Mohon tunggu...
Yonathan Christanto
Yonathan Christanto Mohon Tunggu... Penulis - Karyawan Swasta

Moviegoer | Best in Specific Interest Kompasiana Awards 2019

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

"Kuntilanak 2": Misteri Masa Lalu di Tengah Teror Hantu Wanita

4 Juni 2019   15:21 Diperbarui: 6 Juni 2019   13:10 3650
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kesuksesan film pertamanya yang mencatatkan angka 1.236.000 penonton (sesuai data dari filmindonesia.or.id) dan menempatkannya di urutan ke-12 film terlaris 2018, membuat MVP Pictures tak perlu berpikir 2 kali untuk segera melanjutkan kisah petualangan Dinda dan kawan-kawan. Kisah Kuntilanak(2018) yang dirombak total dari apa yang pernah kita saksikan pada trilogi Kuntilanak (2006-2008), terbukti cukup diterima oleh para moviegoers karena menghadirkan cerita yang benar-benar baru.

Baca Juga Tulisan Film Pertamanya : Kembalinya Teror Cermin Berhantu dalam Film "Kuntilanak"

Meskipun pada akhirnya diketahui bahwa Kuntilanak versi baru ini bukanlah reboot ataupun remake, melainkan masih di dalam satu universe dengan versi 2006, dengan Klan Mangkujiwo menjadi benang merahnya. Ya, pada press release yang diadakan tepat setelah screening film berakhir, Rizal Mantovani mengatakan bahwa Kuntilanak ini masih ada di dalam universe yang sama dengan versi pendahulunya.

Press screening di Epicentrum XXI (dok.pribadi)
Press screening di Epicentrum XXI (dok.pribadi)
Dirilis tepat satu hari sebelum lebaran yaitu di tanggal 4 Juni 2019, Kuntilanak 2 menjadi 1 dari 5 film Indonesia yang siap menghibur momen libur lebaran tahun ini. Lantas, apakah filmnya worth untuk disaksikan? Mari kita masuk ke pembahasannya.

Sinopsis

MVP Pictures exclusive content
MVP Pictures exclusive content
Melanjutkan kisah film pertamanya, Dinda (Sandrinna Skornicki) yang telah berhasil melepaskan diri dari teror makhluk jahat Kuntilanak, mulai kembali bisa melanjutkan hidup dengan tenang. Namun ketenangan itu tak berlangsung lama sejak seorang wanita bernama Karmila (Karina Suwandi), datang menemui Tante Donna (Nena Rosier) dan mengaku sebagai ibu kandung Dinda.

Dinda yang tak sengaja mendengar pembicaraan tersebut, kemudian bersikeras untuk bisa diizinkan menemui wanita tersebut. Tante Donna yang masih meyakini ada sesuatu yang tidak beres, kemudian mengizinkan Dinda untuk menemui wanita tersebut sambil dirinya berusaha mencari tahu asal-usul wanita misterius tersebut.

Dinda pun akhirnya berangkat bersama adik-adik angkatnya yaitu Kresna (Andryan Bima), Miko (Ali Fikry), Panji (Adlu Fahrezy), dan Ambar (Ciara Nadine Brosnan), ditemani oleh anak tante Donna, Julia (Susan Sameh) dan kekasihnya Edwin (Maxime Bouttier). Mereka pun kemudian mengikuti petunjuk sesuai peta yang diberikan Karmila, di mana mengharuskan mereka melewati hutan yang cukup angker.

MVP Pictures exclusive content
MVP Pictures exclusive content
Sebuah rumah kayu di tengah hutan pada akhirnya menjadi penanda kediaman Karmila. Dinda pun akhirnya berhasil menemui Karmila dan disambut layaknya anak yang kembali pulang ke rumah orangtuanya.

Namun berbagai kejanggalan kemudian terjadi di rumah tersebut yang menimpa adik-adik angkat Dinda juga Julia dan Edwin. Merasa ada yang tidak beres, Dinda pun kemudian tersadar bahwa dirinya harus berhadapan kembali dengan teror yang menimpanya di masa lalu.

Ya, Kuntilanak yang dulu menghantui Dinda dan adik-adiknya kini muncul kembali dengan sosok yang lebih menyeramkan, lebih kuat, dan manipulatif. Dinda dan adik-adiknya pun harus kembali berjuang bersama, melawan teror yang coba menganggu mereka.

Sekuel yang lebih menakutkan dengan sisipan rasa empati

MVP Pictures exclusive content
MVP Pictures exclusive content
Dibanding film pertamanya di tahun 2018 silam, sekuelnya kali ini jauh lebih menakutkan sekaligus menegangkan. Hal tersebut dikarenakan Rizal Mantovani berhasil mengembalikan cita rasa Kuntilanak versi 2006 yang creepy, alih-alih mempertahankan unsur horor komedi yang begitu kental dalam versi 2018 lalu.

Sebagai film yang character centered nya anak-anak, unsur horor komedi memang masih muncul lewat celetukan konyol khas anak-anak dan beberapa sisipan komedi cringe-nya. Hanya saja kali ini porsinya dikurangi sehingga membuat film ini jauh lebih terlihat serius dan dewasa. Hal tersebut memang nampaknya harus dilakukan demi mendukung perubahan sosok karakter Kuntilanak yang kali ini cukup berbeda dengan film pertamanya.

MVP Pictures exclusive content
MVP Pictures exclusive content
Ya, sosok Kuntilanak yang di film pertamanya hanya sekadar menjelaskan posisinya dalam pengkultusan klan Mangkujiwo, kini jauh lebih berisi bahkan memiliki sisi emosional yang mengundang rasa empati. Sosok Kuntilanak kali ini tak hanya sekadar mengganggu lewat penampakan, namun juga memiliki kemampuan manipulatif yang cukup berbahaya.

Hadirnya Karina Suwandi sebagai sosok di balik teror Kuntilanak, jelas membawa angin segar dalam franchise film ini. Bahkan performa apiknya dalam film horor yang juga mencapai sejuta penonton di tahun lalu yaitu Sebelum Iblis Menjemput, berhasil diulang dalam film ini. Karina tak hanya berhasil menyajikan sesosok wanita misterius, namun juga berhasil memberikan kita alasan untuk berempati pada sebuah mahkluk peneror yang sejatinya tak layak mendapatkan rasa empati.

Kuntilanak kali ini tak sekadar Sing Kuat Sing Melihara.

Sajian horor klise yang masih termaafkan

MVP pictures exclusive content
MVP pictures exclusive content
Dengan kisah yang jauh lebih berisi dari film pertamanya, Kuntilanak 2 jelas mengalami perbaikan yang cukup berarti dari sisi penceritaan. Meskipun nampak semakin kental dalam mengambil referensi film IT di beberapa bagiannya, nyatanya Kuntilanak 2 tetap berhasil mempertahankan unsur kearifan lokalnya berkat kentalnya budaya Jawa dan mitos-mitos yang melengkapi jalinan kisahnya.

Hanya saja, sub genre cabin in the woods yang menggantikan sub genre kids adventure di film pertamanya membuat film ini tak ubahnya film-film horor Indonesia pada umumnya. Intinya teror tetap terjadi di sekitaran rumah, meskipun latarnya kemudian diganti dengan rumah kayu dalam hutan terlarang. Padahal petualangan anak-anak di film pertamanya cukup segar dan berhasil membedakannya dari film horor lain yang diluncurkan di tahun 2017 hingga 2018 silam.

MVP pictures exclusive content
MVP pictures exclusive content
Sementara sisi scoring dan sound effect juga berhasil mengembalikan aura menakutkan Kuntilanak, yang di film pertamanya di tahun 2018 lalu sempat tampil mengecewakan karena digarap layaknya scoring pada sinetron. Dan dengan meningkatnya kualitas scoring, maka baik adegan yang menggambarkan teror sang hantu wanita hingga adegan yang menggambarkan dunia lain tempat Kuntilanak bernaung, cukup berhasil membuat bulu kuduk meremang.

Deretan jumpscare pun jauh lebih baik dari film pertamanya. Bahkan ada satu jumpscare yang tak terprediksi, hingga mampu membuat penonton terkaget-kaget. 

Namun sayang, meskipun tak banyak, adegan-adegan klise film horor yang sejatinya sudah cukup out of date masih nampak dipertahankan sehingga cukup mengganggu. Semakin membosankan kala adegan kesurupan juga nampak masih menjadi adegan wajib dalam franchise ini.

MVP Pictures exclusive content
MVP Pictures exclusive content
Dialog yang terlalu menjelaskan hal apa yang diperbuat semisal: "Aku akan mengambil tangki ini untuk membakar rumah" pun masih kerap disajikan di sepanjang film. Padahal semestinya hal-hal mengganggu seperti itu tak perlu dimunculkan karena cukup mengurangi dramatisasi sebuah adegan. Karena tak selamanya sebuah adegan harus dijelaskan secara verbal bukan?

Namun yang pasti, sajian klise khas film horor tersebut masih cukup termaafkan berkat membaiknya berbagai sisi franchise ini mulai dari desain produksi hingga alur cerita yang lebih berisi.

Bersinarnya para bintang kecil dan masih meredupnya aktor dewasa

MVP Pictures Exclusive content
MVP Pictures Exclusive content
Seperti yang sudah dijelaskan pada poin-poin sebelumnya, peran sentral anak-anak dalam film ini memang menjadikannya hal yang cukup berbeda dengan film horor Indonesia lainnya. Dan beruntungnya, deretan aktor ciliknya cukup kompeten dalam mengemban tugas sentral tersebut.

Namun sayang, Kuntilanak 2 masih "memakan korban" dalam hal penampilan bintang utama yg berusia lebih dewasa. Susan Sameh yang di film Dreadout tampil baik memang masih mengulangi performanya di film ini. Hanya saja kehadirannya di film ini masih sekadar pelengkap cerita saja.

Bahkan bisa dibilang kehadirannya bersama Maxime Bouttier nampak mengulangi performa Aurelie Moremans dan Fero Walandouw di film pertamanya. Praktis, mereka pun hanya sekadar menjadi korban dari berbagai keputusan bodoh yang sayangnya tercetus dari para anak-anak itu sendiri.

Liputan6.com
Liputan6.com
Meskipun memang nampaknya hal tersebut dipertahankan untuk menguatkan porsi anak-anak sebagai bintang utama, namun nampaknya Rizal Mantovani harus siap membuat cerita yang lebih baru lagi dan tak sekadar pengulangan film pertamanya, apabila setelah ini masih ada sekuel lanjutannya.

Mungkin bisa dengan mengembalikan citra karakter Sam (Julie Estelle) di film trilogi Kuntilanak sebelumnya. Karena bagaimanapun, sosok wanita dewasa yang lebih tangguh sangat dibutuhkan sebagai pendamping karakter anak-anak yang digambarkan pemberani tersebut. 

Penutup

MVP Pictures exclusive content
MVP Pictures exclusive content
Sebagai lanjutan film yang masuk dalam jajaran elit film diatas 1 juta penonton di tahun 2018 silam, Kuntilanak 2 jelas memiliki beban cukup berat. Apalagi tanggal rilisnya bersamaan dengan 4 film Indonesia lainnya yang juga berpotensi mendatangkan banyak penonton. Si Doel 2, Single 2, Ghost Writer serta Hit n Run, menjadi film-film yang bersiap menghadang laju Kuntilanak 2 mendapatkan prestasi layaknya film pertamanya.

Namun dengan cerita yang bisa dikonsumsi segala umur karena mempertahankan unsur pemeran utama anak-anak sebagai ciri khasnya, tentu saja membuat Kuntilanak 2 juga berpotensi meraup jumlah penonton yang tak kalah baik dengan film pertamanya. 

MVP Pictures explicit content
MVP Pictures explicit content
Apalagi terdapat peningkatan juga yang cukup signifikan dari sisi sinematografi, scoring hingga karakter iblis yang lebih berisi. Berbagai sajian horor klise pun nyatanya masih cukup termaafkan berkat deretan konflik dan sisi emosional yang juga mampu tampil lebih baik dari film pertamanya. 

Jadi, Kuntilanak 2 ini masih cukup worth untuk dijadikan tontonan libur lebaran tahun ini. Menghibur, seru dan menegangkan, meskipun masih meninggalkan banyak adegan klise dan pengulangan dari film pertamanya tentunya.

Selamat menonton di libur lebaran ini. Salam Kompasiana.


 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun