Mohon tunggu...
Yoga Utami
Yoga Utami Mohon Tunggu... Lainnya - Ibu Rumah Tangga

menyemai ilmu di ladang kita

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Selamat Datang ke Dunia Difabel, Tanda Parkir Kami

16 Januari 2018   07:37 Diperbarui: 16 Januari 2018   20:29 1030
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Shutterstock.com

Tahun baru 2018 ini kami seperti mendapat kiriman kado tahun baru. Kado itu berupa tanda parkir. Tidak sepenuhnya kado kejutan. Sekitar akhir Desember 2017, suami dan saya memang mengurus pendaftaran tanda parkir spesial ini. 

Niat itu bahkan setahun sebelumnya, setelah saya terdiagnosa Multiple Sclerosis(MS). Saya terkategorikan penyandang disabilitas karena MS bisa membuat saya sulit bergerak normal untuk berjalan, berdiri atau hanya untuk keluar dan masuk pintu kendaraan.

Pendaftaran itu tertunda. Jujur, masalah keuangan jadi pertimbangan sementara. Saat itu, suami masih dalam masa pemulihan setelah kecelakaan saat kerja. Bahkan, kontrak kerja juga terputus. 

Pilihan kami untuk parkir yang nyaman masih tersedia di lahan parkir di tempat publik di kota kami tinggal, Auckland Selandia Baru. Pilihan itu adalah tempat parkir khusus pengendara yang membawa bayi atau anak kecil. Persyaratannya, harus ada tempat duduk anak atau keranjang bayi (car seat) di dalam mobil. Persyaratan wajib memang, anak-anak harus duduk di car seat.

Jadi, buah hati saya selalu menjadi malaikat di mana pun. Meski memang tidak selamanya gampang temukan parkiran bertanda kereta bayi itu. Jika ada, lama waktu parkir juga tidak menjadi batasan. Modalnya memang kejujuran. Lokasi parkir khusus ini berada relatif lebih dekat ke pintu akses tempat yang menjadi tujuan. Sama halnya dengan tempat parkir penyandang disabilitas. 

Akhir tahun kemarin, tim dokter yang menangani operasi kecelakaan suami akhirnya temukan ada persoalan dengan sendi kaki suami. Istilah baru bagi saya yang membuat saya penasaran sendiri mengulik-ulik akar kata dan artinya: joint deformity. Maklum, saya tidak kuliah kedokteran atau kesehatan masyarakat, hanya pecinta bahasa. 

Kondisi kaki kanan suami memang tampak tidak seperti kebanyakan struktur kaki yang kita temui. Kejadian persoalan kaki ini berawal saat suami masih bayi. Saat itu, menurut kisahnya, tiba-tiba terserang demam panas tinggi dan tidak kunjung reda. Suntikan dari dokter atau mantri kesehatan di desanya kala itu justru membuat kaki kanannya mengalami persoalan rasa sakit. Dan akhir-akhir ini rasa sakit itu kian dikeluhkannya setelah berdiri dan berjalan lama.

Tim dokter rumah sakit memberikan dua pilihan, yakni memberi suntikan per semester untuk mengurangi rasa sakit dan yang kedua mengganti dengan kaki baru jika diperlukan setelah mempertimbangkan proses dan dampak suntikan.

Dokter keluarga akhirnya memberikan formulir rujukan yang persis sama dengan formulir saya setahun lalu: pendaftaran tanda parkir khusus penyandang disabilitas. Formulir harus diisi dan juga dibubuhi tandatangan serta informasi lengkap dokter yang berikan rujukan. Juga biaya pendaftaran. 

Persyaratan utama pendaftaran bisa dipelajari juga melalui laman yang tersedia. Penjelasan di lembar formulir juga cukup lengkap. Ada 3 pilihan pendaftaran yakni untuk jangka waktu 5 tahun, setahun atau 3 bulan. Jangka waktu 5 tahun diperuntukkan bagi yang tidak bisa ditentukan kapan kesulitan berjalannya dapat dipulihkan. Pilihan kedua dan ketiga termasuk jangka waktu yang terbilang singkat atau dapat dimungkinkan kesulitan berjalan dapat dipulihkan.

Karena pada kenyataannya kini suami dan saya sama-sama mengalami persoalan dalam berjalan kaki, pilihan kami adalah jangka waktu 5 tahun. Biaya yang dikenakan sebesar 50 NZD. Alhamdulillah, selain proses pendaftaran yang terbilang tidak ribet termasuk dokter yang baik hati memudahkan proses awal, kami juga mendapatkan tunjangan pembayaran parkir ini dari pihak pemerintah. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun