Mohon tunggu...
Yohanes Andrianto Sir
Yohanes Andrianto Sir Mohon Tunggu... Desainer - Sebuah Catatan Perjalanan

Ingin berbagi dengan dunia; belajar menuangkan sebuah perjalanan ke media tulisan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Wisata Sejarah dan Religi di Nusalaut

13 Februari 2022   14:57 Diperbarui: 13 Februari 2022   15:02 1867
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Interior bangunan yang masih otentik dan terawat *Dokumentasi Pribadi

Gereja pertama yang saya kunjungi adalah Gereja Tua di Desa Sila dan saya bersyukur bisa beribadah di Gereja ini.  Saat renovasi, ditemukan prasasti pada sebilah kayu tua berangka tahun 1731 menjadikannya gereja ter-tua di Provinsi Maluku sampai sat ini.  Jika sekarang saja  tahun 2022, artinya gereja ini sudah berdiri lebih dari tiga abad lamanya. Dari eksterior dan interior,  tidak banyak perubahan dari gereja ini. Namun cat, lantai dan beberapa renovasi fisik (termasuk atap gereja yang awalnya dari daun sagu) dilakukan beberapa kali  untuk memenuhi kebutuhan / kenyamanan jemaat dalam beribadah.

Tampak depan Gereja Eben Heazer *Dokumentasi Pribadi
Tampak depan Gereja Eben Heazer *Dokumentasi Pribadi

Lonceng sekaligus gapura masuk gereja *Dokumentasi Pribadi
Lonceng sekaligus gapura masuk gereja *Dokumentasi Pribadi

Interior gereja yang bersih setelah renovasi dengan cat dan lantai yang baru *Dokumentasi Pribadi
Interior gereja yang bersih setelah renovasi dengan cat dan lantai yang baru *Dokumentasi Pribadi
Prasasti gereja yang terukir pada sebilah kayu ber-angka tahun 1715 *Dokumentasi Pribadi
Prasasti gereja yang terukir pada sebilah kayu ber-angka tahun 1715 *Dokumentasi Pribadi
Gereja Irene (1895) – Desa Abubu

Megah, kesan pertama yang saya rasakan saat memasuki gereja tua ini. Tembok dengan ketebalan lebih dari 60cm lebih cocok saya sebut sebagai benteng dari pada sebuah gereja. Mimbarnya juga nampak berwibawa dengan detail ornament geometris yang sekitas terlihat seperti rasi bintang. Dari yang saya ketahui, rata-rata gereja di Maluku memiliki tempat duduk utama yang biasa dikhususkan untuk raja / orang penting di desa tersebut. Pun di Gereja Irene inilah terdapat "kursi VIP" dengan dominasi warna pastel lembut yang sangat menarik perhatian saya.

Mimbar gereja dengan detail ornament geometris *Dokumentasi Pribadi
Mimbar gereja dengan detail ornament geometris *Dokumentasi Pribadi


Tempat duduk khusus / raja menjadi vocal point, dengan warna pastel yang lembut *Dokumentasi Pribadi
Tempat duduk khusus / raja menjadi vocal point, dengan warna pastel yang lembut *Dokumentasi Pribadi

Tampak relung jendela dengan ketebalan temboknya *Dokumentasi Pribadi
Tampak relung jendela dengan ketebalan temboknya *Dokumentasi Pribadi
Gereja Beth Eden (1817) – Desa Ameth

Dari ketiga gereja yang saya kunjungi, Gereja Beth Eden inilah yang saya rasa masih cukup otentik; baik dari segi fasad bangunan hingga interior dan lantainya masih sangat terawat dengan baik. Ornament floral'nya teraplikasi di setiap sudut furniture;  walaupun motifnya sederhana, namun menambah estetika dan keindahan ruangan. Pintu dan jendela tinggi dengan partisi kayu adalah ciri khas bangunan tropis kolonial yang hampir bisa kia temukan di seluruh Indonesia.

Mimbar gereja lengkap dengan partisi kayu *Dokumentasi Pribadi
Mimbar gereja lengkap dengan partisi kayu *Dokumentasi Pribadi

Interior gereja dengan atap kubah, khas gereja-gereja di Maluku *Dokumentasi Pribadi
Interior gereja dengan atap kubah, khas gereja-gereja di Maluku *Dokumentasi Pribadi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun