Mohon tunggu...
Yoga Prasetya
Yoga Prasetya Mohon Tunggu... Penulis - Penjelajah

Menulis buku: Kepada Toean Dekker (2018), Antologi Kalimats Koma (2019), Retrospeksi Sumir (2020), Semesta Sang Guru (2021), Romansa Kusuma (2022), Astronomi Hati (2023), Kipas Angin (2024)

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Mengapa Saya Suka Bahasa Indonesia?

30 Agustus 2020   09:45 Diperbarui: 4 September 2020   09:46 187
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

Mengapa Saya Suka Bahasa Indonesia?

Sebuah Autobiografi: Pak Guru Nulis (bagian kedua)

Oleh Yoga Prasetya, M.Pd.

Banyak murid saya yang bertanya, mengapa Pak Yogs suka pelajaran bahasa Indonesia? Nah, pada kesempatan ini, saya akan menceritakan perjalanan saya dalam menyukai pelajaran bahasa negara dan bahasa persatuan kita. Selamat membaca!

Sejak masuk SD Trigonco, Yoga sudah dibekali oleh minat baca yang lebih baik dibanding anak-anak seusianya. (Baca kisahnya di Minoritas itu Nyata!) Tak heran jika selama 6 tahun, ia selalu menjadi salah satu siswa dengan peringkat teratas. 

Selain di tingkat sekolah, Yoga juga selalu menjadi pilihan utama saat lomba antar sekolah. Mulai dari lomba cerdas cermat, lomba baca puisi, dokter cilik, lomba Diniyah, hingga meraih predikat regu inti Pramuka selama 3 tahun berturut-turut. Poin pentingnya adalah ternyata Yoga mengenal sastra dan menyukai bahasa sejak duduk di bangku sekolah dasar.

Jika anak seusianya menghabiskan waktu bermain bola, maka Yoga lebih banyak membaca. Mulai dari membaca majalah Bobo (majalah anak paling populer) hingga beberapa komik detektif Conan dan Dragonball. Namun, bukan berarti ia tidak menyukai sepak bola.

Ketika masuk kelas 4 SD, setiap pekan Yoga menghabiskan waktu untuk ikut pertandingan antar sekolah di lapangan desa Perante. Ia bahkan mencetak 2 gol saat melawan SD Asembagus, sebelum akhirnya cedera. Saat itulah, ayah Yoga mengenalkan olahraga lain, yaitu bulu tangkis. Hingga kemudian hari, ia terdaftar sebagai atlet PB/Persatuan Bulu tangkis Krisna yang bermarkas di gedung olahraga pabrik gula Asembagus tahun 2005-2007.

Lulus dari SD, ia masuk ke salah satu SMP favorit di Situbondo. Di sana Yoga lebih dalam lagi mempelajari bahasa Indonesia karena diajar oleh guru yang kompeten di bidang bahasa. Mulai dari Pak Qomar, Bu Eka, dan Pak Zonet.

Pak Qomar, guru kelas 7, dikenal sebagai sosok yang menyukai puisi lirik. Ketika pembelajaran, tak jarang beliau belajar sambil bernyanyi. Kebetulan saat itu beliau menyampaikan puisi lirik berjudul "Berita Kepada Kawan" karya Ebiet G Ade yang setiap hari Yoga dengarkan dari kaset audio milik ayahnya. Dari sana ia langsung akrab dengan Pak Qomar. Lalu,  ia mulai membaca puisi-puisi Chairil Anwar, Sapardi Djoko Damono, hingga Kahlil Gibran melalui puisi lirik Dewa 19.

Saat kelas 8, Bu Eka memperkenalkannya dengan prosa. Suatu bentuk karya sastra yang tidak terikat seperti puisi. Yoga mulai rajin membaca cerita pendek yang ada di perpustakaan dan ketika di rumah ia selalu membaca kumpulan cerpen majalah Annida yang dipinjam dari ibunya. Melalui majalah tersebut ia berkenalan dengan sastrawan terkemuka bernama Helvy Tiana Rosa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun