Mohon tunggu...
Yolanda Fanny
Yolanda Fanny Mohon Tunggu... Penulis - Mahasisiswi Prodi Ilmu Perpustakaan UIN Sumatera Utara

Edensor

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Aksesibilitas Difabel Berkunjung ke Perpustakaan

12 Agustus 2020   19:18 Diperbarui: 12 Agustus 2020   19:12 213
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Assalamu'alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh

Pernahkah memperhatikan perpustakaan yang dimasuki? Adakah menjumpai layanan khusus yang disediakan bagi pengguna berkebutuhan khusus (difabel)? Mari membaca menambah pemahaman dan ide bagi perkembangan perpustakaan kedepannya.

Tidak dapat dipungkiri, perpustakaan terus berkembang seiring dengan kebutuhan pengguna. Salah satunya adalah aksesibilitas bagi pengguna difabel. Apa itu aksesibilitas? 

Aksesibilitas di perpustakaan adalah kemudahan yang diperoleh pengguna untuk dapat menikmati layanan maupun koleksi yang diberikan perpustakaan. Difabel juga memiliki hak yang sama terhadap informasi. Hal ini mendorong munculnya gagasan bahwa perpustakaan harus berkembang bukan hanya secara umum namun juga secara khusus menyeluruh pada kebutuhan pemustaka yang beraneka ragam.

Perpustakaan universitas yang telah mengembangkan layanan disabilitas ini yaitu perpustakaan UIN Sunan Kalijaga. Beberapa yang telah berhasil terlaksana seperti adanya jalur khusus bagi difabel berkursi roda agar tetap nyaman selama memasuki area perpustakaan. Dan adanya Diffabel Corner yang membantu difabel dalam pencarian informasi. Melihat dari majunya langkah yang digagas perpustakaan UIN Sunan Kalijaga, menimbulkan pertanyaan. Mengapa tidak seluruh perpustakaan menyediakan sarana dan prasarana yang menunjang bagi difabel seperti itu?

Terdapat beberapa faktor yang saya sendiri rangkum: Kurangnya anggaran perpustakaan menyediakan koleksi demi menunjang layanan,  Tidak tepatnya lokasi perpustakaan mendukung pelaksanaan kegiatan, dan tidak tahunya pemustaka mengenai adanya layanan disabilitas tersebut di perpustakaan.

Terlepas dari faktor-faktor diatas, mari menilik Perpustakaan Nasional Indonesia (Perpusnas) yang menurut saya berhasil menjadi perpustakaan dengan layanan disabilitas terlengkap di Indonesia. Hal ini didukung dengan adanya 3000 koleksi braille dan adanya komputer yang dapat berbicara. Luar biasa bukan?

Kembali lagi pada realita kita dihadapkan bahwa tidak seluruh pengguna disabilitas paham mengenai adanya layanan tersebut di suatu perpustakaan. Promosi layanan perpustakaan menjadi salah satu yang harus dilakukan perpustakaan agar semakin banyak pengguna yang mengetahui layanan-layanan tersebut. 

Seperti Perpustakaan Daerah Sumatera Utara yang beberapa waktu lalu menutup layanan disabilitas. Hal ini dirasa cukup mengecewakan melihat perpustakaan ini adalah salah satu pelopor perpustakan ramah difabel di Sumatera Utara.

Harapan saya kedepannya, semakin banyak perpustakaan yang menerapkan layanan bagi pengguna disabilitas. Walau terdengar asing, bukan berarti tidak mungkin terlaksana jika kita berpatok pada perpustakaan kota besar di dunia yang telah berhasil menggagas layanan ini. Karena kebutuhan akan informasi adalah hak sesama tanpa terkecuali.

Untuk teman-teman yang juga memiliki masukan terhadap perkembangan perpustakaan disabilitas, bisa berbagi di kolom komentar. Semakin banyak suara semoga semakin banyak perubahan terjadi.
Salam Mahasiswa!

Wassalamu'alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun