Mohon tunggu...
Yonathan Christanto
Yonathan Christanto Mohon Tunggu... Penulis - Karyawan Swasta

Moviegoer | Best in Specific Interest Kompasiana Awards 2019

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

"The King's Man" yang Menghibur namun Tak Terasa Spesial

30 Desember 2021   01:06 Diperbarui: 30 Desember 2021   16:17 1889
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Poster The King's Man (sumber: twitter @KingsmanMovie)

Rasanya saat ini tak ada yang tak kenal franchise film Kingsman. Sebuah film action dengan tema mata-mata dan agen rahasia kelas dunia yang debut di tahun 2014 ini memang berhasil memberikan pengalaman tontonan yang terasa seru sekaligus unik.

Dua film yang sudah lebih dulu dirilis yaitu Kingsman: Secret Service (2014) dan Kingsman: The Golden Circle (2017) menceritakan berbagai misi dan konflik yang dilakukan oleh organisasi mata-mata kelas dunia tersebut di era sekarang. Di mana dua film ini juga mendapatkan respon yang positif dan sebenarnya sudah siap untuk berlanjut ke sekuel keduanya.

Namun alih-alih merilis Kingsman 3, Matthew Vaughn dan pihak studio justru memilih untuk merilis dulu film prekuelnya yang memiliki origin story dari organisasi Kingsman yang kita sudah ketahui lebih dulu di 2 film awalnya. The King's Man pun menjadi judul dari film prekuelnya kali ini.

Sumber: 20th Century Studios via Imdb.com
Sumber: 20th Century Studios via Imdb.com

Berbeda dari dua film pertamanya yang lebih berfokus pada kisah Eggsy (Taron Egerton) dalam perjalanannya menjadi seorang agen rahasia serta bagaimana reputasi agen Kingsman di mata penjahat besar yang terlibat, The King's Man justru memiliki fokus penceritaan tentang para founding fathers The Kingsman dan motivasi apa yang pada akhirnya membentuk organisasi tersebut.


Dikarenakan menceritakan asal-muasal organisasi Kingsman yang bermarkas di butik jas yang ikonik tersebut, maka timeline yang digunakan pun sangat jauh dari dua film pendahulunya. 

Kali ini penonton akan dibawa berpetualang ke masa perang dunia pertama lengkap dengan berbagai sisipan sejarah sekaligus versi alternatifnya.

The King's Man berkisah tentang seorang bangsawan bernama Orlando Oxford (Ralph Fiennes) yang secara senyap melakukan penyelidikan terkait permasalahan besar antara Inggris, Jerman, dan Rusia yang juga berpotensi memantik perang.

Sumber: 20th Century Studios via imdb.com
Sumber: 20th Century Studios via imdb.com

Namun Oxford rupanya tak sendirian. Ia memiliki tim mata-mata hebat dengan jaringan internasional yang luas yang juga memiliki tugas lain sebagai pelayan di kediamannya. Mereka adalah Polly (Gemma Arterton) dan Shola (Djimon Hounsou).

Namun tugas yang mereka hadapi tak semudah yang dibayangkan. Ada penjahat perang gila yang memang menginginkan kekacauan terjadi dan musuh dalam selimut yang memiliki ambisi pribadi. Di samping fakta bahwa hubungan Oxford dengan anaknya, Conrad Oxford (Harris Dickinson) pun juga memanas, terkait perbedaan pendapat mengenai keikutsertaan perang.

***

Empireonline.com
Empireonline.com

Secara materi sejatinya King's Man sudah memenuhi ekspektasi para penggemarnya. Dari mulai pilihan aktor yang tak bisa dipandang sebelah mata, action sequences yang masih mengasyikkan, musik latar ala klasik yang megah, hingga sosok villain utama yang tampak sangar namun nyeleneh juga masih disematkan Matthew Vaughn di film ini. Seakan ingin menegaskan bahwa film ini masih memiliki DNA yang sama.

Sisipan kisah sejarah era perang dunia pertama pun cukup menarik untuk diperhatikan. Walaupun memang di dalam film ini sisi sejarahnya terbagi dua. Yaitu cerita sejarah asli dan sejarah versi "what if" yang kemudian "berpisah jalan" pada adegan tertentu.

Rhys Ivan sebagai Rasputin (variety.com)
Rhys Ivan sebagai Rasputin (variety.com)

Sebagai contoh, sosok Grigori Rasputin yang diperankan dengan sangat apik oleh Rhys Ifans nampak begitu akurat dalam penggambaran sosoknya, seperti yang biasa kita lihat pada film lain ataupun film dokumenter perang. Termasuk bagaimana sepak terjangnya menjadi sosok di balik keputusan-keputusan kontroversial dan gegabah Kaisar Rusia, Tsar Nicholas.

Namun kemudian sosok Rasputin yang kita kenal "berpisah jalan" pada saat adegan pertarungannya dengan Orlando dan Conrad Oxford. Di mana di sini sosok Rasputin "baru" yang tampil nyeleneh muncul dan bertarung sambil menari balet. Sebuah perubahan karakter yang menghasilkan adegan mengagetkan namun justru cukup terngiang di kepala.

Dua jempol untuk para koreografer pertarungan di film ini dan tentu saja Rhys Ifans yang saking totalitasnya memerankan Rasputin, sampai membuat penampilannya di film ini begitu "manglingi".

Inglourious Basterds (empireonline.com)
Inglourious Basterds (empireonline.com)

Film dengan tema alternative history memang bukanlah hal yang baru. Karena sebelumnya juga pernah kita saksikan pada film seperti Overlord(2018),The King Arthur(2017), The Great Wall (2016), bahkan dua film populer dari Quentin Tarantino yaitu Inglourious Basterds (2009) dan Once Upon A Time... in Hollywood (2019).

Namun The King's Man dengan sejarah alternatif era perang dunia pertamanya masih terasa cukup menghibur dan tak terasa basi. Masih efektif menghadirkan scene-scene berisi kejutan sejarah yang "ngaco", namun dengan sentuhan yang membuatnya cukup stylish sekaligus estetik.

Walaupun tak seunik dan sebrutal dua film sebelumnya, porsi aksi di film ini bisa dibilang masih cukup memuaskan. Baik adegan aksi yang muncul dari pertarungan fisik jarak dekat maupun pertempuran menggunakan senjata api dan senjata tajam, semuanya masih mampu memberikan pengalaman sinematik yang seru dan menghibur.

Empireonline.com
Empireonline.com

Oh ya, ada satu adegan fighting antara Ralph Fiennes dengan salah satu anggota penjahat yang memiliki tubuh luar biasa besar, tinggi dan kekar. Adegan yang mengingatkan kita akan pertarungan antara Bond dan musuh legendarisnya, Jaws, pada film-film klasik 007.

Entah hal tersebut memang merupakan adegan tribut untuk film 007 atau memang didedikasikan untuk Ralph yang beberapa tahun silam pernah dirumorkan untuk menjadi James Bond. Dan Ralph sendiri memang fans dari agen rahasia Inggris legendaris itu. Kebetulan kah?

Denofgeek.com
Denofgeek.com

Secara keseluruhan The King's Man cukup mampu mengobati rasa rindu penonton terhadap kelanjutan franchise ini. Hanya saja film ini memang memiliki beberapa kekurangan yang membuatnya berakhir menjadi film yang mudah dilupakan begitu saja.

Pacenya lebih lambat dari dua film sebelumnya. Seakan terlalu bertele-tele dalam menyampaikan inti ceritanya. Pun ambisi yang dimiliki sang musuh utama yang sedari awal sosoknya selalu bersembunyi dalam siluet pun tak pernah benar-benar terasa kuat dan jelas.

Tanpa bermaksud spoiler, namun salah satu kekurangan film ini juga ada pada adegan pamungkasnya. Pasalnya menurut penulis, adegan final battlenya terasa biasa saja, singkat dan terlalu komedi. Padahal ada alasan emosional terkait hilangnya nyawa seseorang yang membuat sang tokoh utama kita pergi untuk menghentikan segala kekacauan itu. 

Sumber: 20th Century Studios via Imdb.com
Sumber: 20th Century Studios via Imdb.com

Sehingga rasanya kurang pas dan kurang "nendang" untuk sebuah pilihan ending yang sejatinya memiliki potensi yang lebih memberikan efek wow bagi penonton.

Pada akhirnya The King's Man menjadi sebuah sajian action movies yang memang cocok dinikmati di musim liburan ini. Masih memberikan sensasi hiburan visual yang mengasyikkan walau memang ceritanya tak terasa spesial.

Skor 7/10

Salam Kompasiana!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun