Mohon tunggu...
Yosef MLHello
Yosef MLHello Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Bapak Keluarga yang setia. Tinggal di Atambua, perbatasan RI-RDTL

Menulis adalah upaya untuk meninggalkan jejak. Tanpa menulis kita kehilangan jejak

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Seni Teater Tetap Menjadi Tontonan yang Kaya Pesan Moral

28 Maret 2022   20:12 Diperbarui: 28 Maret 2022   20:21 1629
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Contoh Teater Tradisional (ilustrasi dari pojokseni.com)

"Sampai kapan pun seni teater tetap menarik!" Mungkin itulah pernyataan yang tepat ditujukan kepada dunia teater.  Jalan ceritanya mudah ditangkap. Pesannya jelas. Tidak berbelit-belit. Sarat dengan pesan moral yang tersirat dan bisa menjadi pelajaran untuk kehidupan bagi para penonton.

Menurut Wikipedia, teater adalah cabang seni yang lahir pada masa Yunani klasik. Jadi teater sebenarnya merupakan seni gerak dan suara yang paling tua  di antara cabang seni lainnya.

Selain itu, teater tidak bisa dipisahkan dari panggung, karena teater merupakan perpaduan gerak, tari dan lagu. Teater juga adalah seni drama yang menyajikan tentang kisah kehidupan manusia dan daripadanya penonton menarik makna atau pesan moral untuk kehidupannya sendiri.  Itulah sebabnya teater tetap menjadi tontonan yang menarik untuk segala zaman.

Kalau berbicara tentang dunia panggung, tidak bisa dipisahkan dari drama. Ketika SMP dulu, saya gemar menonton sebuah drama menarik berjudul "Lembah Maut di San Salvador".  Sebagai siswa SMP yang masih kecil, kami (walaupun saya bukan pemain), tapi kami selalu ikut-ikutan untuk membantu. Kami berkeliling kota-kota kecamatan untuk pentasan drama tersebut. Selain untuk menghibur masyarakat, juga kami mau mendapatkan dana untuk OSIS.

Teater juga tidak bisa dipisahkan dari dunia kemahasiswaan. Banyak teater lahir dan dipentaskan oleh para mahasiswa. Saya tidak tahu lagi mahasiswa sekarang, karena saya bukan mahasiswa lagi. Tapi setahu saya, para mahasiswa pada era 70-80an, banyak yang berkecimpung dalam dunia teater. Dan itulah sebabnya banyak mahasiswa yang kemudian menjadi terkenal melalui dunia teater. 

Misalnya sebut saja Teater Lingkar yang lahir tahun 1980 oleh para mahasiswa Undip Semarang. Ia malah dikenal sebagai salah satu pioner berdirinya teater-teater lain di Kota Semarang yang dirintis oleh Mas Ton. Teater Lingkar berhasil memproduksi puluhan pertunjukan, baik itu naskah sendiri maupun naskah dari para penulis lain baik dari dalam maupun luar negeri.

Demikian pun Teater Koma, merupakan sebuah kelompok seni teater yang berdiri pada 1 Maret 1977 di Jakarta. Sebagai kelompok drama yang tertua di tanah air, Teater Koma selalu tampil sebagai teater independen. Ia bekerja melalui berbagai pentas yang tujuannya adalah mengkritik berbagai situasi sosial dan politik di tanah air kita.

Selain dunia mahasiswa, teater juga sebenarnya merupakan seni pertunjukan masyarakat. Di mana-mana pada masyarakat tertentu, selalu ada istilah pertunjukan. 

Misalnya, malam ini ada pertunjukan di kantor desa, di alun-alun, di sekolah atau pun di Gereja. Karena itu, kita kenal ada dua macam teater yaitu Teater Tradisional yang dimainkan oleh masyarakat tertentu yang sudah lama dimiliki dan sudah menjadi bagian dari masyarakat.

Kita contohkan pada masyarakat Timor, khususnya Atoin Pah Meto (Dawan) ada pertunjukkan "bonet" yaitu teater rakyat dengan gerak dan lagu bersahut-sahutan dengan pesan moral untuk kehidupan.  Ada juga "Bilut ma Bso'ot" berupa pertunjukan tarian bidu dan gong. Pada masyarakat Jawa, kita kenal ada Ludruk dan Wayang.  Pada masyarakat Bali, ada Gambuh, Topeng dan Kecak.

Seiring dengan semakin majunya zaman, maka kemudian kita kenal adanya Teater Modern untuk membedakannya dari Teater Tradisional seperti telah disebutkan tadi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun