Filsafat Pendidikan Idealisme
Ialah aliran filsafat yang beranggapan bahwa sesuatu hal kebenaran pengetahuan dan kebenaran adalah ide. Idealisme juga mengatakan bahwa yang konkret ialah bayang-bayang manusia yang terdapat pada akal pikiran manusia. Dengan kata lain sesuatu yang empiris ialah sesuatu yang terlihat oleh panca indera. Dalam konteks pendidikan idealisme bertujuan perlunya pengajaran secara individual atau pembelajaran yang berpusat pada peserta didik . Dan metode yang dapat digunakan dalam idealisme ialah mendidik sisawa untuk mengembangkan pemikiran, merenung, dan berdialog.
Filosofi Tokoh Idealisme
Plato
Berpandangan bahwa dunia tetap dan ide tertinggi adalah kebaikan. Menurut Plato sendiri kebaikan adalah hakikat tertinggi dalam mencari kebenaran dan tugas ide adalah memimpin Budi manusia dalam menjadi contoh pengalaman. Dari klasifikasi di atas dapat kita telaah kita dapat mengetahui jalan yang pasti ataupun benar dan menggunakannya sebagai alat pengukur, mengklarifikasi dalam kehidupan sehari-hari.
Immanuel kant
Menyebut bahwa idealis ialah filsafat transendental/ idealis kritis dimana pengalaman yang kita peroleh tidak dianggap sebagai pemilik sendiri melainkan ruang dan waktu dalam forum intuisi kita. Dan menurut kant pengetahuan yang mutlak sebenarnya memang tidak ada bila seluruh pengetahuan ada melalui idra akan tetapi pengetahuan datang dari luar melalui akal murni Manusia yang tidak tergantung dalam pengalaman. Jadi dapat disimpulkan menurut kant ialah menitik beratkan pemahaman sesuatu pada akal murni yang tidak bergantung pada pengalaman.
Pascang
Menurut pascang dalam idealis ialah sebuah pengetahuan yang diperoleh dengan 2 kaan yaitu hati dan akal. Jika  akal tidak dapat mencapai sesuatu hal ataupun aspek keinginan maka hati lah yang berperan. Oleh karena itu hati dan pikiran manusia harus sejalan dan saling berhubungan satu sama lain. Apabila salah satu peran tersebut tidak berfungsi dengan baik maka dalam memperoleh pengetahuan mengalami kendala. Dan menurut pascan manusia itu rumit dan kaya akan variasi untuk itu matematika, pikiran dan logika tidak dapat menjadi tolak ukur dalam memahami manusia akan tetapi hanya sebagai memahami hal-hal yang bebas kontradiksi yaitu yang bersifat konsisten.