek pendapatan ekonomi masyarakat secara luas. Pemerintah tentu harus betul-betul harus sangat jeli dalam mengambil sebuah keputusan.

"Kegagalan" penyerahan bantuan tersebut sudah sepatutnya menjadi cerminan untuk rakyat indonesia. Setidaknya peristiwa tersebut dicukupi hanya sekali saja, jangan sampai terulang kembali kesekian kali, karena dengan nge-prank tersebut akan kembali menimbulkan masalah baru di tengah-tengah masyarakat yang sedang membutuhkan uluran tangan sang dermawan.

Mereka para korban covid-19 tidak akan percaya lagi dengan bantuan-bantuan orang lain walaupun itu benar, peristiwa itu sama halnya seperti cerpen Si Pengembala Yang Berbohong yang di dapati dalam buku bacaan ketika di sekolah dasar. Singkat ceritanya bahwasanya si pengembala terus-terusan meneriak tolong-tolong dombanya di makan serigala, padahal tidak ada, itulah terjadi sampai beberapa kali, pada kali terakhir rupanya benar-benar bahwa domba dimakan serigala, namun orang yang lewat tidak mempercayainya lagi terhadap teriakan si pengembala tersebut.

semoga bangsa Indonesia tetap teguh dari berbagai cobaan yang datang bertubi-tubi. Hendaknya semua elemen masyarakat harus bersatu padu, saling mendukung satu sama lain, dari hulu ke hilir, bahu membahu dalam menyelesaikan problema bangsa yang sedang di hadapi, pahamilah bahwa permasalahan yang di hadapi hari ini tidak cukup pemerintah saja yang menyelasaikannya, percayakan saja ke pemerintah bahwa mereka sedang mencari resep terbaik untuk rakyatnya dan kita selaku warga harus taat dan mematuhi setiap aturan-aturan itu. Dengan kata lain pemerintah tidak akan mungkin mencari yang kurang baik untuk warga negara, tentu yang terbaik dan solusi yang tetap dan akurat (YS)*

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun