Mohon tunggu...
yona listiana
yona listiana Mohon Tunggu... Desainer - penjahit

suka mancing

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Perlukah Millenials Bersikap Skeptis pada Informasi?

8 April 2021   21:49 Diperbarui: 8 April 2021   21:53 162
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kita ketahui bersama, pelaku bom bunuh diri di gereja Katedral Makassar dan penyerangan di Mabes Polri adalah warga Indonesia yang berusia masih sangat muda yaitu  generasi Y dengan umut 25---26 tahun. 

Dalam pembagian generasi, kaum dengan usia segitu adalah kaum Y atau lebih sering disebut generasi millenials akhir, yaitu lahir sekitar tahun 1995. 

Kaum Millenials sendiri punya rentang yang cukup lebar yaitu generasi yang lahir pada tahun 1980 sampai 2000. Sedangkan generasi yang lahir setelah millenials adalah generasi Z dan generasi post Z atau generasi Alpha.

Generasi Millenials, Z dan Alpha punya karakteristik yang agak berbeda dengan generasi sebelumnya yaitu generasi baby bommers dan generasi X. Jika generasi sering disebut sebagai kaum migrant digital (tidak sepenuhnya hidup di dunia digital) namun bagi generasi setelah X, adalah generasi native digital, kaum yang hidup sepenuhnya dalam dunia digital, sejak mereka tumbuh sampai dewasa. 

Perlu diketahuo bahwa generasi millenials awal (yang lahir tahun 1980) sudah berusia 41 tahun sehingga sudah bisa dikatakan dewasa bahkan menua.

Karena mereka lahir dan besar pada dunia dengan teknologi informasi yang sedemikian canggih, maka tak pelak mereka tidak punya pembanding untuk mengukur apakah informasi yang mereka temukan di media sosial dan internet layak mereka konsumsi atau tidak. 

Apakah ajaran agama dan pengaruh hedonism yang diperkenalkan oleh guru agama yang sering viral maupun artis yang menonjolkan kehidupan mereka layak untuk ditiru.

Mereka terima semuanya dengan tangan terbuka. Filter baru berjalan jika mereka temukan pernaytaan bahwa itu salah atau benar dari orang-orang di media sosial yang mereka percayai. 

Contoh yang paling mudah adalah bom di gereja Katedral Makassar dimana mereka mempercayai bahwa itu adalah jihad yang paling benar dan mulia di mata Allah. Pembenaran atau penyalahan atas itu dilakukan di media sosial juga dan masyarakat dengan bebas memilih pihak mana yang mereka percayai .

Sampai disini kita harus mengevaluasi bersama; bagaimana kita membangun kepekaan dalam menerima informasi ? Perlukah kita bersikap skeptis atas apapun yang kita terima dari internet meski kita dibesarkan bersama internet.

Inilah hal-hal yang mungkin mulai harus kita cermati bersama ; baik bagi millenials, generasi Z dan generasi Alpha. Kita tak perlu memakai teknologi informasi untuk hal-hal yang merugikan kita semua.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun