Pendidikan dan Lost Generation
Pandemi COVID-19 memberikan persoalan yang rumit bagi dunia pendidikan. Pasalnya, dinamika KBM (Kegiatan Belajar Mengajar) di kelas menjadi terganggu karena masalah ini.Â
Dampak ekstensif yang ditimbulkan ikut memengaruhi kualitas pendidikan dan efeknya juga disinyalir akan berdampak pada arah kebijakan pendidikan di Indonesia.Â
Oleh karena itu, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim menitik beratkan pada dua hal. Salah satunya adalah mitigasi krisis pembelajaran. Namun, metode ini masih menemukan kecemasan bagi generasi penerus bangsa.Â
Sebab, generasi ini mengalami regresi cara berpikir serta soft skill dan hard skill yang kurang terlatih karena dampak mitigasi krisis pembelajaran yakni, online learning. Berbagai polemik pun bermunculan dari dunia pendidikan terkait pengembangan kemampuan dan keterampilan generasi penerus bangsa.
Hasil penelitian U-report PEKA vol.2 antara UNICEF Indonesia dan CIMSA Indonesia mengenai stres pada 28 Agustus-4 September 2020 lalu, yang melibatkan 535 responden di 30 Provinsi, menyebut 38% siswa takut tertinggal memahami pelajaran; 36% takut ketidakpastian hasil studi di masa depan; dan 10% kesulitan mengatur jadwal.Â
Hal ini mengindikasikan bahwa terjadi penurunan kadar kualitas pendidikan dan peningkatan relativitas pembelajaran dalam pendidikan di Indonesia dikarenakan siswa kurang merespons dengan baik pembelajaran daring.Â
Akibatnya, semua persoalan bermuara pada perkembangan generasi penerus bangsa yang kurang berpengalaman dalam bersentuhan langsung dengan keadaan nyata. Sekarang ini kita sebut sebagai permasalahan, Lost Generation.
Dilansir dari Britanica.com, America's Development and Research Center merilis definisi baru mengenai lost generation yakni, generasi yang kehilangan arah, dan memahami arti tujuan hidup dan bersikap pesimistik.Â
America's Development and Resaerach Center menetapkan pertama kali digunakan untuk menggambarkan situasi yang terjadi setelah pasca Perang Dunia I di tahun 1920 silam. Yang mana keadaan perang membawa pengaruh mental dan psikis bagi generasi muda yang berumur produktif.Â