Mohon tunggu...
Yos Asmat Saputra
Yos Asmat Saputra Mohon Tunggu... Freelancer - Announcer

terus menulis, Penyiar Radio, motivator & Mc

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Wanita Itu Ingin Dihargai

27 Juli 2015   14:29 Diperbarui: 27 Juli 2015   14:37 416
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kalimat di atas sering kita dengar namun terkadang kita masih saja elalaikan kalimat tersebut. Sehingga wanita yang ada dirumah kita, seperti ibu dan istri kita terkadang kecewa dengan sikap kita yang mereka anggap kita tidak peduli dengan keinginan mereka. Padahal kita tidak bermaksud mengecewakan hati mereka bahkan semua kebutuhan mereka kita telah penuhi.

Jika kondisinya sudah sampai pada kekecewaan maka harta yang banyak tidak akan ada harganya dan tidak bisa mengobagi hati ibu atau istri kita yang telah terluka. Mereka biasanya cenderung diam dan tidak mau menceritakan kekecewaan yang dialami sampai akhirnya mereka tidak kuat menahan kekecewaan tersebut. Jika sudah tidak kuat, ada diantara mereka yang akhirnya bicara sendiri seperti orang yang kemasukan roh jahat dan tidak mengenali dirinya. Istilah kerennya, mereka sudah sampai pada tingkatan stres dan butuh cara untuk mengembalikan kepercayaan diri mereka, yakni ingin dihargai.

Banyak contoh kasus yang penulis amati di sekitar kehidupan kita. Salah satunya ada kasus seorang ibu rumah tangga yang selama ini terkenal pendiam dan patuh pada apa yang dikatakan suami. Semua kebutuhannya dan anak-anaknya dipenuhi dengan baik, karena suaminya termasuk sukses dalam bisnis sehingga apapun yang diminta pasti dipenuhi. Namun ada satu keinginan istrinya tersebut yang tidak bisa dipenuhi. Ia hanya ingin anak lelakinya tidak usah kuliah keluar negeri melanjutkan S2, cukup kuliah di Indonesia saja. Ia tidak ingin berpisah dengan anaknya karena sejak kuliah S1 anaknya sudah meninggalnya bertahun-tahun kuliah diluar kota. Kali ini ia ingin anaknya kuliah S2 di Jakarta saja biar dekat dengan ibunya.

Keinginannya tidak mendapat dukungan dari suami dan anaknya, anaknya tetap berangkat kuliah ke luar negeri. Suaminya mendukung penuh keberangkatan anaknya sehingga sebagai istri tidak bisa mencegah namun dengan kekecewaan yang sangat mendalam. Akhirnya, ia tidak kuat dan mulai ia bicara sendiri dan kalimat yang keluar adalah kalimat kekecewaan yang selalu diulang-ulang dan terkadang menangis sendiri. Sepanjang hari hanya bicara tak karuan dan tidak pernah tidur hingga berhari-hari.

Suami dan anaknya tidak mengerti mengapa hal itu terjadi maka dibawanya ke dokter dan hasilnya kondisi kesehatan istrinya sehat-sehat saja. Atas saran teman suaminya., dianjurkan berobat keseorang ustad, siapa tahu ada gangguan jin atau ada orang yang sirik padanya. Pada akhirnya suaminya menyadari ada satu kekecewaan yang dirasakan istrinya. Dipanggillah anaknya yang sedang kuliah di luar negeri untuk kembali pulang dan tidak melanjutkan kuliah S2 di negara tersebut.

Alhasil, lambat laun kondisi istrinya kembali pulih setelah anaknya tidak jadi kuliah diluar negeri dan perhatian dipusatkan ke istrinya. Ternyata harta yang banyak dan kesuskesan tidak membuat hati seorang wanita bahagia saat keinginan mereka tidak terpenuhi. Intinya, komunikasi juga hal yang penting agar semua rencana dalam keluaga bisa berjalan sesuai keinginan. Tidak memaksakan keinginan sendiri sementara istri tidak diajak menentukan rencana ke depan.


Begitu juga kisah seorang ibu yang hanya diam dengan kesuskesan anaknya sementara ada satu keinginannya yang tidak penah didengar. Ibu ini menginginkan agar keluarga anaknya bahagia. Namun apa yang terjadi, keluarga anaknya kandas ditengah jalan. Lantaran, anaknya yang perempuan lebih sukses dibanding suaminya. Anaknya minta cerai dari suaminya sehingga tidak sempat mendapatkan cucu, karena sudah bercerai.

Kesuksesan anaknya memang luar biasa dan apapun yang diminta ibunya pasti dipenuhi. Namun harta dan barang mewah yang diingnkan, namun kerinduan akan cucu dan keharmonisan rumah tangga anaknya yang diinginkan. Sementara anaknya sibuk dengan urusan karir dan dan seakan lupa menikah lagi. Ibunya tidak berani mengemukana keinginan pada anaknya karena takut menyinggung perasaan anaknya. Hanya diam dan diam memendam semua keinginannya. Sampai akhirnya, berbagai penyakit menggerogotinya dan salah satunya mulai berbicara sendiri seperti orang kemasukan roh jahat.

Sama seperti cerita seorang istri di atas, akhirnya anaknya menyadari kalau ibunya memendam sesuatu dan selama ini diam saja. Semoga tulisan ini bisa menjadi bahan renungan untuk bisa menghargai seorang wanita, baik itu ibu atau istri kita. Semoga..@yos , Juli 2015

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun