Mohon tunggu...
Yosef MLHello
Yosef MLHello Mohon Tunggu... Bapak Keluarga yang setia. Tinggal di Atambua, perbatasan RI-RDTL

Menulis adalah upaya untuk meninggalkan jejak. Tanpa menulis kita kehilangan jejak

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Kote, Kampung Portugis di Noemuti yang Masih Mempertahankan Tradisi

25 Juli 2025   18:31 Diperbarui: 25 Juli 2025   19:51 695
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi umat Katolik di Kote, Noemuti  gelar ritual soet oe untuk persiapan Kure (Pos-Kupang.com/Dionisius Rebon)

Sejak kedatangan bangsa Portugis dan para misionaris di Noemuti, orang Noemuti dikenal sebagai 'Kaes Metan' dengan Kote sebagai pusatnya yang biasa dalam tutur adat disebut 'Pah Noemuti ma Nifu Noemuti in Usan.' 

Jadi Kote adalah nama sebuah kampung yang didirikan oleh bangsa Portugis sebagai pusat kekuasaan mereka di wilayah Noemuti.

Ilustrasi Prosesi Kure (tourisminfo.nttprov.go.id)
Ilustrasi Prosesi Kure (tourisminfo.nttprov.go.id)

Tradisi Apa Saja yang Masih Dipertahankan di Kote

Kedatangan bangsa Portugis ke tanah, Pah Noemuti, membawa peradaban baru sekaligus memperkenalkan agama Katolik kepada penduduk asli Noemuti yakni Salem, da Costa dan Meol Kruz yang pada waktu itu sudah lebih dahulu menguasai wilayah Noemuti yang merupakan bagian dari kerajaan Oenam dan beribukota di Noemuti yaitu Kote.

Ada pun beberapa budaya yang diwariskan oleh bangsa Portugis dan kini telah menjadi tradisi orang Noemuti untuk selalu dipertahankan dan dilestarikan seperti:

1.   Penyebutan/Pengelompokkan Marga

Orang Noemuti yang kala itu telah memiliki peradaban sebagai Kaes Metan dengan segala suku bangsanya yang dikenal dengan istilah Sembilan suku di Hulu Sungai atau yang disebut Sio Noe Nakan dan Sembilan suku di Hilir Sungai atau Sio Noe Haen. 

Meskipun sampai saat ini masih terdapat kesimpang siuran dalam penyebutan atau pengelompokkan suku-suku yang disebut Sio Noe Nakan dan Sion Noe Haen karena akibat perkawinan dalam antarsuku sehingga mengalami semacam perpindahan suku dari Noe Nakan ke Noe Haen dan sebaliknya.

Dalam perayaan 1 (satu) abad berdirinya paroki Noemuti dan terbitnya buku 'Satu Hati, Satu Cinta dan Satu Keluarga' dalam rangka ulang tahun ke-100 tersebut belum dilakukan seminar atau bedah buku sehingga masih terdapat beberapa nama suku yang luput dari penyebutan, dan akan mendapat perbaikan atau revisi.

2.   Tradisi Kure atau disebut Lusitan

Sampai saat ini tradisi Kure atau Lusitan masih tetap dipertahankan di Kote sebagai ibukota Kerajaan Oenam/Noemuti. Menurut penuturan banyak orang, tradisi ini hanya ada di Noemuti/Kote yang dalam praktek serupa hampir sama dengan praktek yang ada di Oe-Cusse, Ambeno dan Larantuka yang dipraktekkan dalam tradisi Semana Santa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun