Mohon tunggu...
Yobel Hutagaol
Yobel Hutagaol Mohon Tunggu... PKN STAN

State Financial Learner and Observer

Selanjutnya

Tutup

Financial

Fenomena Memecoin : Lelucon Digital yang Menjadi Ladang Cuan

1 Agustus 2025   13:00 Diperbarui: 1 Agustus 2025   12:37 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Memecoin adalah salah satu fenomena unik dalam dunia kripto yang menunjukkan bagaimana budaya internet dapat memengaruhi pasar keuangan global. Berbeda dari aset kripto seperti Bitcoin atau Ethereum yang didasarkan pada teknologi blockchain dan utilitas nyata, memecoin pada awalnya hanya dibuat sebagai lelucon atau parodi. Salah satu contoh paling terkenal adalah Dogecoin, yang diciptakan pada tahun 2013 berdasarkan meme anjing Shiba Inu. Meskipun terlahir dari candaan, Dogecoin dan berbagai memecoin lainnya justru berkembang menjadi instrumen spekulatif yang sangat diminati.

Popularitas memecoin melonjak drastis pada tahun 2021 ketika harga Dogecoin meroket dari sekitar $0,005 menjadi lebih dari $0,70 hanya dalam beberapa bulan. Kenaikan ini sebagian besar didorong oleh dukungan tokoh publik seperti Elon Musk serta pengaruh komunitas daring di platform seperti Reddit dan Twitter. Kapitalisasi pasar Dogecoin sempat melampaui $90 miliar, menjadikannya salah satu dari sepuluh kripto terbesar di dunia pada saat itu. Tak hanya Dogecoin, Shiba Inu juga mencatatkan kenaikan luar biasa hingga lebih dari 43 juta persen dalam waktu kurang dari satu tahun.

Tren ini membuka jalan bagi banyak orang, terutama generasi muda, untuk menjadikan memecoin sebagai sumber penghasilan tambahan. Harga koin yang rendah dan aksesibilitas aplikasi kripto seperti Binance, Trust Wallet, dan Coinbase membuat siapa pun bisa membeli jutaan koin hanya dengan modal kecil. Survei CNBC dan Momentive tahun 2021 mencatat bahwa lebih dari 50% investor kripto baru berasal dari kalangan milenial dan Gen Z, banyak di antaranya pertama kali tertarik lewat memecoin.

Kisah-kisah viral tentang orang-orang yang meraup keuntungan besar dari investasi memecoin semakin menambah daya tariknya. Ada yang bisa membeli rumah, kendaraan, bahkan membiayai kuliah hanya dari keuntungan kripto. Selain itu, muncul pula ekosistem ekonomi digital baru seperti staking, airdrop, hingga play-to-earn yang semakin memperluas potensi pendapatan dari memecoin.

Namun, euforia ini tak lepas dari risiko besar. Memecoin dikenal sangat volatil, karena tidak memiliki fundamental ekonomi yang kuat atau dukungan proyek nyata. Banyak investor pemula yang terjebak FOMO (fear of missing out) dan membeli di puncak harga, lalu mengalami kerugian ketika harga anjlok. Dogecoin, misalnya, turun lebih dari 90% dari harga tertingginya dalam waktu kurang dari satu tahun. Kasus penipuan seperti "rug pull" juga kerap terjadi pada proyek-proyek memecoin baru.

Di sisi lain, memecoin juga mencerminkan pergeseran paradigma dalam dunia keuangan. Komunitas digital kini memiliki kekuatan besar untuk mengangkat atau menjatuhkan nilai suatu aset hanya lewat dukungan media sosial. Ini menandakan era baru di mana nilai ekonomi bisa dibentuk oleh narasi, meme, dan viralitas, bukan semata-mata oleh logika atau fundamental keuangan tradisional.

Memecoin telah menjadi simbol baru dari kebebasan finansial di era digital. Meski masih dipandang skeptis oleh kalangan konservatif, fenomena ini berhasil mendorong literasi keuangan dan adopsi teknologi blockchain ke lapisan masyarakat yang lebih luas. Bagi siapa pun yang tertarik, penting untuk memahami bahwa di balik peluang besar, ada risiko yang tidak kalah besar. Investasi yang bijak dan berdasarkan riset tetap menjadi kunci utama agar tidak terseret arus spekulatif semata.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun