Mohon tunggu...
Yois Saputro
Yois Saputro Mohon Tunggu... pegawai negeri -

suka logika sederhana complicatedly simple bike-to-work-er milagroser

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Iyakah Tambah Ibadah?

16 Agustus 2012   01:07 Diperbarui: 25 Juni 2015   01:42 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Ramadhan, bulan favorit bagi orang-orang yang hobi beribadah, udah hampir habis. Dan masih aja kulihat kelakuan yang aku enggak ngerti dari orang-orang di luar rumahku.

Sebatas pemahamanku pada kata-kata guru ngaji dan guru pelajaran agama di sekolah masa kecilku, kita disuruh puasa tuh supaya kita tahu rasanya jadi orang miskin yang gak tiap hari bisa makan dengan cukup, atau setidaknya tidak selezat yang kita miliki setiap hari.

Tapi yang terlihat setiap bulan puasa, alih-alih lebih mendekati orang-orang yang kurang berpunya dalam hal makan, kebanyakan orang malah makan lebih enak dibanding pada hari-hari sebelum bulan puasa. Yang biasanya hanya sesekali beli es buah atau es kolak, di bulan puasa orang belinya jadi tiap sore. Yang biasanya beli camilah cuman kalau sempat, di bulan puasa orang nyempet-nyempetin beli camilan untuk malam hari.

Alhasil, pada bulan ketika kita seharusnya hanya mengenal makan sahur dan buka puasa (dua kali sehari, bukannya tiga kali seperti di hari non-ramadhan), uang yang dibelanjakan untuk keperluan makan minum justru jadi lebih besar [di luar faktor perbedaan harga-harga barang konsumsi sekalipun].

(Alhamdulillah, beberapa tahun terakhirku di kampung halaman, serumah dengan kedua kakakku dan keluarga kecil mereka, kami bisa dengan cuek memperlakukan puasa sebagai sekadar pengurangan frekuensi makan makanan pokok dan perpindahan jam makan saja. Jadi, karena hobi kami tiap hari kami minum air putih, maka kami pun dengan cueknya berbuka dengan air putih. Sunnah berbuka dengan yang manis? Namanya aja sunnah, ya kalau kami sempat aja.)

Semua orang juga bilang, bulan puasa adalah bulan paling utama untuk beribadah. Ibadah apaan? Semua orang juga minta aktivitasnya dikurangi. Dan pemerintah mendukung, bahkan melaksanakannya. Di kantor-kantor pemerintahan, jam kerja dimulai lebih siang dan/atau pulang lebih awal. Apa ada kebiasaan tetangga-tetangga kita saat mereka pulang kerja atau sekolah lebih awal, mereka memanfaatkan kelebihan waktunya [dibanding hari-hari tidak puasa] untuk lebih banyak berdzikir atau sholat sunnah pada siang itu? Mungkin bukannya gak ada, cuman aku saja yang joaaaarang bisa lihatnya.

Anak-anak sekolah pun diracuni dengan memperpendek durasi jam pelajaran mereka. Bahkan, di beberapa daerah [ironisnya, yang katanya dikenal lebih agamis], sekolah-sekolah diliburkan sepanjang bulan Ramadhan.

Lalu, apa sih yang mereka pikir ibadah itu? Tidakkah bekerja dan belajar itu juga ibadah? Mataku kok melihatnya jadi gini, di negara kita, pemahaman tentang ibadah itu sudah dipersempit sejak masa kanak-kanak. Segala khotbah verbal tentang kerja dan belajar sebagai ibadah itu sudah disangkal dengan praktek langsung ketika umat masih kanak-kanak. Dan ilmu psikologi tahu pasti, praktek lebih tertanam dalam jiwa individu-individu, ketimbang sekadar pesan-pesan verbal dalam khotbah [yang biasa dicuekin karena kantuk atau dihadiri terutama untuk ikut ramai-ramainya] maupun teks-teks [buku, buletin dakwah, majalah dsb yang belum tentu dibaca].

Sebenernya, pada tambah ibadah atau tambah ritusnya ajasih?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun