skenario menghabisi perlawanan kelompok puritan?
Dalam dua minggu terakhir terjadi 4 pertemuan elit politik yang berpotensi mengubah peta politik saat ini. Benarkah pertemuan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dengan Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh bagian dariSeperti diketahui, rangkaian pertemuan elit politik diawali dengan pertemuan antara Presiden Joko Widodo dengan rivalnya di Pilpres 2019 yang juga Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto. Pertemuan ini menghasilkan kesepakatan untuk rekonsiliasi. Terbuka peluang Partai Gerindra akan masuk kabinet Jokowi - Mar'uf Amin.
Pertemuan kedua, terjadi antar ketua umum partai pendukung Jokowi yakni Ketua Umum Golkar Airlangga Hartarto. Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar, Ketua Umum PPP Soeharso Monoarfa dan Surya Paloh selaku tuan rumah.
Pertemuan tersebut diyakini membawa misi untuk menekan Jokowi terkait komposisi kabinet mendatang, dan juga perebutan ketua MPR. Seperti diketahui Muhaimin dan Airlangga mengicar posisi ketua MPR.
Kunjungan Prabowo Subianto ke kediaman Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri menjadi pertemuan ketiga para elit politik yang diyakini akan berdampak luas pada konstelasi politik. Sebab pertemuan tersebut menguatkan sinyal akan terbentuknya koalisi gemuk, yang oleh Kepala KSP Moeldoko disebut koalisi plus-plus.
Namun klimaks dari rangkaian pertemuan tersebut justru terjadi ketika Anies Baswedan mengunjungi Surya Paloh di Kantor DPP Partai Nasdem. Bukan hanya mendukung kepemimpinan di Jakarta, bos Media Group itu menyebut pihaknya membuka peluang untuk mengusung Anies di Pilpres 2024.
Jika pertemuan Jokowi - Prabowo dan Prabowo - Megawati dimaknai sebagai upaya untuk membawa masuk Partai Gerindra ke kubu pemerintah, dan para ketum partai pendukung Jokowi minus PDIP, Hanura, PSI, PKPI dan PBB, lantas berusaha menjegalnya, maka pertemuan Anies - Surya Paloh menjadi sangat menarik.
Mengapa Nasdem tiba-tiba mencuatkan dukungan kepada Anies padahal sebelumnya --setidaknya yang tergambar di media-- kurang harmonis? Bukan rahasia lagi jika selama ini kader-kader Nasdem, terutama di DPRD Jakarta seperti Bestari Barus, sering mengkritisi kebijakan Anies.
Surya Paloh menganggap Anies memiliki kekuatan sehingga bisa "dipakai" untuk menaikkan posisi tawar. Dengungan Surya Paloh (yang bisa diartikan sebagai mewakili suara empat partai), akan mendukung Anies di Pilpres 2024, harus diperhatikan kubu Jokowi karena berpotensi mengubah konstelasi politik yang tengah dirintis Jokowi, Megawati dan Prabowo.
baca juga : Untung Rugi Mumikan FPI
Artinya, Jokowi harus "mengikuti" skema politik yang disodorkan 4 partai pendukung tersebut dan jika tidak mau, maka akan terjadi perubahan peta politik secara dratis. Bukan saat ini, namun dalam 2-3 tahun mendatang, terutama yang terkait dengan Pilpres 2024.
Tetapi kita pun tidak bisa mengabaikan kemungkinan lain semisal Surya Paloh tengah berbagi tugas dengan Jokowi dan Megawati untuk "menghabisi" benteng pertahanan kelompok-kelompok yang mengusung politik agama, sekaligus kaum puritan yang disatukan oleh isu kriminalisasi terhadap Imam Besar FPI Habib Rizieq Shihab.
Selama ini ada anggapan mereka mendompleng Prabowo dan Anies. Jika Jokowi bisa merangkul keduanya, maka posisi kelompok pengusung politik agama dan kaum puritan semakin lemah karena kehilangan figur untuk mewakili suara mereka di pentas politik.
Meski anggapan tersebut tidak sepenuhnya tepat, dan hanya merupakan asumsi lawan politiknya dengan tujuan untuk mendiskreditkan, tetapi Jokowi memang harus melakukan hal itu untuk mewujudkan rekonsiliasi politik secara komprehensif. Bukan rahasia, jika di kubu Jokowi masih ada yang "mencurigai" Anies sebagai dampak kekalahan di Pilkada DKI 2017.
Terlebih Ketua Dewan Kehormatan PAN Amien Rais sebelumnya juga sudah mengibarkan bendera putih. Amien bahkan telah "mendukung" Jokowi untuk menjalankan periode keduanya sehingga legitimasinya semakin kuat. Jangan lupa, Amien Rais memiliki power untuk "menggerakkan" kelompok puritan dan merecoki pemerintahan Jokowi dari dalam melalui PAN.
Terlepas apakah demikian itu atau ada agenda lain, kita berharap para elit tetap berpolitik secara santun, mengedepankan persatuan di atas segala perbedaan yang ada.
Jangan mudah memaki, menuduh pihak lain curang, hanya karena kalah dalam kontestasi politik. Jangan gampang menuduh pihak lain rasis demi membangkitkan militansi pendukungnya atas dasar kesamaan agama dan suku bangsa.
Salam @yb