Mohon tunggu...
Yohanes Ishak
Yohanes Ishak Mohon Tunggu... Jurnalis - Penulis Olahraga, Hiburan, dan lain-lain

1 Korintus 10:13 || Jika ingin bekerjasama atau menulis ulang konten yang saya buat, silahkan hubungi email: Yohanes.Ishak92@gmail.com ||

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Jadi Atlet Itu Mudah, tapi Prosesnya yang Susah

4 Agustus 2021   18:20 Diperbarui: 4 Agustus 2021   18:29 740
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Alat Treadmill dan dumbell bisa menjadi alternatif olahraga di rumah (Foto: Dokumen Pribadi).

Percayalah, menjadi atlet itu sangat mudah, terlebih bagi Anda yang suka berolahraga di segala cabang, entah itu bulutangkis, sepak bola, basket, futsal, dan sebagainya.

Hanya saja, proses menjadi atlet itu sangat sulit. Jangankan menjadi atlet profesional, menjadi atlet amatir atau sekedar menjaga kesehatan dengan cara rutin berolahraga saja pasti tidak semua orang mampu.

Tidak semua orang mampu yang saya maksudkan itu adalah bisa memiliki niat atau komitmen yang bagus untuk konsisten dalam berolahraga.

Saya sendiri saat lulus SMP di tahun 2007 bertekad ingin menjadi atlet futsal, saat itu banyak sekali tim-tim futsal di Jakarta, termasuk sekolah atlet di Ragunan yang selalu bersedia membuka pendaftaran untuk murid baru.

Sayangnya, niatan saya terganjal oleh larangan orangtua yang mengatakan menjadi atlet di Indonesia sangat sulit, harus punya mental yang kuat dan juga bisa berprestasi.


Larangan orangtua saya ini bukan meremehkan atau menganggap buruk bekerja sebagai atlet tidak ada jaminan sukses, hanya saja orangtua saya yang menilai dalam diri saya sendiri yang diyakni tidak akan kuat menjadi atlet, ya memang ada benarnya sih.

Di sisi lain, jaminan menjadi atlet bisa sukses pun juga sebenarnya tidak terlalu menjanjikan. Hal ini saya ketahui saat masih bekerja di media online olahraga atau saat masih menjadi reporter.

Cukup banyak mantan atlet yang kini kehidupannya sudah tidak diketahui oleh media, bahkan memiliki pemasukkan yang kurang.

Nah, kembali lagi bagaimana sulitnya proses menjadi atlet. Jika ingin menjadi atlet profesional, jelas kita harus bisa menjaga fisik, stamina, dan pola makan yang baik.

Wajar dong, namanya juga atlet, masa pola makan dan fisik tidak dijaga. Saat masih menjadi reporter, cukup banyak atlet yang mengeluh yang paling sulit menjadi atlet adalah menjaga pola makan.

Kala itu, saya pernah mewawancarai atlet loncat indah yang sudah selesai latihan, ia kedapatan sedang jajan di pinggir jalan di sekitar kolam renang Senayan (saat itu di tahun 2015).

Ketika sedang wawancara, saya sempat bertanya apa tidak dimarahi oleh pelatih makan jajanan seperti gorengan dan batagor.

Sambil sedikit ketawa dan berbisik ia mengatakan, "Sebenarnya gak boleh, ini makanya kita makan sembunyi-sembunyi juga. Habis, kalo makan yang di mass melulu bosan, tapi ini tolong off record ya, kita juga makan jajan begini gak tiap hari kok," ujar sang atlet yang namanya jelas harus saya jaga privasinya.

Tak hanya itu, mereka juga harus punya waktu tidur yang teratur dan harus menggenjot diri hanya untuk berolahraga.

Mulai dari bangun pagi, waktu senggang, hingga waktu untuk proses jadi atlet, semuanya harus dikaitkan dengan olahraga.

Saat beristirahat atau waktu makan pun kita tidak bisa sembarang, harus mengikuti program atau makanan yang diberikan oleh ahli gizi.

Kita ambil contoh dari pemain megabintang sepak bola asal Portugal, Cristiano Ronaldo.

Buat penggemar sepak bola sejati pastinya sudah tahu, jika Ronaldo benar-benar bekerja keras untuk menjaga stamina dan membentuk fisiknya menjadi atletis dengan sangat baik.

Saat masih di Manchester United, mantan rekan setimnya, Carlos Tevez pernah datang latihan di jam 8 pagi dan ia melihat Ronaldo sudah cukup berkeringat di saat awal latihan.

Ia pun penasaran, keesokan harinya, Tevez mencoba datang lebih pagi, yaitu jam 7 pagi dan di saat itu ia melihat Ronaldo sudah berlari mengelilingi lapangan dan juga sit up.

Merasa kalah dari pemain yang kini memperkuat Juventus itu, Tevez akhirnya mencoba untuk datang lebih pagi, yaitu jam 6 pagi.

Namun Tevez tak menyangka karena melihat Ronaldo sedang jogging kecil dan saat itu juga ia menyerah, karena merasa tak mungkin datang pukul lima pagi.

Sampai di situ saja? Jelas tidak, masih seputar Cristiano Ronaldo, di mana saat itu mantan rekan setimnya juga di Man United, Patrice Evra yang sedang libur kompetisi bermain ke rumahnya.

Saat itu, Evra disajikan dengan makanan sayuran dan buah-buahan. Beberapa jam setelah makan, Evra dipaksa Ronaldo untuk ikut workout di rumahnya, padahal Evra saat itu berkunjung tujuannya untuk main-main saja.

Selesai workout, Evra mencoba untuk mencari minuman dingin di kulkas dan ia pun kaget, karena saat membuka kulkas Ronaldo ternyata isinya hanya buah-buahan, sayuran, dan daging ikan mentah, sama sekali tidak ada minuman segar.

Sejak saat itu, Evra mengaku kapok untuk berkunjung ke rumah Ronaldo. Di Euro 2020 pun, Ronaldo juga sempat membuat aksi heboh dengan menyingkirkan botol coca-cola, setelah itu ia mengangkat air putih.

Nah, itu contoh dari atlet profesional ternama di dunia. Kalo berdasarkan pengalaman pribadi, saya memang bukanlah seorang atlet, tapi pernah mencoba untuk berolahraga rutin dengan mengikuti program latihan paling standar dari seorang atlet.

Yaitu, cukup rutin berolahraga, menjaga pola makan, dan jam tidur. Tiga hal ini memang terlihat mudah, tapi sekali lagi menjaga konsistensinya sangat susah.

Apalagi, jika sedang hari raya atau ada rekan yang ulangtahun, sangat sulit untuk menahan diri, karena terkadang bisa dianggap tidak sopan atau dibilang, "Sudahlah, gak tiap hari juga kan?"

Kata-kata itulah yang akhirnya membuat mental saya jatuh, meski akhirnya saya harus kembali berolahraga dengan giat untuk membakar lemak jahat dan kalori.

Tak hanya itu, bisa dibilang dulu itu saya punya perut yang buncit dan saya juga suka berolahraga futsal dan terkadang basket.

Saat berlari, jelas sangat sulit, karena terasa berat dan mudah terasa lelah. Akhirnya, saya memutuskan untuk giat berolahraga gym atau workout demi mengecilkan perut.

Hasilnya sempat terbukti, saat perut mengecil saya bisa berlari dengan leluasa dan tidak mudah lelah.

Kini pandemi covid-19 menyerang dunia dan sejumlah tempat olahraga banyak yang tutup dan untuk menjaga diri agar tidak terpapar pun mau tak mau saya juga harus berhenti bermain futsal.

Pilihannya sekarang cuma satu, yaitu berolahraga di rumah dengan workout mengikuti program yang ada di Youtube.

Sangat penting memang menjaga kebugaran tubuh di saat covid-19 ini masih meluas, namun sekali lagi, kita harus bisa melawan rasa malas dan menjaga konsistensi dengan baik agar bisa berolahraga.

Jika tidak bisa menjadi atlet profesional tidak apa, setidaknya kita bisa menjadi atlet di rumah kita sendiri, lumayan kan?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun