Mohon tunggu...
Wahyudin  Atmaja
Wahyudin Atmaja Mohon Tunggu... Dosen Stikes Karsa Husada Garut

Saya adalah seorang dosen di STIKes Karsa Husada Garut yang tengah menapaki jenjang akhir studi S3 di bidang Ilmu Pendidikan. Riset saya saat ini berfokus pada Manajemen Pendidikan Karakter di lingkungan Boarding School, sebuah topik yang saya yakini penting untuk membentuk generasi yang unggul secara intelektual dan spiritual. Di kampus, saya mengampu mata kuliah yang menyentuh sisi terdalam kemanusiaan, seperti Keperawatan Jiwa, Psikososial dan Budaya Keperawatan, Keperawatan Komunitas, Psikologi, hingga Filsafat Ilmu. Bidang-bidang ini memberi saya ruang untuk menyelami kompleksitas manusia, serta menyampaikan nilai-nilai kemanusiaan dan spiritualitas dalam pembelajaran. Di luar kelas, saya memiliki kegemaran memberikan motivasi kehidupan untuk individu, keluarga, maupun komunitas. Bagi saya, setiap jiwa memiliki potensi luar biasa yang dapat tumbuh melalui sentuhan inspirasi, pemahaman diri, dan kesadaran spiritual.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

" Ketika Rumah Menjadi Cermin Jiwa: Belajar Kesabaran Dari Bawah Sadar "

5 Oktober 2025   10:06 Diperbarui: 5 Oktober 2025   10:06 18
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bawah Sadar Tanpa Topeng : ttps://www.google.com/search?q=+bawah+sadar+tanpa+topeng

Kemarahan di rumah sering dianggap tanda keburukan, padahal bisa jadi itu bahasa kejujuran dari jiwa yang merasa aman. Di balik kekasaran ada cinta yang belum terlatih, dan di balik keheningan keluarga ada ruang bawah sadar tempat kesabaran dan cinta diuji agar tumbuh menjadi kedewasaan sejati.

Original Tanpa Topeng :

Ada orang yang tampak keras dan mudah marah di rumah, namun di luar ia begitu ramah, santun, dan penuh kendali diri. Banyak pula anak yang di hadapan orang tuanya tampak biasa saja --- bahkan ekspresif saat marah --- namun ketika hidup bersama kakek-nenek atau pamannya justru berubah menjadi pribadi yang tenang, disiplin, bahkan berprestasi.

Fenomena ini seakan menunjukkan bahwa keluarga adalah ruang paling jujur bagi jiwa manusia. Di situlah seseorang berani melepaskan topeng sosialnya, mengekspresikan dirinya tanpa takut kehilangan kasih sayang. Dalam pandangan psikoanalisis, hal ini serupa dengan dunia bawah sadar --- wilayah kebebasan tanpa norma di mana dorongan dan gagasan lahir secara otentik.

Kata-kata yang kasar, kemarahan yang meledak, atau sikap keras kepala bukan selalu tanda kebencian. Bisa jadi itu bentuk "bahasa kejujuran emosional" yang hanya bisa keluar di tempat yang dianggap aman. Rumah adalah ruang otentisitas, tempat seseorang percaya ia akan tetap diterima meski menampilkan sisi paling rentan dan paling tak teratur dari dirinya.

Keluarga menjadi laboratorium bawah sadar: di sana kasih dan konflik saling menari. Satu sisi, manusia ingin bebas mengekspresikan diri; di sisi lain, realitas keluarga memintanya menahan, menimbang, dan mengubah dorongan menjadi cinta yang lebih matang. Saat keluar dari rumah, ego bekerja --- menyaring dorongan bawah sadar agar sesuai dengan norma sosial. Maka tak heran, di luar seseorang tampak sabar, di dalam tampak keras. Itu bukan kepalsuan, melainkan keseimbangan antara kebebasan jiwa dan norma realitas.

Anak Jadi Lebih Baik dari Pada di Rumah :

Begitu pula dengan anak yang berubah setelah tinggal di tempat lain. Seringkali, kebaikan yang tumbuh di luar adalah hasil dari benih yang ditanam di rumah --- dari nasihat, keteladanan, dan doa orang tua yang dulu mungkin tak dianggap. Kakek atau paman hanyalah tanah yang lebih tenang, tempat benih itu akhirnya menemukan ruang tumbuh. Karena itu, orang tua jangan pernah putus asa memberi nasihat. Yang ditanam dengan cinta akan tumbuh pada waktunya.

Tantantangan Yang Sesungguhnya:

Namun semua ini menuntun kita pada pelajaran terdalam: kesabaran tertinggi justru diuji di dalam keluarga. Di situlah setiap orang menghadapi cermin dirinya sendiri --- sisi yang belum selesai, emosi yang belum matang, kasih yang perlu diperhalus.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun