Hasilnya cukup memuaskan meskipun tidak bisa dibilang yang terbaik. Sekadar cukup untuk bisa menambah daya gedor penceritaan yang dibutuhkan.
Sebuah usaha yang patut diapresiasi selain perubahan mimiknya kala berbahasa binatang. Di mana hal tersebut juga cukup berhasil me-refresh citra Tony Starknya yang sudah kadung menempel di benak penonton selama ini.
Pujian tentu saja patut disematkan kepada para pengisi suara binatang di film ini. Di mana para aktor cukup berhasil "menyembunyikan" identitas mereka untuk menjadi satu dengan karakter-karakter tersebut melalui suaranya.
Sorotan khususnya ada pada duet John Cena dan Kumail Nanjiani yang mampu menjadi scene stealer film ini berkat adu jokes mereka yang mampu mengocok perut. Ditambah dengan monolog Kevin si tupai(Craig Robinson), yang minim porsinya namun selalu efektif menghadirkan tawa kala muncul pada tiap adegannya.
Menyenangkan Namun Mudah Terlupakan
Sejatinya tak ada yang benar-benar baru dari segi penceritaan si dokter nyentrik yang bisa berbicara dengan binatang ini. Melihat setting waktu, tata kostum dan production design-nya, sedikit mengingatkan kita pada film bernuansa klasik sejenis layaknya Marry Poppins, Alice in Wonderland ataupun Charlie and The Chocolate Factory.
Unsur fairytale ala "sleeping beauty" yang dibawanya pun nampak biasa saja. Sehingga jelas, film ini memang ditujukan untuk audiens anak-anak dan keluarga yang memang ingin menghabiskan waktu dengan menonton film di bioskop bersama-sama.
Hanya saja, jika jokes ini tidak ada rasanya film ini akan benar-benar terasa hambar dan datar karena jalan ceritanya sendiri yang tak terasa spesial ditambah transisi beberapa adegan yang agak kasar.