Poin-poin itulah yang membuat film ini lantas begitu relevan dan dekat dengan keseharian, namun juga hangat dan sederhana dalam penyampaiannya.Â
Tune in For Love membuat kita yakin bahkan diingatkan kembali tentang mengapa cinta pada pandangan pertama selalu terasa spesial.
Teknis Mumpuni yang Menambah Bobot pada Film
Penyampaian rasa cinta keduanya pun tidak terasa berlebihan ataupun terlalu ekspresif misalnya. Momen-momen jatuh cinta yang terjadi di antara mereka pun juga bisa dibilang tidak mengada-ada. Semuanya bergerak secara natural dan believable.
Sementara Era 90-an yang digunakan sebagai latar waktu juga nampak menjadi semacam surat cinta bagi era yang banyak orang sebut sebagai golden era terkait perkembangan masif di ranah fashion, musik, film dan berbagai unsur kebudayaan lainnya.
Pemilihan tone yang cenderung warm kecoklatan, tentu semakin menambah melankoli 90-an yang diusungnya.
Pun sinematografinya juga penulis sangat menyukainya. Bagaimana setiap shoot-nya mampu menginterpretasikan kesederhanaan yang begitu natural, yang memang sedari awal dibawa oleh film ini. Sehingga semakin menguatkan tujuan cerita yang memang dekat dengan keseharian kita.
Sementara dari departemen musik, baik scoring maupun pilihan soundtracknya cukup mampu memberikan atmosfer yang menyenangkan dan penuh cinta.Â
Bahkan pemilihan lagu Fix You milik Coldplay pada salah satu adegan penting di film ini juga menjadi poin plus karena mampu menambah efek dramatis yang mampu membuat hati kita terasa ikut teriris. Tak kalah dengan momen Fix You-nya Abominable.