Mohon tunggu...
M Yusuf Is
M Yusuf Is Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Sosialisator Penggerak Literasi Nasional 2022

Menulis itu ibarat makanan yang terserap dalam tubuh dan menjadi energi yang dahsyat dalam bertindak, Jangan ragu-ragu untuk memberikan yang terbaik. __Tulisan mempunyai hak cipta__ Contact : 085362197826 FB : Muhammad Yusuf Ismail Ar-Rasyidi Tweeter : @ismayusuf Email : Ismailyusuf8@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Lolongan Menghanyutkan

20 Oktober 2017   15:14 Diperbarui: 20 Oktober 2017   15:26 435
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Sore itu tidak jauh dari pusat kesibukan Batam, Nagoya Hill. Aku duduk di pos keamanan sebuah perusahan percetakan. Disitulah tempat kerjaku yang baru, setelah lebih dua pekan aku wara-wiri di berbagai perusahaan yang menempatkanku tidak tentu arahnya kemana. Serta dengan itu semua bisa membuat jantungku copot. Sejujurnya aku tidak pernah bekerja seperti itu sebelumnya. 

Terkadang tugasku harus menghadi masssa yang banyak dengan menggusur rumah-rumah liar dibatam beserta aku harus bersedia resiko bidikan panah  yang tajam, juga aku ditugaskan di perumahan yang di berhentikan pembangunannya oleh sekelompok preman. Juga terkadang harus kedinginan di dalam kapal tongkang tua seperti rumah hantu dipinggir laut sembari mendengar gonggongan anjing bersahut sahutan. Semuanya mengerikan.

Semua pekerjaan itu aku mencoba menghadapi dengan tenang , aku terpikir itu semua ku lakukan karena ketiadaan uang, walaupun sebenarnya aku tamatan strata satu dikampungku, pernah aku menangi berbagai lomba, dan beberapa sanyembara. Belum saatnya itu semua berguna  terlintas dalam pikiranku.

Mungkin saat ini aku harus harus bersyukur karena ini pos terakhirku dalam dua pekan, koordinator lapangan belum pernah mengontakku dengan nomor ponsel atau di smsnya yang membuat jantung berdegup kencang.

Tetapi setelah sampai ditempat tersebut tantangan lain yang aku dapatkan, itu berbau mistik membuat bulu kuduk berdiri. Kenapa tidak, disana banyak sekali anjing-anjing perusahaan yang jumlahnya lima belas ekor dipelihara oleh kakek tua yang sudah senior diperusahaan tersebut. Kakek mulai bekerja sudah zamannya perusahaan itu dipimpin oleh ayahnya pimpinan sekarang, sudah 30 tahun yang lalu kakek tua tersebut bekerja disana. Tentu tidak ada yang berani melarangnya untuk memelihara anjing yang sudah tua-tua itu. 

Bayangkan saja bulu-bulu anjing tersebut sudah terkelupas habis dari kulitnya, berkudis, kurap dan lainnya. Terkadang ada karyawan perusahaan tersebut muntah-muntah saat melihat anjing-anjing saking jijiknya. Namun tiada seorangpun yang berani melarang kakek tersebut untuk memelihara anjing itu.

Disetiap sore kakek tersebut selalu keluar dari kawasan perusahaan tersebut untuk mencari makanan sisa di warung disekitar Nagoya Hill, dengan berbekal timba 1 dan alat angkut bangunan. Saat pulang dia selalu mendapatkan makanan untuk binatang kesayangannya itu. Berpaut seratusan meter kakek itu dari lokasi tersebut binatang itu seolah-olah sudah tahu akan kepulangan tuannya itu, walaupun mereka tidak melihatnya. 

Itu ditandai dengan gonggongan yang serempak serta ada beberapa ekor yang bertingkah galak, lari wara wiri kesana kemari, seakan akan mereka sedang siaga menjaga perusahaan tersebut dari para maling. Pernah suatu sore kakiku akan digigit olehnya, dari situlah aku marah dengannya hingga kalau sudah mendekatiku aku ayunkan sepatu PDL yang melekat dikakiku.

Suatu malam yang sangat mencengangkan bagiku anjing tersebut dapat membedakan antara suara mobil patroli polisi, ambulan yang sedang kosong, ambulan yang sedang membawakan orang sakit, serta ambulan yang membawa orang yang sudah meninggal dunia.

Itu ditandai dengan gonggongan aneh saat dan berbeda saat orang meninggal dibawa, mereka kalau sedang makan maka makanannya akan ditinggalkannya, padahal kalau sudah sampai makanan  sebelumnya saling berebut-rebutan. Kali itu mereka terus melolong halus, sambil berdiri diatas dua kakinya sedang dua kaki depannya diangkat keatas.

Sungguh pengalaman yang mengerikan yang aku dapatkan disekitar kota yang terkenal dengan kesibukannya yang luarbiasa, cukup membuat bulu kudukku berdiri, apalagi kalau sedang ditengah malamnya sediri duduk tanpa kawan yang menemani. Aku heran akan tingkah mereka itu, karena bukan hanya sekali terjadi bahkan berulang-ulang kali.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun