Mohon tunggu...
Yonathan Christanto
Yonathan Christanto Mohon Tunggu... Penulis - Karyawan Swasta

Moviegoer | Best in Specific Interest Kompasiana Awards 2019

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

"Cobra Kai", tentang Persaingan dan Pelajaran Hidup yang Tak Akan Pernah Usai

10 September 2020   11:13 Diperbarui: 13 September 2020   11:44 1258
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cobra Kai | Sumber:Sony Pictures Television via cinepop.com

Mungkin pada saat itu tidak ada yang pernah menyangka bahwa The Karate Kid, film dengan budget "hanya" 8 Juta USD bisa meraup kesuksesan yang begitu masif di Amerika Serikat. 

Seperti dilansir dari laman boxofficemojo, film yang dirilis tahun 1984 tersebut berhasil memperoleh pendapatan lebih dari 10 kali lipat budgetnya yaitu sekitar 91 Juta USD.

Angka perolehan tersebut jelas lebih dari cukup untuk membuat film tersebut berkembang menjadi pop culture baru di kalangan anak muda Amerika saat itu. Lengkap dengan Ralph Macchio, si pemeran Daniel LaRusso yang dengan seketika menjadi jagoan baru di kalangan remaja saat itu khususnya para kaum hawa. Pun The Karate Kid berhasil menjadi film yang mempopulerkan bela diri karate di Amerika Serikat pada saat itu.

The Karate Kid(1984) | Sumber: Columbia Pictures via geektyrant.com
The Karate Kid(1984) | Sumber: Columbia Pictures via geektyrant.com
The Karate Kid mungkin memiliki jalan cerita yang bisa dibilang tidak terlalu spesial. Klise, mudah ditebak, dengan akhir cerita manis layaknya kisah dongeng perjuangan klasik. 

Namun kehangatan cerita dan relevannya berbagai pesan kehidupan yang dibawanya lah yang membuat film ini begitu mengena di hati siapapun yang menontonnya.

Empat film yang dirilis, termasuk trilogi original dan satu film di luar saga LaRusso, sebelum akhirnya di reboot pada tahun 2010 dengan Jackie Chan dan Jaden Smith sebagai aktor utamanya, jelas menjadi contoh betapa film ini cukup penting bagi generasi. Namun tentu The Karate Kid original lah yang penulis rasa paling diingat oleh siapapun.

Sumber: Columbia Pictures via fortune.com
Sumber: Columbia Pictures via fortune.com
Perkenalan Daniel (Ralph Macchio) dengan Mr. Miyagi (Pat Morita) yang sabar dan bijaksana hingga mampu mengajarkannya karate untuk kebaikan. Persaingan Daniel dan Johnny (William Zabka) yang dipimpin oleh guru karate yang killer dan tak manusiawi, John Kreese(Martin Kove). Hingga kemunculan Elizabeth Sue muda sebagai love interest di tengah-tengah Daniel dan Johnny, menjadi beberapa contoh momen tak terlupakan dari The Karate Kid.

Kini, 34 tahun setelah momen persaingan Daniel dan Johnny usai, atau setidaknya kita anggap usai pada saat itu, muncul kembali dalam momen yang tak diduga di usia dewasa mereka. 

Betapa momen kemenangan Daniel di final turnamen karate saat keduanya masih duduk di bangku SMU benar-benar mengubah hidup keduanya secara keseluruhan.

Daniel tumbuh dengan mental pemenang dan sukses dalam pekerjaannya sebagai pengusaha showroom mobil. Sementara Johnny tumbuh sebagai laki-laki yang nampak hopeless, urakan, dan tidak suka dengan aturan.

Sumber: Steve Dielt/Sony Pictures Television via menshealth.com
Sumber: Steve Dielt/Sony Pictures Television via menshealth.com
Yang menarik dari Cobra Kai adalah bahwasanya serial yang sejak tahun 2018 dimiliki Youtube namun berpindah kepemilikan ke Netflix di 2020 ini adalah mengizinkan kita untuk melihat semesta The Karate Kid dalam sudut pandang karakter yang selama ini kita anggap antagonis dan protagonis secara terbalik.

Perguruan Cobra Kai dengan segala brainwashing yang dibangun Kreese memang salah. Namun Johnny sebagai pemuda galau saat itu tidak sepenuhnya salah. Ia hanya berada pada sistem dan pengajaran yang salah yang tanpa ia sadari terus terbawa dalam kehidupan pribadinya bertahun-tahun kemudian setelah Cobra Kai dianggap tidak ada.

Johnny hanya ingin memperbaiki hidupnya, rumah tangganya, dan hubungannya dengan anaknya. Sementara di usia yang sudah tak lagi muda, Johnny justru berada pada satu momen yang pada akhirnya membuka pikirannya tentang apa yang seharusnya dia lakukan. Bahwasanya tujuan hidup dan karate baginya adalah satu benang merah yang tak bisa diputuskan.

Johnny muda di film Karate Kid (1984) |Sumber: Sony Pictures Television via medium.com
Johnny muda di film Karate Kid (1984) |Sumber: Sony Pictures Television via medium.com
Sementara dari karakter Daniel, kita justru mendapatkan sudut pandang baru dari apa yang kita kenal pada film originalnya. Daniel memang pemenang, namun keinginannya untuk terus menang dan menjadi nomor satu justru kerap mengurungnya ke dalam perasaan insecure dan khawatir yang terlalu berlebihan hingga di usia dewasanya.

Daniel justru terasa annoying dan berlebihan di beberapa momen yang mempertemukannya dengan Johnny. Daniel merasa Cobra Kai dan nilai-nilai negatif yang menjadi warisannya akan terus sama sehingga harus dihentikan. Padahal Johnny hanya ingin membuktikan bahwa ia membangun Cobra Kai yang berbeda.

Gambaran sikap kedua tokoh legendaris di usia dewasa yang kontradiktif itulah yang lantas membuat Cobra Kai tampil begitu segar meskipun tetap membawa akar The Karate Kid yang sudah kita kenal. Cobra Kai tampil dengan suasana baru meskipun pemicu konfliknya tidaklah benar-benar baru.

Salah satu adegan di Cobra Kai| Sumber: William Zabka/Sony Pictures Television via Jokeronthesofa.com
Salah satu adegan di Cobra Kai| Sumber: William Zabka/Sony Pictures Television via Jokeronthesofa.com
Pun warna klasik dari The Karate Kid yang kita kenal masih coba dipertahankan lewat soundtracknya yang sangat kental nuansa 80-an nya semisal Back In The Game milik Airborne, You Could Be Mine nya Guns N' Roses, serta Back in Black nya AC/DC.

Berpadu apik dengan kerennya mobil Pontiac Firebird milik Johnny yang kemudian berganti ke Dodge Challenger 2009 di pertengahan musim, maka semakin rock n roll lah suasana yang dibawa serial ini. Klasik, maskulin, namun tetap modern di satu sisi. Visual yang tentu sangat menarik!

Sumber: Sony Pictures Television via Slashfilm.com
Sumber: Sony Pictures Television via Slashfilm.com
Dua musim Cobra Kai yang bisa disaksikan di Netflix ataupun Youtube Premium (dalam jangka waktu terbatas sebelum di takedown) ini memang masih berkutat pada persaingan Daniel dan Johnny. 

Hanya saja bukan lagi sekadar persaingan di dalam arena pertandingan. Melainkan lebih ke persaingan ideologi yang tertanam sejak mereka muda yang kemudian mereka turunkan kepada anak muridnya.

Itulah sebabnya pada serial ini karakter remaja masih memiliki peran cukup krusial dalam menggerakkan inti cerita. Meskipun penonton tetap dibawa ke suasana nostalgia lewat cameo karakter-karakter pada film originalnya. Sehingga legacy The Karate Kid masih terjaga lewat karakter gaek dan pendatang barunya.

Sumber: Sony Pictures Television via decider.com
Sumber: Sony Pictures Television via decider.com
Dari sisi Cobra Kai contohnya ada Miguel Diaz (Xolo Mariduena) yang merupakan anak culun pada awalnya, namun jadi terkenal setelah bergabung dengan Cobra Kai. 

Juga Hawk (Jacob Bertrand), yang selalu jadi korban perundungan namun berubah menjadi anak yang suka melakukan perundungan kepada anak yang lebih lemah setelah bergabung dengan Cobra Kai.

Sementara dari sisi Miyagi-Do yang dihidupkan kembali oleh Daniel, hanya memiliki dua murid yaitu Roby Keene (Tanner Buchanan) yang merupakan anak dari Johnny dan Samantha LaRusso (Mary Mouser). Keduanya tumbuh dalam lingkungan Miyagi-Do yang masih mempertahankan filosofi karate yang lebih bertahan bukan menyerang tanpa ampun seperti Cobra Kai.

Sumber: Youtube Original/Sony Pictures Television via dailymail.co.uk
Sumber: Youtube Original/Sony Pictures Television via dailymail.co.uk
Konflik para remaja inilah yang memberikan warna tambahan bagi serial ini. Seperti adu kemampuan bertarung untuk menunjukkan eksistensi, cinta monyet, hingga persaingan antar dojo yang penuh tensi tinggi.

Penulis sangat suka dengan bagaimana aktor-aktor muda bermain dalam serial ini. Baik dalam adegan dialog maupun pertarungan karate, mereka semua mampu menghadirkan akting yang menawan dan serius. Bahkan porsi penampilan mereka tak ada yang terasa sia-sia baik ketika menjadi aktor utama ataupun aktor pendukung.

Sumber: Sony Pictures Television via ew.com
Sumber: Sony Pictures Television via ew.com
Tak lupa, Cobra Kai juga menyelipkan berbagai isu dan kritikan sosial di kalangan remaja yang lantas membuat serial ini terasa begitu relevan. Seperti anak muda modern yang inginnya serba instan, tak sabar dalam berproses, dan berani menyerang psikologis orang lain via media sosial.

Cobra Kai juga menunjukkan kontrasnya arti sebuah keluarga bagi Daniel dan Johnny. Daniel yang nampak memiliki keluarga sempurna berbanding terbalik dengan Johnny yang keluarganya retak, di mana dirinya sendiri sudah tidak lagi memiliki respect dari anak dan istrinya.

Namun keduanya disatukan oleh benang merah yang sama, yaitu sama-sama belum berhasil menjadi seorang pria yang mampu menyeimbangkan karir, keluarga, dan passionnya.

Sumber: Sony Pictures Television via Cheatsheet.com
Sumber: Sony Pictures Television via Cheatsheet.com
Pada akhirnya menyeimbangkan kekuatan diri agar bisa menjadi energi positif bagi sekitar tak semudah menyeimbangkan kekuatan di arena pertandingan.

Karena karate tak sekadar pukul-tendang, apalagi seperti slogannya Cobra Kai yaitu strike first, strike hard, no mercy. Justru "kara" yang berasal dari karate-do memiliki arti lebih luas yaitu "untuk membersihkan diri dari pikiran egois dan jahat." Yang berarti si petarung harus selesai dulu dengan dirinya sendiri sebelum bisa memanfaatkan secara maksimal ilmu karate yang dimilikinya.

Sumber: Sony Pictures Television via cnet.com
Sumber: Sony Pictures Television via cnet.com
Karena layaknya persaingan Cobra Kai dan Miyagi-do yang nampaknya tak akan pernah usai, pun pelajaran hidup dari karate juga tak akan pernah usai. Ilmu pertarungannya nyatanya begitu banyak yang bisa dimanfaatkan dalam segala aspek kehidupan sehari-hari, sesederhana apapun itu.

Dan Cobra Kai berhasil membuat kita bernostalgia sambil memaknai kembali filosofi karate yang memancarkan arti ketenangan di tengah kebisingan dan sumpeknya kehidupan era modern ini secara fun dan ringan.

Bagi saya, nilai sempurna bagi Cobra Kai sangat pantas disematkan. Penuh aksi, konflik dan drama yang berbobot, dan episode yang selalu adiktif dan berisi nilai kehidupan yang berkesan.

Skor:10/10

Salam Kompasiana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun