Demikian pun kepada seorang anak laki-laki diberitahukan bahwa pada usia sekian tahun nanti kamu akan mengalami apa yang dinamakan 'mimpi basah'. Hal tersebut terjadi mungkin karena minimnya pendidikan para orang tua suku Dawan.
Seorang anak laki-laki pada suku Dawan baru bisa mendengar atau ikut berbicara seks kalau ia sudah dikatakan dewasa yaitu setelah ia 'nhel' atau potong alias sunat. Â
Sedangkan anak gadis atau wanita setelah ia mengalami haid pertama atau menstruasi. Jadi sejak kecil anak-anak baik laki-laki maupun perempuan suku Dawan tidak diberikan pemahaman tentang bagaimana haid atau menstruasi pertama atau mimpi basah.
Jadi bagi masyarakat Dawan di Timor tidak ada pendidikan seksualitas kepada anak. Seseorang akan tahu tentang seks dengan sendirinya ketika ia telah mengalaminya sendiri. Karena itu bisa juga dikatakan masyarakat Dawan menganut konsep pendidikan "learn from experience".Â
Karena itu bisa dimengerti bahwa banyak kasus pelecehan seksual di antara anak-anak dan remaja terjadi karena terdorong oleh pertama, perasaan ingin tahu; dan kedua, perasaan ingin membuktikan bahwa seseorang telah dewasa. Belajar dari pengalaman sebagai guru yang terbaik. ***
Atambua, 20 Desember 2021
Â