Mohon tunggu...
YosArianda
YosArianda Mohon Tunggu... Pelaut - Petani

Terlahir dari tangisan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Dhon Jeand Ernesta

5 Desember 2020   15:03 Diperbarui: 23 November 2021   09:31 136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dhon Jeand Ernesto.

Hari ini adalah hari ketiga kamu hadir di tengah-tengah kami, saya dan ibu mu, Oma, Opa dan Moyang mu. 

Saya menuliskan ini sebagai sebuah moment singkat segala sesuatu terjadi atas peristiwa yang di nanti-nantikan yaitu kelahiran kamu di tengah-tengah kami.

Kamis, 03 Desember 2020, hari itu hujan lebat saya memiliki janji pertemuan diskusi di Gereja Ebenheser Taupkole-Bipolo, pertemuan itu atas undangan Ketua Klasis Sulamu kepada saya sebagai Ketua dari kelompok Tani milenial, karena Wilayah gereja kita masuk dalam wilayah Klasis Sulamu, dan karena hal itu saya di undang lewat WhatAp. 

Saya yang kuliah dan sambil bekerja berusaha membagi waktu untuk menghadiri undangan jam 15.00 sore itu.

Sekitar jam 08.00 pagi dari kota menuju rumah di kampung. Tiba sekitar jam 10.00 cuaca mendung, benar dugaan saya setelah tiba kurang dari satu jam hujan lebat mengguyur tanpa henti bahkan lewat dari jam 15.00 waktu pertemuan. 

Opa dan Omamu berangkat mengikuti pemakaman jam 15.00 mengunakan payung saya menunggu hujan sedikit reda untuk berangkat memenuhi undangan diskusi waktu 16.15 saya berangkat, cuaca tak berubah namun hujan sedikit reda, hujan membuat jaringan internet hilang sesaat. Saya memenuhi undangan diskusi itu, melalui Tim PGI bidang okonomik kita berdiskusi  bagaimana membagun ekonomi d bidang pertanian dan pemuda melineal sebagai moto pengerak, melihat sistuasi minat pemuda sangat minim di bidang pertanian terutama wilayah klasis sulamu.

Semoga kelak kau membaca catatan sukarno tentang teori marhaen. Minat saya bertani adalah karena membaca salah satu buku judulnya " Bung Karno dan marhaen.

Rencananya setelah memenuhi undangan diskusi, saya langsung berangkat menuju kota, karena besoknya harus kuliah dan berkerja meski kuliah lewat Dalam Jaringan (daring) karena Indonesia  pada saat ini mengalami dampak corona virus, di mulai dari akhir tahun 2019 hingga muncullah istilah covid 19 dan bulan ini mungkin suda setahun Indonesia seolah terikat oleh virus ini, entah sampai kapan senyum dan tawa kita harus terhalang karena harus mematuhi protokol kesehatan (prokes) wajib mengunakan masker. Nanti saya akan lebih  rinci munuliskan soal ini ntuk mu, jelas dengan bagaimana dampak virus ini menjadi konspirasi merusak ekonomi indonesia hingga kepemimpinan Oligarki juga Politik Dinasti yang terjadi.

Kita lanjut lagi, jam 18.00, saya pamit meninggalkan tempat diskusi lebih awal dari para undangan lain. Lepas sekitar 1-km dengan sepeda motor, cuaca memburuk, hari itu kabut seolah menutupi pandangan saya, kaca helem di tutupi uap walau tidak hujan saya sedikit kawatir akhirnaya saya memutuskan untuk kembali dan menunda perjalanan kembali ke kota.

Saya kembali ke rumah, dalam perjalanan pulang ke rumah saya berusaha melihat handpone untuk memberi kabar kepada tantamu di kupang, beliu adalah perempuan asal sumba timur saya memacarinya dua tahun lalu, ia selalu bersama saya, sering sekali ia juga membaca puisi saya ketika sedang melakukan aksi demonstrasi di kampus, ia banyak membantu saya menyelesaikan tugas-tugas kuliah jika saya sibuk dan batas waktu pengumpulan tugas mepet, walau kadang sering marah-marah karena saya lebih sibuk mengurus organisasi ketimbang tugas dari dosen,ia juga banyak membelanjakan perhelatan kamu saat kamu akan dilahirkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun