Mohon tunggu...
Yohana Hartriningtyas
Yohana Hartriningtyas Mohon Tunggu... Lainnya - Perempuan

Seorang ibu rumah tangga dengan seorang anak lelaki, pernah berprofesi sebagai guru dan pernah menjadi buruh pabrik

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Jiwa yang Berkarat

25 Maret 2021   21:48 Diperbarui: 25 Maret 2021   21:58 216
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Maaf Mas,"ucap Rina dengan nada bergetar dan sedikit ketakutan. Andi menatap pilu wanita yang dicintainya itu. Perkataan Rina adalah satu tanda kesadarannya sudah kembali. Entah apa yang terlintas dibenak istrinya hingga membahayakan Vino. Membuat Andi semakin yakin bahwa Rina dalam keadaan tidak baik-baik saja seperti kelihatannya.

"Sini Mas, biar kugendong. Mas capek kan? Ingin mandi?" kata Rina lagi.

Andi tersenyum. "Tidak, mandilah dulu. Aku ingin mengendong dan bermain dengan Vino sebentar,"

"Mas marah padaku? Tidak percaya padaku?"

"Tidak. Ku pikir kamu belum mandi seharian. Segarkan badanmu dulu agar pikiranmu bisa sedikit jernih," jawab Andi tenang sambil membaringkan Vino diatas karpet tebal dan empuk.

Rina diam sejenak menatap heran suaminya yang tengah asik bermain dengan Vino. Tak ada nada kemarahan dari Andi atas perlakuannya pada Vino tadi. Aneh, bukankah seharusnya Andi marah melihat dia hampir membunuh Vino? Apakah Andi hanya memberikan waktu sebelum memarahinya bahkan mungkin menceraikannya? Entahlah. Setidaknya Andi memintanya untuk mandi dan memang itu yang dia butuhkan sekarang.

***

Jam 19.15. Rina sedang mencuci botol Vino dan mensterilkannya dalam panci yang berisi air mendidih. Sambil menunggu dia mencuci piring dan gelas yang seharian belum sempat dikerjakan. 

Sejak tadi pagi Vino menangis, rewel entah karena apa. Berbagai cara menenangkan Vino sudah dia lakukan, namun Vino hanya diam saat dia tertidur dan kembali menangis. 

Keadaan itu membuat Rina marah pada dirinya sendiri yang tidak mampu menenangkan Vino. Mengklaim bahwa dirinya adalah ibu yang gagal. Puncak kekesalannya terjadi sore tadi, dimana Rina mendengar bisikan untuk membekap tangisan Vino dengan bantal. Ada perasaan lega saat Andi memergoki dan melempar bantal yang dia pegangnya.

"Rin, apakah sudah selesai?" suara Andi mengagetkan Rina.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun