Mohon tunggu...
Yosafat WilliamSinar
Yosafat WilliamSinar Mohon Tunggu... Mahasiswa - Pelajar

As long as I'm fine everything's fine

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Dialog Sarana Mediasi Umat Beragama

14 Februari 2022   12:03 Diperbarui: 14 Februari 2022   12:20 368
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

   Perkembangan sikap tersebut yang semakin mengakar mendorong Bapa Suci Paus Fransiskus untuk menyerukan anjuran apostolik Evangelii Gaudium, pasal 250-253. Ditekankan bahwa sikap keterbukaan dalam kebenaran dan kasih haruslah menandai dialog dengan pengikut agama-agama non-kristiani walaupun terkadang masih sulit dan penuh penghalang. 

Dialog antar agama

Dialog menjadi ruang yang diperlukan bagi kedamaian dunia, mengingat bahwa agama menjadi pengikat terkuat dalam hubungan sosial pembentuk identitas sosial. Dengan dialog, penganut agama yang satu dengan agama yang lainnya dapat belajar untuk menerima cara hidup, berpikir, dan berbicara yang berbeda antara satu dengan lainnya. Dalam suatu dialog perlu dilakukan beberapa hal supaya tidak menjadikan ini sebagai momen katarsis tiap orang untuk meyakini bahwa apa yang mereka anut adalah paling benar. 

Pertama, dialog bukan sarana untuk membuat orang ikut dalam keyakinan yang agamaku miliki. Dialog mengandung nilai keterbukaan yang sesungguhnya dan menuntut tiap orang tetap pada keyakinan terdalamnya. Dengan penerimaan akan identitas dirinya masing-masing, dialog menjadi sarana memperkaya masing-masing pihak, dalam keyakinan yang dipercayainya. 

Kedua, dialog tidak untuk berselisih. Terkadang tiap orang merasa agama yang mereka yakini adalah kebenaran sejati. Namun, perlu diingat bahwa setiap pemeluk lainnya pun merasakan hal yang sama. Dialog yang dilandaskan perasaan tidak mau menerima perbedaan ajaran, akhirnya malah memunculkan polemik, salah satunya perdebatan tiada akhir satu sama lain. 

Ketiga,dialog harus menjauhi sikap relativisme. Sikap relativisme adalah sikap  diplomatis individu atau kelompok untuk mengatakan "iya" untuk menghindari suatu permasalahan. Dalam suatu penerimaan, perlu adanya kejujuran untuk mengatakan secara tegas jika terdapat perbedaan, bukan malah menghindarinya. 

Praktik dialog sebagai sarana mediasi menekankan bahwa penerimaan perbedaan ajaran tidak dapat "disama-samakan" antara agama yang satu dengan yang lain. Perbedaan tersebut tidak perlu dipermasalahkan mana yang lebih benar. Sebab, keyakinan sepenuhnya akan perbedaan itu adalah pandangan yang subjektif. Semoga kita antar umat beragama mampu mengimplementasikan dialog umat beragama yang tepat guna menjaga keutuhan persatuan dan kesatuan satu sama lain. Sebab, dialog mampu menjadi sarana mediasi yang efektif dan mendalam antar umat beragama. 

Sumber: 

https://katolisitas.org/apakah-arti-eens-extra-ecclesiam-nulla-salus/-, Diakses pada pukul 11.46 WIB tanggal 14 Februari 2022

Majalah Utusan Segala hal mencari dia, No 11 tahun ke-69, November 2019

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun