Mohon tunggu...
Putra NoviantoGadi
Putra NoviantoGadi Mohon Tunggu... Musisi - Mahasiswa FISIP Universitas Atma Jaya

Akun untuk mengerjakan tugas (:

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Gojek, Gojek, dan Gojek

9 Maret 2021   21:25 Diperbarui: 9 Maret 2021   21:48 452
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
gambaroranglucu.blogspot.com

Kemajuan teknologi nampaknya menjadi sangat pesat di era ini. Jika dilihat, banyak sekali muncul inovasi dan ide kreatif baru yang tentunya memudahkan masyarakat. Mulai dari website sampai aplikasi dibuat semakin mempermudah segala urusan harian. Kemajuan teknologi dapat dikatakan bisa memanjakan setiap penggunanya. Hal tersebut dipengaruhi karena adanya fase digitalisasi yang terjadi. Dalam fase ini, media memegang peranan penting dalam jalannya segala kepentingan. Saat ini untuk melakukan sesuatu, kita tidak perlu susah payah membuang waktu dan tenaga karena semuanya kini tersedia.  Mulai dari aplikasi belanja elektronik, aplikasi dompet elektronik hingga aplikasi angkutan online.

Seperti contohnya aplikasi Gojek atau yang kita ketahui menyediakan jasa angkutan online. Gojek merupakan layanan transportasi dengan basis aplikasi yang memiliki lebih dari 20 layanan mulai dari ojek, taxi, makanan, pijat, hingga jasa membereskan rumah. Dilansir dari website Gojek, aplikasi ini telah menjadi platform teknologi terbesar yang melayani jutaan pengguna di Asia Tenggara dengan keberadaan tiga Super-app yaitu untuk costumer, mitra driver dan juga mitra merchant. Gojek dibangun sejak tahun 2010 dengan layanan pertama yaitu call-center. Basisnya adalah pekanggan menempol, lalu aka nada driver yang menjemput. Namun akhirnya, pada tahun 2015, Gojek berkembang dengan meluncurkan tiga layanan dalam aplikasi yaitu GoRide (ojek), GoSend (jasa antar barang) dan GoMart (jasa belanja keperluan harian). Sampai saat ini, Gojek menjadi platform yang diminati masyarakat Indonesia karena kemudahannya. Tercatat ada 38 juta lebih pengguna aktif bulanan di Asia Tenggara di mana selain aktif di Indonesia, Gojek juga beroperasi di Vietnam, Singapura, dan Thailand (Kumparan.com).

Cara Gojek menawarkan jasa yang dijual pun menarik, mulai dari mengumpulkan point untuk melakukan lucky draw hingga adanya voucher potongan diskon. Selain itu pula, Gojek juga menyediakan fitur asik seperti GoPay Suit atau permainan yang datangnya sesuai dengan event yang mereka buat. Hal ini dilakukan tentunya untuk menarik perhatian dari pengguna dan membuat pengguna tetap aktif dalam penggunaan aplikasi tersebut. Iklan yang ditawarkan oleh Gojek di televise ataupun di platform tertentu seperti YouTube dan Instagram pun menarik perhatian. Oleh karena itu, Gojek menjadi aplikasi akomodasi yang memiliki identitas top of mind bagi masyarakat khususnya masyarakat Indonesia.

Banyaknya fitur serta keunggulan dari Gojek ini akhirnya memberikan identitas yang cukup membedakan Gojek dengan Startup lainnya. Keunggulan dan fitur yang menarik ini ternyata mampu membuat budaya baru di masyarakat. Budaya ini akhirnya membentuk suatu identitas sendiri bagi masyarakat. Dalam kaitannya dengan ini, mudahnya dapat dikaitkan dengan teori sirkuit budaya (Circuit of Culture) yang dikemukakan oleh Stuart Hall. Dalam teori tersebut, ada lima aspek yang menjadi konsep dalam sebuah budaya yaitu representasi, identitas, produksi, konsumsi dan juga regulasi.

Identitas merupakan suatu hal yang melekat dan membedakan satu dengan yang lainnya (Junifer, C. 2016). Dari sini, dapat kita lihat bahwa Gojek mampu bersaing melawan Startup bidang yang sama karena mmemiliki fitur bermain. Identitas Gojek juga diciptakan melalui adanya 20 layanan yang tersedia, yang mana lebih unggul dibanding startup penyedia jasa transportasi lainnya. Hingga akhirnya, dilansir dari CNN Indonesia Gojek mendapatkan identitas sebagai top of mind di masyarakat. Dengan ini, tanpa dipaksa dan suruhan masyarakat kan dengan mudah dan gamblang memilih Gojek sebagai pilihan ketika ingin melakukan aktivitas tanpa halangan.

Demikian analisis Gojek menggunakan konsep indentitas dalam teori Circuit of Culture yang dikemukakan oleh Stuart Hall. Dari sini, kita dapat lihat bahwa perkembangan teknologi yang kian menjamur akan memunculkan dan semakin melahirkan teknologi dalam media baru yang memiliki beragam identitas yang jauh lebih memudahkan masyarakat

Daftar Pustaka                                                                                  

Cnnindonesia.com. (2019, 11 Juli). Riset Catat Gojek Jadi Ojol Pilihan Milenial. Diakses pada 9 Maret 2021 dari https://www.cnnindonesia.com/teknologi/20190709181122-185-410615/riset-catat-gojek-jadi-ojol-pilihan-milenial.

Gojek.com. About. https://www.gojek.com/about/.

Junifer, C. (2016). Brightspot Market sebagai Representasi Identitas "Cool" Kaum Muda di Jakarta. MASYARAKAT:Jurnal Sosiologi. 21(1):109-131.

Kumparan.com. (2020, 12 November). 10 Tahun Gojek: 38 Juta Pengguna Aktif Bulanan Hingga Cetak Laba. Diakses pada 9 Maret 2021 dari https://kumparan.com/kumparantech/10-tahun-gojek-38-juta-pengguna-aktif-bulanan-hingga-cetak-laba-1uZiKid82Mo/full.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun