Mohon tunggu...
Yones Budiono
Yones Budiono Mohon Tunggu... Lainnya - yones budiono

🔄 Listen || Observe || Share 🔄

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

WNA Jadi Bupati di Sabu Raijua NTT, Lalu?

4 Februari 2021   23:21 Diperbarui: 4 Februari 2021   23:37 277
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Usaha untuk mencapai cita-cita bersama dalam suatu Negara adalah hak setiap Negara. Selanjutnya eksistensi sebuah Negara bukan pemberian atau donasi dari Negara lain, tetapi merupakan kesatuan manusia yang memiliki wilayah tertentu dengan latar belakang historis tertentu (Lega. 2016. Filsafat Politik Kant dan Relevansinya Bagi Perlindungan Martabat Manusia, Vol 8 No. 1, Januari 2016, pp. 20-40).

Pada pemikiran dan kutipan tersebut saya melihat bahwasanya pemerintah (baca: Negara), bupati terpilih di Sabu Raijua (Orient Riwu Kore), partai pengusung, sama-sama tidak menghargai hukum dan aturan yang berlaku. Khususnya stakeholder terkait hingga pada akhirnya kejanggalan ini muncul di ruang publik.  Okee, walaupun masalah ini sedang diproses oleh pihak-pihak yang berwajib.

Kritik Hubungan Moral dan Politik

Pada bagian yang teramat sensitif ini, saya coba mengutip pemikiran filosofis Immanuel Kant. Hal-hal yang terlintas dalam pikiran menyebut nama Kant adalah "kritik, politik, martabat dan moral". Pada fase ini saya tidak masuk untuk menjelaskan secara detail pemikirannya.

Intisari hubungan moral dan politik seperti  kutipan ini "Politik adalah sebuah sfer yang berurusan dengan hal publik. Para politisi yang secara spesifik dan intensif berkecimpung dalam politik, hendaknya memiliki kejelian dan kecermatan dalam mencari kemungkinan-kemungkinan terbaik dalam menata urusan-urusan publik. 

Kejelian dan kecermatan ini harus dilandasi oleh moralitas. Moralitas harus menjadi basis bagi semua kebijakan publik. Moralitas mengarahkan setiap tindakan politisi. Dengan demikian politisi bukan hanya mengandalkan kecermatan dalam urusan publik, tetapi lebih dari itu harus bersikap jujur" (Lega. 2016. Filsafat Politik Kant dan Relevansinya Bagi Perlindungan Martabat Manusia, Vol 8 No. 1, Januari 2016, pp. 20-40)

Dengan pemikiran tersebut, saya melihat bahwa dengan pertimbangan etika dan juga moral, Orient Riwu Kore pada hemat saya tidak cocok jadi pemimpin di Sabu Raijua. Karena terbukti di ruang publik statusnya sebagai Warna Negara Amerika dan secara bersamaan dia terpilih sebagai pejabat di Indonesia, khususnya di Kabupaten Sabu Raijua

Seperti yang saya singgung sebelumnya, bahwa saya tidak kompeten dalam membedah isu-isu politik. Pada  level tertentu kita tentu berterima kasih dan menaruh hormat kepada rakyat di Sabu Raijua bahwa gagasan kewarganegaraan dunia sudah terlihat di sana. Gagasan ini menunjukan semua manusia sama, tanpa mempermasalahkan SARA. Semua orang punya kesempatan yang sama untuk menduduki posisi tertentu di muka bumi.

Pada renungan tertentu, warga Sabu Raijua terlalu dini menerapkan gagasan warga dunia. Karena pada prinsipnya untuk menduduki posisi tertentu harus mengikuti hukum dan aturan yang berlaku. Kita semua menyadari bahwa secara pribadi Orient Riwu Kore bisa saja adalah orang yang rendah hati, pekerja keras, baik, tujuannya mulia. Maka, saya dan netizen lainnya terlalu dini menilai Orient Riwu Kore tidak cocok memimpin di Sabu Raijua. Pada gilirannya, mari kita lihat seperti apa nasib sang yubilaris dan perpolitikan di Indonesia? Saya lanjut kerja tugas kuliah dulu!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun