Mohon tunggu...
Yong Mara
Yong Mara Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Lahir di Cerenti, 21 oktober 1989 anak dari Adiran Gembira Siregar dan Syarifah Ningsih tinggal di Pekanbaru Riau Aktifitas menulis Puisi, Deklamator Puisi, Teater,..tercatat Sebagai Mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya Lancang Kuning jurusan Sastera Indonesia, Dan Anggota sanggar di Teater Matan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Solusi Tauran di Masa Remaja

21 November 2013   14:45 Diperbarui: 24 Juni 2015   04:51 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Adakah solusi mengurangi tingkat tauran di kalangan Anak Remaja saat Ini?

Jawabannya tentu saja ada, mungkin sering kali timbulnya pertanyaan di benak kita mengapa sering sekali terjadi tauran dikalangan anak-anak sekolah baik itu di kota besar maupun didaerah-daerah.

saya hanya bisaa menilai dan menerawang lewat apa yang saya lihat di televisi dan di koran-koran tentang masalah tauran ini, ini bukan masalah kecil lagi, melainkan ini sudah menjadi masalah kita bersama.

Mengapa terjadi tauran ini, awal yang memicu terjadi tauran akibat terlalu banyaknya mata pelajaran yang harus di porsir terhadap anak-anak pada saat ini, otak mereka harus di paksa untuk memahami apa yang belum seharusnya mereka pahami, sehingga anak-anak itu tidak ada sarana untuk mengaspresiasikan keinginan mereka untuk beraktifitas dalam berkarya.

Sementara itu, oknum pemerintah baik itu di ibu kota maupun di daerah-daerah mengambil kesempatan ini hanya peduli akan anggaran-anggaran untuk mendapatkan keuntungan dalam ini semua.

Kenapa saya berani berbicara seperti ini alasan saya sangat jelas, zaman sekarang ini dunia teknologi di negara indonesia sangat maju pesat sehingga banyak mempengaruhi watak seseorang.dan seharusnya dampak inilah yang seharusnya menjadi wadah anak-anak indonesia menjadi lebih baik lagi bukan lebih hancur lagi. Kita lihat saja dunia industri perfilman saat ini, tidak memikirkan moril, hanya memikirkan materil, sehingga perfilman saat ini yang seharusnya belum layak ditonton anak-anak sudah di tonton oleh mereka.

Kita berputar kemasa dahulu dimana belum maju nya teknologi, mungkin para pejabat saat ini pasti tahu kenapa anak-anak saat ini mengapa suka tauran. Atau jangan-jangan kura-kura dalam perigi mereka pura-pura tidak mengerti.

Zaman dulu, orang tua memiliki cara untuk mendidik anaknya, karena mereka tahu persis karakter, watak dan kepribadian anaknya.bermacam-macam cara orang tua mendidik anaknya, ada yang kasar ada pula yang lembut.

Orang tua memukul pasti ada sebab karena anak sudah tidak bermoral dan tidak bisa di bilangi pakai mulut.begitu juga guru-guru pendidik pada zaman dulu, mereka belajar betul pedagogikpemahaman seorang murid, ketika murid itu tidak bisa di bilangi mereka memukul pakai penggaris panjang. Dan ingat tidak waktu kuku panjang di periksa dipukul pakai penghapus papan tulis.

Tetapi pada zaman sekarang bagaimana orang tua mampu mendidik anak mereka sendiri, ketika seorang anak sudah tidak bermoral, harus juga di lembutin..ketika anak-anak sekarang tidak bisa diajari pakai mulut harus di lembutin.kalau dipukul ada UUD HAM P.a, dan tidak bisa terima pemerintah kalau anak itu di pukul walau sekalipun anak itu tidak bermoral.makanya orang tua pada saat ini menyerahkan seutuhnya pada sekolah kelakuan anaknya.

Untuk sekolah, mengapa guru-guru sekarang takut mereka mendidk, ya tentu mereka lebih memilih pekerjaan dari pada mengurus anak orang yang susah di bilang. Dan mereka hanya mengajar-mengajar dan mengajar.

Jawabannya ada di UUD Ham P.a., bagaimana mampu seorang guru mendidik kalau didikan mereka tidak didengar? Anak –anak saat ini dilembutkan makin menjadi dikasari mau memukuli. Karena merasa terlindungi oleh UUD Ham P.a.

Siapa yang tidak takut di penjara hanya gara-gara hal sepele.? Tentu mereka memilih lepas tangan. Lebih baik memikirkan pekerjaan dari pada memikirkan anak orang!

Agama juga belum tentu bisa mengatur,bagaimana anak-anak bisa memahami agama mereka? Televisi mempertontonkan kisah-kisah anak zaman sekarang yang jahat terus menang yang baik terus tersiksa.disekolah pelajar memakai rok diatas lutut,, berpelukan, produksi televisi hanya memikirkan materil tidak memperdulikan moril.

Mungkin ada baiknya ditiru pada zaman dulu, di buat film 17 tahun keatas bagi yang belum cukup harus sudah tidur.

Caranya merubah jangan ada tauran lagi? Adakan sarana bermain anak-anak seusia mereka tanpa harus mengeluarkan biaya yang besar,Mengatur lagi produksi film indonesia yang lebih bermoril dan revisi UUD Ham P.a kalau perlu di hapuskan.

Lalu Serahkan semuanya pada orang tua, guru, dan masyarakat yang mendidik untuk karakter ini. Insyaallah itu semua tidak terjadi lagi.


Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun