Mohon tunggu...
Yonathan Christanto
Yonathan Christanto Mohon Tunggu... Penulis - Karyawan Swasta

Moviegoer | Best in Specific Interest Kompasiana Awards 2019

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

"Ikut Aku ke Neraka", Sajian Horor Potensial dengan Hasil Akhir Tak Optimal

12 Juli 2019   12:35 Diperbarui: 12 Juli 2019   19:23 534
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tahun lalu sutradara Azhar Kinoi Lubis mengejutkan perfilman nasional dengan film Kafir-nya yang menawarkan sajian horor cukup berbeda. Di mana dalam film tersebut, unsur horor yang tercipta lebih kepada atmosfer yang terbangun dan sisi emosional para pemainnya dibandingkan menghujani film dengan penampakan hantu layaknya film horor Indonesia lainnya.

Mendapatkan berbagai respon positif baik dari kritikus maupun para moviegoers ditambah dengan pendapatan box office yang cukup baik, lantas membuat nama Azhar Kinoi Lubis diperhitungkan dalam deretan sutradara film horor nasional berkualitas.

Dan di tahun ini dirinya pun kembali membuat film horor yang kehadirannya cukup ditunggu oleh para penggemar horor tanah air. Mengambil konsep yang berbeda dari Kafir, Ikut Aku Ke Neraka kemudian menjadi judul film terbaru Azhar Kinoi Lubis yang tayang mulai 11 Juli lalu.

Lantas, apakah kualitas film ini mampu menyamai film Azhar sebelumnya?

Sinopsis

Sumber: Rapifilm.com
Sumber: Rapifilm.com

Lita (Clara Bernadeth) tengah hamil besar ketika suaminya, Rama(Rendy Kjaernett), menawarkannya untuk operasi penghilangan bekas luka di punggungnya. Ketidaktahuan akan sebab awal dari bekas luka tersebut dan keinginan untuk tampil lebih cantik lagi membuat Lita mengiyakan tawaran suaminya tersebut.

Namun kemudian, di malam yang sama Lita mendapat gangguan berupa kemunculan sesosok hantu wanita yang kerap menunjukkan dirinya lewat media cermin. Dan malam tersebut kemudian menjadi awal dari segala teror si hantu wanita, yang terus menghantui Lita bahkan hingga Lita melahirkan buah hatinya.

Semakin besarnya gangguan yang diterima Lita pasca melahirkan dan tak mau anaknya menjadi korban gangguan si makhluk jahat tersebut, membuat Lita dan Rama berjuang mencari tahu akar permasalahannya. Akar permasalahan yang ternyata berhubungan dengan masa lalu Lita, di mana hanya ibunya, Sari(Cut Mini), yang tahu segala rahasia tersebut.

Sajian Misteri dan Horor Potensial

Sumber: Twitter @rapifilm
Sumber: Twitter @rapifilm
Apa yang disajikan Ikut Aku Ke Neraka (IAKN) cukup berbeda dengan apa yang disajikan oleh Kafir setahun lalu. Jika Kafir tidak memiliki unsur penampakan sama sekali, IAKN justru memiliki banyak sekali adegan penampakan. Bahkan bisa dibilang, hantunya cukup sering muncul menghiasi layar.

Premisnya sendiri cukup menarik meskipun tak cukup dalam penggambarannya. Yaitu tentang tema mother's love atau perjuangan ibu di tengah-tengah teror makhluk halus yang menghantui seisi rumah. Pun peran Cut Mini dan Clara Bernadeth sebagi ibu beda generasi juga memberi gambaran perbedaan parenting style yang kemudian mempengaruhi pandangan mereka seputar anak dan keluarga.

Sumber: Twitter @rapifilm
Sumber: Twitter @rapifilm
Satu hal yang menarik dan nampak mulai menjadi ciri khas Azhar Kinoi dalam memproduksi horor adalah kombinasi sinematografi dan scoringnya yang mencekam. Bahkan 2 hal tersebut berpadu rapi dengan pembentukan atmosfir horor di sepanjang film. Tone kelam dengan efek foggy dominannya tentu saja menambah suasana mencekam layaknya film Kafir.

Jumpscare yang menjadi andalan setiap film horor tentu saja dimunculkan dengan cukup baik di film ini. Jika anda merasa terganggu dengan deretan jumpscare yang nampak diumbar lewat trailernya, anda bisa cukup tenang karena deretan jumpscare lain yang muncul di sepanjang film tak kalah menarik dengan apa yang ditampilkan dalam trailernya. 

Sumber: Wowkeren.com
Sumber: Wowkeren.com
Film ini pun menyajikan banyak misteri yang pada akhirnya dikupas tuntas di akhir film. Dengan plot twist yang cukup mengejutkan di babak akhirnya, tentu saja menjadi titik klimaks yang cukup menarik sekaligus menjadi penyelamat atas naskah yang kurang berjalan baik.

Naskah dan Pendalaman Karakter yang Biasa Saja

Sumber: twitter @rapifilm
Sumber: twitter @rapifilm
Dengan deretan aktor muda yang beradu akting dengan para aktor kawakan semisal Cut Mini dan T. Rifku Wikana, sudah pasti film ini cukup menjanjikan dari sisi pendalaman kisahnya. Namun sayangnya, hal tersebut tak benar-benar terwujud.

Akting apik Cut Mini sebagai orang gila yang menyimpan banyak rahasia dalam hidupnya memang mampu ditampilkan dengan sangat meyakinkan di film ini. Melalui film ini, Cut Mini berhasil keluar dari zona nyamannya dan tampil dengan kualitas yang tak perlu diragukan lagi.

Begitupun sosok dukun buta yang dimainkan Rifku Wikana, begitu apik dan berwibawa penokohannya, meskipun penampilannya tak orisinil. Namun, tentu saja peran apik keduanya tak cukup mengangkat kualitas film secara keseluruhan.

Naskah yang dikerjakan oleh Fajar Umbara nampak begitu lemah memaksimalkan potensi aktor yang ada di dalamnya. Ceritanya memang dirajut dengan sangat rapi dan unsur horornya sangat solid di berbagai sisi. Namun dari sisi dialog dan pendalaman masing-masing karakternya (kecuali Cut Mini) tampak mengecewakan. 

Sumber: Rapifilm.com
Sumber: Rapifilm.com
Clara dan Rendy yang memerankan pasangan suami istri pun tak memperlihatkan chemistry layaknya pasangan suami istri seharusnya. Ditambah dengan peran Rendy yang lebih sering datang untuk memberi kata-kata motivasi di saat Clara ketakutan untuk kemudian pergi kembali alih-alih menemaninya, praktis membuatnya lebih nampak seperti sosok kakak atau sahabat dibanding seorang suami.

Bahkan ada beberapa karakter yang sejatinya tak begitu diperlukan di film ini. Seperti misalnya peran Sara Wijayanto sebagai dokter di RSJ tempat Sari berada. Sara hanya nampak menjadi pelengkap dialog saja alih-alih memberikan clue atau solusi atas konflik yang dialami oleh para aktor utamanya. Sederhananya Sara hanya sebagai pemanis saja di sini.

Sumber: Rapifilm.com
Sumber: Rapifilm.com
Alhasil Kafir tentu saja jauh lebih solid dari sisi pendalaman karakter dan pembangunan sisi emosionalnya daripada IAKN ini. Meskipun dari sisi kengerian dan efek kejut, IAKN nampak tak kalah menarik dan masih mampu menyamai kakaknya.

Namun toh efek kejut hanya akan berlalu begitu saja bukan? Kalau dari sisi pendalaman karakter dan naskahnya sendiri begitu menjemukan.

Cukuplah Retro Style Horor Menghiasi Layar Lebar

Sumber: Twitter @rapifilm
Sumber: Twitter @rapifilm
Kombinasi antara era modern dan nuansa klasik lewat desain interior rumah dalam film ini memang masih menjadi formula menjanjikan untuk menciptakan suasana mencekam. Piringan hitam yang memainkan lagu klasik, mainan bayi yang menimbulkan suara lagu nina bobo namun dengan dentingan yang persis music box di film The Conjuring, hingga suasana pedesaan sepi, menjadi beberapa contoh formula yang referensinya sudah banyak muncul di film lain.

Tapi sudahlah, sejak Pengabdi Setan menggunakan style retro untuk membangun mood ceritanya, sudah begitu banyak film horor nasional lainnya yang mengaplikasikan hal serupa. Maka bukan lagi menyeramkan, hal ini justru nampak menjadi suatu hal yang biasa saja. 

Sumber: Instagigmg.com
Sumber: Instagigmg.com
Lagipula dalam film Kafir toh Azhar Kinoi Lubis sudah pernah mengaplikasikan hal sejenis. Maka bukan hanya terkesan seperti pengulangan, IAKN justru nampak seperti kekurangan ide segar dalam hal pembangunan moodnya.

Meskipun memang tak ada yang salah akan hal tersebut, namun besar keinginan untuk melihat film horor Indonesia mulai bermain-main dengan konsep latar modern ataupun tetap tradisional, namun dengan kondisi yang lebih relevan. Ya, mungkin bisa melihat konsep yang dimainkan Hereditary atau Midsommar misalnya.

Penutup

Sumber: Instazu.com
Sumber: Instazu.com
Dengan kualitas film horor nasional di tahun ini yang nampak tak lebih baik dari tahun 2018 lalu, praktis IAKN menjadi salah satu horor yang diharapkan masuk dalam kategori baik di tahun ini. Punya banyak potensi untuk membuatnya sebagai film horor terbaik tahun ini, namun sayang kualitas naskahnya lantas menghancurkan asa tersebut.

Namun setidaknya penampakan di sepanjang film ini tidak terlalu 'garing' dan membuat wibawa hantunya tak berkurang. Ya, setidaknya tak sebodoh penampakan-penampakan film-filmnya Lord Nayato Fio Nuala a.k.a Helfi Kardit, heuheuheu..

Jadi, siapa yang mau Ikut Aku Ke Neraka? Eh, maksudnya siapa yang mau nonton Ikut Aku ke Neraka? Heuheu

Selamat menonton. Salam Kompasiana.


HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun