Mohon tunggu...
Lam Syahrizal
Lam Syahrizal Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa UIN SGD Bandung

Tulisan dari seorang Gen Z yang memimpikan kesejahteraan dan keadilan di bumi ibu Pertiwi.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

3 Indikator Kenapa Manusia Menjadi Makhluk yang Paling Sempurna

22 Mei 2024   23:53 Diperbarui: 22 Mei 2024   23:58 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Oleh: Lam Syahrizal

"Sungguh, Kami telah Menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya" (At-Tin : 4). 

Dalil di atas adalah satu dari sekian isi al-quran yang mengindikasikan manusia sebagai makhluk terkemuka di alam semesta. Sejak awal penciptaan, manusia sudah mendapatkan keistimewaan dari Allah Swt., manusia diciptakan untuk menjadi khalifah di muka bumi. Dengan berbagai keistimewaan ini manusia menjadi makhluk yang paling sempurna diantara makhluk lain nya. Apakah kita menyadari dan sudah memahami fakta tersebut? apakah kita sudah bersikap selayaknya khalifah bagi alam semesta? Apakah kita sudah menemukan kebesaran -Nya selama menjalani kehidupan? Semua nya adalah pertanyaan-pertanyaan yang tidak semua mampu dijawab.

Harus diketahui bahwa allah Swt. Menciptakan manusia dengan tiga unsur sempurna yang tidak di miliki oleh makhluk lain, tiga unsur itu adalah intelektualis, kolaboratif dan imajinatif. Ketiga unsur tersebut bisa di katakan sebagai sebuah kelebihan mutlak yang dimiliki manusia. Bagaimana tidak, selama ini kita hanya diajarkan tentang manusia sebagai makhluk "pemikir" untuk menyatakan kelebihan tersebut. Namun dibalik fakta tersebut kita bahkan lebih jauh dari hanya sejenis makhluk yang bisa berpikir belaka.

Manusia diciptakan sebagai makhluk intelektualis, yang dimana itu berarti bukan hanya berpikir namun lebih jauh dari pada itu. Manusia bisa menyanggah, menkritisi, menolak, meng 'iya' kan bahkan melawan. Lain dari pada itu, cara berpikir yang ilmiah menjadikan manusia bukan hanya sejenis makhluk yang menggunakan fungsi otak saja tapi bahkan mampu melantunkan otak ke wahana yang lebih dalam.  Lalu, pada bagian selanjutnya manusia memiliki kemampuan kolaboratif dimana manusia bisa bekerja sama, bergotong royong, bahu membahu untuk menyelesaikan berbagai hal baik itu permasalahan dunia maupun akhirat. 

Kemampuan ini begitu penting untuk dapat di pahami. Kita sebagai manusia di anggap sebagai yang paling sempurna tidak terlepas dari kolaborasi antara sesame bahkan terkadang tak jarang melibatkan makhluk lain nya. Oleh karna itu, haruslah kita merenungi hal tersebut dan selalu bijak dalam menjalani kehidupan. 


Ada sebuah ungkapan yang di sampaikan oleh Ir. Syarif Hidayat P.hD "Masuk surga tidak cukup hanya dengan hafalan". Beliau menjelaskan bahwa hanya 25% dari isi Al-quran yang membahas tentang fiqih, selebihnya tentang kisah, reminder, dan sebagainya yang beliau artikan sebagai indikasi bahwasanya manusia hendaknya selalu berpikir dan berkolaborasi. Pada akhirnya, kita adalah makhluk sosial, kita tidak akan bisa dan tidak akan mampu bertahan hidup jika tidak ada manusia lain. Dan, itu lah mengapa kolaborasi menjadi begitu penting serta kekuatan bagi kita.

Kemudian yang terakhir adalah, imajinatif. Kuda tidak bisa bercita-cita, malaikat tidak di ciptakan untuk membayangkan masa depan, syaitan tidak mampu membuat kreatifitas seni yang indah rupawan. Itu semua hanya mampu dilakukan oleh manusia. Sebagai makhluk yang paling sempurna, kita mampu untuk bermimpi, menghayal, membuat aneka ragam seni dan lain lain. Imajinatif merupakan kelebihan kita selanjutnya yang jarang sekali di  bahas. imajinatif atau imajinasi sering kali dikaitkan dengan hal hal mistis padahal keduanya memiliki perbedaan yang mencolok.

Dari ketiga indikator di atas seharusnya kita tahu betapa sempurna nya kita, betapa spesial nya kita sebagai makhluk Tuhan. Lalu mengapa kita masih memandang rendah diri kita, kenapa kita masih selalu menganggap kita tidak mampu melakukan apapun? Bahkan lebih berbahaya lagi merasa bahwa diri ini tidak sempurna dan diciptakan untuk gagal. 

Bangunlah, jika pikiran pikiran itu masih menghantui diri kita, tanpa di sadari kita sedang ber-suudzon kepada Rabb alam semesta. Apakah kita pantas seperti itu, apakah kita akan benar benar melakukan itu, tidak bersyukur atas karunia dan Rahamt -Nya.

Semoga Allah mengampuni kita semua.*

Bandung, 22 Mei 2024

 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun