Mohon tunggu...
Yoga Prasetya
Yoga Prasetya Mohon Tunggu... Penulis - Penjelajah

Menulis buku: Kepada Toean Dekker (2018), Antologi Kalimats Koma (2019), Retrospeksi Sumir (2020), Semesta Sang Guru (2021), Romansa Kusuma (2022), Astronomi Hati (2023), Kipas Angin (2024)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Catatan Seorang Guru tentang Makhluk Tak Kasat Mata

28 September 2020   19:21 Diperbarui: 28 September 2020   19:24 331
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: iStock (liputan6.com)

Tulisan ini saya persembahkan untuk para kompasianers yang tergabung dalam grup WhatsApp "Komunitas Penulis Berbalas". 

Salah satu kiat berkomunitas menurut saya ialah dengan berbagi sesuatu. Nah, pada kesempatan kali ini saya ingin berbagi pengalaman pribadi berhubungan dengan makhluk tak kasatmata. Sebagai seorang guru, maka catatan ini berawal dari sekolah.

Sekolah adalah rumah kedua bagi saya. Bahkan, beberapa kali saya harus tidur di sekolah karena diberi amanah menjadi pembina berbagai lomba, mulai dari teater hingga Karya Ilmiah Remaja. Saat itu, kami baru menyelesaikan lomba di SMA Kharisma Bangsa Tangerang.

Selesai lomba, kami berangkat dari Jakarta menuju Juanda dan tiba di Malang pukul 10 malam. Anak didik yang tidak dijemput orang tuanya, terpaksa bermalam di sekolah. Bagi yang putri dapat istirahat di asrama dan yang putra bersama saya tidur di ruang pembinaan.

Karena lelah perjalanan, mereka langsung tertidur pulas. Namun, saya tidak bisa memejamkan mata lantaran terlalu banyak tidur di pesawat dan mobil. Akhirnya, saya hanya pura-pura tidur.

Suasana sekolah yang gelap dan senyap membuat pendengaran saya lebih peka. Suara jangkrik dan ngoroknya anak-anak hingga suara roda koper berjalan terdengar jelas di telinga saya. Tunggu. Suara roda koper?

Bukan, itu bukan suara roda koper tapi seperti suara peralatan kebersihan mas office boy sekolah. Lho? Tapi ini kan sudah malam? Harusnya pukul 3 sore mereka sudah pulang.

Tiba-tiba, suhu ruangan menjadi lebih dingin dari sebelumnya. Saya sempat melihat jam di HP menunjukkan pukul 1 pagi. Jantung ini berdegup kencang. Seperti ada suara mendesis dan berbisik.

Mulut ingin berteriak tapi tak bisa. Tangan dan kaki seperti membeku. Hanya hati yang mencoba melafalkan ayat kursi. Alhamdulillah, setelah berulang kali membaca ayat kursi, tangan dan kaki saya sudah bisa digerakkan kembali.

Ternyata, kejadian ini bukan yang pertama dirasakan oleh guru di sekolah kami. Ada guru yang saat salat asar di ruang pembinaan juga diganggu dengan cara, "mereka" menjadi makmum dadakan. Bahkan, sebelum Covid19, salah satu anak didik kami kesurupan di kelas belakang ruang pembinaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun