Mohon tunggu...
Yonathan Christanto
Yonathan Christanto Mohon Tunggu... Penulis - Karyawan Swasta

Moviegoer | Best in Specific Interest Kompasiana Awards 2019

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

"Street Food", Kisah Hidup di Balik Nikmatnya Jajanan ala Mbah Satinem hingga Jay Fai

1 Mei 2019   10:29 Diperbarui: 5 Mei 2019   17:18 892
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sudah puluhan bahkan ratusan tahun, street food atau jajanan pinggir jalan sudah menemani banyak orang dan menjadi semacam tradisi yang terus berkembang di banyak negara khususnya Asia.

Harga jual yang murah, ragam makanan yang menggugah selera, hingga rasa spesial yang menggoyang lidah menjadi alasan mengapa street food begitu digemari banyak orang.

Bahkan dari jajanan pinggir jalan itu jugalah kemudian banyak bermunculan ragam makanan lain hasil modifikasi dari jajanan tersebut. Bahkan tak jarang hasil modifikasi tersebut kemudian dijual pada resto yang lebih mewah dengan harga yang jauh lebih mahal.

Martabak dengan topping nutella, bakso isi keju mozarella bahkan surabi rasa green tea, menjadi beberapa contoh jajanan pinggir jalan yang dimodifikasi, diberi merk dan dijual dengan harga lebih mahal.

Ilustrasi: Foodandwine.com
Ilustrasi: Foodandwine.com
Namun tetap saja, konsep original dari jajanan pinggir jalan lah yang tetap dicari konsumen hingga saat ini. Karena tak hanya menawarkan kelezatan yang khas, street food juga membawa kita ke konsep awal jajan pinggir jalan yang sudah dikenal. Murah, enak, dan suasana hangat tanpa perlu tempat mewah, menjadi sebab street food tetap dicari dan menjadi favorit siapapun.

Adalah dokumenter berjudul Street Food  produksi Netflix yang menggambarkan sisi lain dari jajanan pinggir jalan tersebut. Menjadikan Asia sebagai fokus utama penceritaan dalam musim perdananya ini, Street Food akan membawa kita berkelana mencicipi berbagai jajanan pinggir jalan Bangkok, Delhi, Osaka, Singapura hingga Yogyakarta.

Dengan total 9 episode dengan durasi masing-masing 25-30 menit, Street Food membagi segmennya per masing-masing kota, untuk bisa fokus tak hanya pada makanan tapi juga pada kisah dibalik makanan tersebut.

Kisah Inspiratif dibalik Sepiring Makanan

Ilustrasi: Washingtonpost.com
Ilustrasi: Washingtonpost.com
Dibalik rasa lezat dan harga murah yang ditawarkan jajanan pinggir jalan, sejatinya tersimpan banyak cerita yang orang-orang mungkin tak banyak mengetahuinya. Sebuah cerita yang membuat para penjual street food terus semangat berjualan setiap hari dan menyiapkan sajian lezat bagi pelanggan setia mereka.

Disinilah yang membedakan Street Food dengan dokumenter tentang makanan lainnya. Alih-alih fokus pada resep dan sejarah makanannya, Street Food justru fokus mengeksplorasi sisi manusia serta tradisi di balik makanan itu sendiri. Street Food tak hanya menyajikan visual makanan yang memanjakan mata, namun kisah dibaliknya yang juga menyentuh dan inspiratif.

Mbah Satinem(eater.com)
Mbah Satinem(eater.com)
Seperti contoh kisah mbah Satinem pada episode Yogyakarta. Sebagai penjual lupis dan ragam jajan pasar lainnya di sudut kota Yogyakarta, mungkin kita hanya mengetahui dirinya sebagai penjual jajan pasar legendaris dan salah satu yang terbaik di kota Yogyakarta. Namun lewat Street Food, kita bisa mengetahui lebih banyak tentang apa yang terjadi di balik sebakul jajan pasar yang selalu habis terjual itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun