Mohon tunggu...
Yosef MLHello
Yosef MLHello Mohon Tunggu... Bapak Keluarga yang setia. Tinggal di Atambua, perbatasan RI-RDTL

Menulis adalah upaya untuk meninggalkan jejak. Tanpa menulis kita kehilangan jejak

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tidak Ada Keluarga yang Sempurna

3 September 2025   23:37 Diperbarui: 3 September 2025   23:37 103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Maka tepatlah kata-kata mutiara tentang keluarga yang dikumpulkan oleh Amelia Riski di atas bahwa tidak ada keluarga yang sempurna di dunia ini. "Sebab terkadang kami berdebat, berkelahi, bahkan satu waktu berhenti berbicara satu sama lain. Namun pada akhirnya, keluarga tetaplah keluarga, di mana cinta akan selalu ada."

Mengapa Tidak Ada Keluarga yang Sempurna?

Ketika berbicara tentang kesempurnaan, semua orang normal pasti angkat tangan, karena kesempurnaan itu hanyalah milik Tuhan. Tidak ada manusia yang sempurna. Meskipun Tuhan sendiri meminta agar manusia berjuang menuju kesempurnaan. "Karena itu haruslah kamu sempurna sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna" (Injil Matius bab 5 ayat 48). 

Jadi jelas alasannya  mengapa tidak ada keluarga yang sempurna karena memang tidak ada manusia yang sempurna. Keluarga itu sendiri dibentuk oleh dua pribadi pria dan wanita yang sama-sama tidak sempurna. Maka demikian pun menghasilkan manusia-manusia yang tidak sempurna pula.

Dalam hal ini sekali lagi Paus Fransiskus dalam Amoris Laetitia (No.237-238) mengatakan, "semakin sering terjadi bahwa ketika orang merasa keinginannya tidak terpenuhi atau mimpinya tidak terwujud, maka hal ini cukup menjadi alasan bagi mereka untuk mengakhiri perkawinan. Dengan demikian, tidak akan ada perkawinan yang lestari atau sempurna."

Justru dalam situasi yang demikian mereka harus menegaskan kembali pilihan atas pasangannya sebagai rekan seperjalanan, melampaui berbagai keterbatasan relasi. Pada akhirnya mereka dengan realistis menerima bahwa pihak lain tidak dapat memenuhi semua impian yang mereka dambakan. 

Salah satu bukti ketidaksempurnaan keluarga adalah adanya keluarga single parent. Perjuangan single parent untuk membesarkan anak sendiri karena kehilangan atau kematian pasangan, ditinggalkan pergi oleh salah satu dari pasangan semakin menguatkan adanya keluarga tidak sempurna.

Sebaliknya keluarga yaitu pasangan suami istri yang mengalami krisis membutuhkan waktu dan segala daya upaya yang pada akhirnya mereka menyadari bahwa setiap krisis dapat menjadi "ya" yang baru untuk semakin diperbarui, diubah dan  dimatangkan.

Bagaimana Mengupayakannya?

Baik Paus Fransiskus maupun pengalaman keluarga-keluarga modern, mereka mengatakan tidak mudah mengupayakan keluarga yang bahagia, apalagi yang sempurna. Akan tetapi jalan pengharapan selalu terbuka bagi setiap orang yang percaya akan penyalenggaraan Tuhan.

Untuk menciptakan keluarga yang bahagia dan sejahtera bukan keluarga yang sempurna, banyak pakar menganjurkan beberapa tips untuk dipraktekkan sebagai berikut:

Pertama,  fokuslah pada komunikasi yang terbuka dan jujur.

Komunikasi dan keterbukaan itu surganya keluarga. Sampaikanlah pikiran dan perasaan dengan jujur dan terbuka antara suami dan istri sehingga setiap orang merasa nyaman untuk berbagi. Tidak ada sesuatu pun yang disembunyikan dari yang lainnya. Pentingnya saling mendengarkan dan menciptakan suasana bicara dengan pasangan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun